Jagalah Lisanmu!!!

Lisan merupakan anugerah sekaligus amanah Allah subhanahu wata’aala; yang harus kita jaga sebaik mungkin. Amanah dan anugerah yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah subhanahu wata’aala; kelak di hari Kiamat. Anugerah yang bukan hanya dapat menyelamatkan pemiliknya, tetapi dapat pula menjerumuskannya ke dalam jurang kehancuran dan penyesalan yang mendalam, jika tidak berhati-hati dalam menjaganya.

Tidak seorang pun dapat selamat dari kejahatan lisan, kecuali orang yang menjaga lisannya dengan ketentuan syari’at Allah subhanahu wata’aala dan tidak menggunakan lisannya kecuali untuk sesuatu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Banyak manusia yang kurang perhatian dan cenderung meremehkan dalam hal menjaga lisan. Bahkan ironinya, sebagian mereka justru telah terbiasa menggunakan lisannya untuk mencela dan mencaci maki manusia. Juga menggunakannya untuk hal yang haram, seperti: Bernyanyi (yang diiringi dengan musik, red), berdusta, ghibah (menggunjing), atau mengadu domba, berdebat tanpa hikmah, bersaksi palsu.

Banyak manusia meremehkan bahaya dan musibah yang disebabkan oleh lisan, tidak waspada dari perangkap-perangkapnya! Banyak tuhan-tuhan yang disembah selain Allah dengan lisan! Banyak ajaran-ajaran baru di dalam agama ini (bid’ah) dipromosikan oleh lisan?! Banyak hubungan kekeluargaan dan kekerabatan putus dan hancur karena lisan?! Banyak hati yang tercerai berai, pertumpahan darah, dan hilangnya nyawa manusia disebabkan oleh lisan! Banyak orang-orang terzhalimi yang disebabkan oleh lisan? Berapa banyak wanita-wanita baik-baik dicerai juga disebabkan oleh lisan? Berapa banyak harta benda dirampas karena ulah lisan? Dan banyak wanita-wanita shalihah dituduh berzina lewat lisan? Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.

Lisan merupakan salah satu faktor yang dapat menyeret pemiliknya ke dalam neraka. Maka dapat kita pastikan bahwa menjaga lisan merupakan pilar kebaikan. Sebagaimana hal ini pernah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam kepada Muadz bin Jabal radhiallahu `anhu, setelah beliau menyebutkan Islam, Shalat, dan Jihad kepadanya, “Maukah kukabari kepadamu tentang pilar semuanya itu? “ Muadz radhiallahu `anhu menjawab, “Iya wahai Rasulullah!” Maka Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam memegang lisannya dan bersabda, “Jagalah olehmu ini.” Lalu Muadz radhiallhu `anhu pun berkata, “Benarkah kita akan disiksa dengan apa yang kita bicarakan dengan lisan ini? Beliau shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Celakalah engkau wahai Muadz radhiallahu `anhu. “Tidaklah manusia dilemparkan ke dalam neraka melainkan akibat dari lisan-lisan mereka?” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh al-Albani).

Menjaga lisan juga merupakan jalan menggapai kebahagian di dunia dan di akhirat. Maka dari itu, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang dapat membantu dan memudahkan kita dalam menjaga lisan ini dari segala fitnah dan malapetakanya. Di antara hal-hal tersebut adalah:

  • Meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wata’aala dari kejahatan lisan.

    Dari syakal bin Hamid radhiallahu `anhu dia berkata, “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alahi wasallam, dan berkata,” “Wahai Rasulullah!, Ajarilah aku cara (do’a) berlindung, sehingga aku dapat berlindung kepadanya.” Dia berkata, “Maka beliau shallallahu ‘alahi wasallam meraih telapak tanganku, lalu bersabda, (“Katakanlah, “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kejahatan telingaku (pendengaranku), dan dari kejahatan mataku (penglihatanku), dan dari kejahatan lisanku, dan dari kejahatan hatiku, dan dari kejahatan keinginan-keinginanku.” (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh al-Albani)

  • Mengingat balasan dan kebaikan-kebaikan di dunia dan di akhirat yang dijanjikan Allah subhanahu wata’aala bagi orang yang menjaga lisan.

    Maka dengan cara ini seseorang akan termotivasi untuk menjaga lisannya dan bersabar dalam menjaganya. Di antara balasan dan kebaikan menjaga lisan adalah:

    • Mendapatkan keridhaan Allah subhanahu wata’aala sampai hari Kiamat.

      Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sungguh seseorang berkata dengan satu kata yang diridhai Allah subhanahu wata’aala sementara dia tidak mengetahui derajat apa yang dicapai dari kata yang ia ucapkan, maka Allah subhanahu wata’aala memberikan keridhaanNya baginya sampai hari ia bertemu denganNya.” (HR. Malik, Ibnu Majah, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Ahmad, dan Hakim).

