Komisi Tetap Untuk Kajian Ilmiah Dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi (al Lajnah ad Daimah), Ahad mengeritik pesan yang disampaikan presiden Libya, Muammar Qadafi yang menyerukan perlunya dihidupkan kemballi ‘Daulah Fathimiah’ dan penilaian bahwa hal itu sebagai salah satu sarana kebangkitan umat Islam.!?

Keterangan yang dikeluarkan al Lajnah ad Daimah menegaskan, penamaan dengan ‘Daulah Fathimiah’ sebenarnya adalah penamaan dusta yang dimaksudkan oleh para pembuatnya untuk menipu umat Islam dengan mengatasnamakan putri Rasulullah SAW.!?

Al Lajnah yang beranggotakan para ulama besar di kerajaan Arab Saudi menegaskan, persatuan umat hanya bisa terealisasi melalui sikap berpegang teguh kepada Kitabullah dan as-Sunnah. Demikian seperti dirilis situs ‘el Wiam’.

Keterangan itu mengatakan, “Seruan yang disampaikan Qadafi itu merupakan bagian dari distorsi dan klaim-klaim batil. Hal ini karena beberapa aspek, diantaranya, penamaan daulah Islam itu dengan ‘Fathimiah’ adalah penamaan dusta yang oleh para pembuatnya dimaksudkan untuk mengibuli kaum Muslimin dengan mengatasnamakan putri Rasulullah SAW. Para ulama pada masa itu telah menjelaskan kedustaan klaim tersebut. Pendiri daulah itu sebenarnya adalah seorang penganut Majusi, bernama Said bin al Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Maimun al Qaddah bin Dishan ats Tsinwi al Ahwazi.!?”
Keterangan itu menambahkan, “Para tokoh daulah Fathimiah di Mesir tidak memiliki nasab sebagai keturunan Ali bin Abi Thalib RA. Bahkan mereka itu telah meniadakan hukum Hudud, menghalalkan wanita, khamer, menumpahkan darah, mencaci maki para nabi dan melaknat ulama Salaf serta mengklaim Rububiah (memiliki titisan sifat Rabb).!”

Keterangan itu menjelaskan, para ulama dan kaum sejarawan telah menegaskan, daulah Fathimiah memiliki peran merusak dan menghancurkan kaum Muslimin. Karena itu, sepantasnya untuk menolak siapa saja yang mengangkat kembali panji-panjinya dan menyerukan pendiriannya kembali.!! Inilah rahasia di masa lalu, kenapa kaum Muslimin begitu gembira ketika daulah itu berhasil diruntuhkan oleh seorang pemimpin yang shalih, Shalahuddin al Ayyubi, tahun 567 H. Keterangan itu memperkuat argementasinya dengan sejumlah perkataan kaum sejarawan yang menegaskan hakikat tersebut.!?

Selanjutnya, keterangan itu menegaskan kembali, bahwa setelah mengetahui hal itu semua, tidak boleh mengajak orang-orang agar menisbatkan diri kepada daulah ubaidiah sesat itu.!!

Keterangan itu menilai bahwa setiap seruan seperti itu tidak lain merupakan bentuk pengibulan dan pengkhianatan terhadap Islam dan para pemeluknya.

Keterangan itu menutup, “Kami menasehatkan kepada para ulama, tokoh dan segenap lapisan kaum Muslimin agar berpegang teguh kepada Kitabullah dan as-Sunnah dengan menghimpun hati untuk tetap berpegang teguh kepada keduanya.” (ismo/AS)