Organisasi PBB untuk urusan anak, UNICEF menyatakan, satu dari tiga bayi Palestina yang sakit meninggal dunia di rumah-rumah sakit Ghaza karena kurang mendapatkan perawatan dan obat-obatan pokok. Hal ini dipicu oleh embargo Barat terhadap pemerintahan Palestina yang baru dan terputusnya suplai bantuan.

Organisasi PBB itu mengatakan, Pihaknya memutuskan untuk melipatgandakan penggalangan dana yang telah diimbaunya kepada dunia agar disalurkan ke kawasan-kawasan pendudukan dari yang semula 8,4 juta Dolar AS menjadi 22,7 juta Dolar AS alias kira-kira bertamah tiga kali lipat. Sebab pemerintahan Palestina jelas tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan pokok.

Juru bicara UNICEF, Dimian Versonaz mengatakan, “Di sana ada bahaya kematian satu dari tiga anak di rumah-rumah sakit Ghaza karena tidak terdapat obatan-obatan yang cukup atau pun tanaman-tanaman pokok untuk pengobatan tradisional.”

Ia menambahkan, “Mereka mati karena menderita sakit sebab instalasi kesehatan dalam arti yang sebenarnya, pengobatan dalam arti yang sebenarnya, dokter dalam arti yang sebenarnya atau pun obat-obatan dalam arti yang sebenarnya tidak sampai kepada mereka. Ini merupakan hal yang benar-benar sudah terjadi sejak dua bulan lalu.!”

Ia menilai, situasi di kawasan-kawasan pendudukan sangat mengkhawatirkan sekali. Penduduk sipil, terutama kaum wanita dan anak-anak menjadi korban utama pertikaian saat ini.

Seperti diketahui, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memutus pasokan bantuan kepada rakyat Palestina. Ditambah lagi, tindakan sepihak pemerintah pendudukan Zionis yang tidak mau mengembalikan bea pajak yang seharusnya diserahkan kepada pemerintahan yang sekarang ini dipegang gerakan HAMAS setelah meraih kemenangan dalam pemilu pada bulan Januari lalu. (istod/AH)