    • Mendapatkan jaminan surga. Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang dapat menjamin untukku apa yang ada di antara kedua jenggotnya (lisannya) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluannya), maka aku menjamin surga baginya.” (HR. al-Bukhari)

    • Orang yang menjaga lisannya termasuk di antara orang-orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dan yang paling dekat majlisnya dengan beliau pada hari Kiamat.

    • Seutama-utamanya kaum muslimin.

      Pernah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam ditanya, “Siapakah orang yang paling utama di antara kaum muslimin?”, Maka beliau shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Orang yang saudara-saudaranya kaum muslimin selamat dari kejahatan lisan dan tangannya.” (Muttafaq ‘alaih).

    • Selamat dari adzab Allah subhanahu wata’aala. Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Barangsiapa diam, maka selamatlah ia.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani).

    • Seutama-utamanya Jihad.

      Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Seutama-utamanya jihad adalah engkau memerangi hawa nafsumu di jalan Allah subhanahu wata’aala”.(HR. Abu Nu’aim, dan dishahihkan oleh al-Albani).

    • Terjalin hubungan baik dengan manusia.

    • Menentramkan jiwa dari kesulitan, kegundahan dan berbagai masalah.

    • Mendapatkan cinta Allah subhanahu wata’aala dan cintanya penduduk langit dan bumi.

  • Mengingat akibat-akibat buruk yang akan menimpa yang disebabkan oleh lisan yang tak dijaga..

    Sesungguhnya keburukan atau kejahatan lisan dapat menghapuskan kebaikan-kebaikan pada hari Kiamat. Dan akan memberatkan timbangan kejahatan, maka hal ini pula yang dapat memotivasi seseorang untuk menjaga lisannya dari segala malapetaka, dan menguatkan tekad untuk mengatasinya.

  • Mendirikan shalat.

    Shalat juga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu seseorang menjaga lisannya. Karena shalat, sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qur’an adalah dapat mencegah perbuatan yang keji dan mungkar, menghapuskan keburukan dan kesalahan, dan mencegah malapetaka-malapetaka atau fitnah-fitnah yang disebabkan oleh lisan. Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, sesungguhnya ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan ia dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah subhanahu wata’aala, mencegah dari perbuatan dosa, menghapuskan kesalahan-kesalahan, dan menolak penyakit masuk ke dalam tubuh.” (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh al-Albani)

  • Memperbanyak diam.

    Diam merupakan perbuatan yang dipuji dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, sebagaimana sabdanya, “Barangsiapa diam, maka selamatlah dia.” (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh al-Albani). Dan juga sabda beliau shallallahu ‘alahi wasallam lainnya, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).

    Dari Uqbah bin ‘Amir zdia berkata, “Ya Rasulullah! Apa itu keselamatan?”. Beliau shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Jagalah lisanmu, dan biasakanlah untuk berada di rumahmu, dan menangislah atas kesalahan/dosamu.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh al-Albani).

    Mu’adz bin Jabal radhiallahu `anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sungguh engkau senantiasa dalam keselamatan, selama engkau diam. Lalu jika engkau berbicara, maka ditulislah (atas pembicaraan tersebut) pahala atau dosamu.” (HR. ath-Thabrani, dan dishahihkan oleh al-Albani).

  • Berdoa kepada Allah subhanahu wata’aala.

    Sesungguhnya do’a merupakan sarana perlindungan yang paling agung. Hendaklah seseorang berlindung kepada Allah subhanahu wata’aala; dengan cara berdo’a kepadaNya sepenuh hati agar Dia subhanahu wata’aala; menjaga lisannya dari malapetaka yang membinasakannya.

  • Menyibukkan diri dengan keta’atan.

    Mengisi kekosoangan waktu dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata’aala, berdzikir kepadaNya, dan melakukan keta’atan-keta’atan lainnya, sehingga dapat menutup perangkap-perangkap syetan berupa kemaksiatan dan malapeta yang diakibatkan oleh lisan. Dan hendaklah seorang muslim membiasakan diri untuk tidak menghabiskan waktunya dan menyibukkan diri kecuali dengan ibadah.

  • Berteman dengan orang-orang yang selalu menjaga lisannya dari perbuatan maksiat.

    Dan tidak duduk atau bergaul dengan orang-orang yang terbiasa menggunakan lisannya untuk berdusta, bergunjing, mengadu domba, mencela, melaknat dan mengolok-mengolok orang lain.

  • Memutuskan semua jalan dan wasilah yang dapat menimbulkan malapetaka/bencana lisan.

    Seperti: Marah, dengki, sombong, lalai, berbangga diri, menganggap diri paling suci, bergantung kepada selain Allah subhanahu wata’aala, berusaha mengatasi malapetaka sendiri tanpa meminta pertolongan Allah subhanahu wata’aala, serta sibuk dengan aib orang lain dan lupa dengan aib sendiri. Wallahu a’lam.

sumber: Disadur dari “Amsik ‘Alaika Lisanaka”, al-Qismi al-’Ilmi Bidari al-Wathani(Oleh: Abu Nabiel Muhammad Ruliyandi).