Tathayyur adalah: rasa pesimis, sial karena melihat burung, atau meramal nasib dengan burung dan binatang-binatang lain.

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, (Kitab al-Masajid, Bab Tahrim al-Kalam fi ash-Shalah, 1/381, no. 537.) dari Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami, seorang sahabat, dia berkata,

قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، مِنَّا رِجَالٌ يَتَطَيَّرُوْنَ؟ قَالَ: ذلِكَ شَيْءٌ يَجِدُوْنَهُ فِي صُدُوْرِهِمْ، فَلاَ يَصُدَّنَّهُمْ.

“Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, di antara kami terdapat orang-orang yang bertathayyur,’ beliau bersabda, ‘Hal itu adalah sesuatu yang mereka rasakan di dalam hati mereka, maka janganlah itu menghalangi mereka’.”

يَتَطَيَّرُوْنَ bermakna perasaan pesimis (dan sial) yang mereka rasakan dalam hati mereka; artinya: tidak memiliki hakekat secara riil. Hal itu hanyalah khayalan dan gambaran (ilusi) dari mereka. Kata “لاَ يَصُدَّنَّهُمْ” maksudnya, tidak selayaknya khayalan-khayalan dan rasa kesialan ini menghalangi antara mereka dan tujuan mereka.

Dan kami meriwayatkan dalam Kitab Ibn as-Sunni dan yang lainnya, semua sumber, ‘Uqbah, dan beginilah di dalam cetakan Ibn as-Sunni, seakan-akan demikian itu terdapat dalam ushul khatnya, dan itu adalah salah, yang benar adalah apa yang telah aku tetapkan dari sumber-sumber takhrij. dari Urwah bin Amir al-Juhani Radiyallahu ‘anhu, dia berkata,

سُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم عَنِ الطِّيَرَةِ؟ فَقَالَ: أَصْدَقُهَا الفَأْلُ، وَلاَ تَرُدُّ مُسْلِمًا، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنَ الطِّيَرَةِ شَيْئًا تَكْرَهُوْنَهُ، فَقُوْلُوْا: اللّهُمَّ لاَ يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ، وَلاَ يَذْهَبُ بِالسَّيِّئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang thiyarah (bertathayyur), maka beliau menjawab, ‘Yang paling benar adalah optimis, dan tathayyur tidak menghalangi seorang Muslim (untuk memperoleh kebutuhannya). Apabila kalian melihat sesuatu dari thiyarah yang kalian benci, maka katakanlah, ‘Ya Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang menghilangkan keburukan kecuali Engkau, tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah’.”

Dhaif: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 26383; Abu Dawud, Kitab ath-Thibb, Bab ath-Thiyarah, 2/412, no. 3919; Ibn as-Sunni dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 293; dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 1171: dari berbagai jalur, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Urwah bin Amir dengan hadits tersebut. Dan hadits ini dhaif, karena mempunyai dua illat,

Pertama, Habib dalam penyampaian hadits menggunakan ungkapan ‘an’anah (dari fulan, dari fulan) dan dia adalah rawi yang memiliki banyak riwayat mursal dan melakukan tadlis.

Kedua, bahwa Urwah ini dia tidak shahih memiliki status sebagai sahabat, maka haditsnya mursal. Dan dengan itulah al-Baihaqi, al-Mundziri, al-Mizzi, al-Asqalani dan al-Albani telah memastikannya.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky