Satu lagi langkah berani diambil pemerintah negara Islam terhadap negara penista Rasulullah, DENMARK.!!
Pemerintah SUDAN menyatakan, negaranya melarang para pejabat dan produk-produk dari DENMARK masuk ke tanah SUDAN. Sikap ini diambil sebagai reaksi atas pemuatan ulang kartun penistaan terhadap Nabi SAW oleh sejumlah surat kabar di DENMARK.!!
Sebuah sumber dari kementerian Wakaf SUDAN mengatakan, pemerintah Khourtoum setelah hari ini (Rabu) tidak akan menerima satu pejabat DENMARK atau produk apa pun dari negeri itu. Sikap ini berbarengan dengan sejumlah demonstrasi dan propaganda yang sejak kemarin digerakkan di sejumlah kota besar negeri afrika yang berbatasan dengan Mesir itu mengutuk keras pemuatan kembali kartun penistaan terhadap Nabi SAW oleh sejumlah surat kabar di DENMARK. Demikian seperti dirilis surat kabar El Riyadh.
Dalam pada itu, Lembaga Fiqih Islam (LFI) SUDAN juga mengutuk keras propaganda zalim yang dilakukan media-media massa DENMARK yang menistakan dan melecehkan Rasulullah SAW dan agama Islam itu.!
LFI mendesak pimpinan politik di negerinya agar mengambil sikap-sikap tegas sehingga dapat menghentikan tangan-tangan zalim dan membungkam lisan-lisan mereka.!
Seperti diketahui, sejak tujuh belas surat kabar terkemuka di DENMARK memuat ulang kartun penistaan terhadap Rasulullah SAW minggu lalu dengan klaim solidaritas terhadap para pembuat kartun-kartun tersebut, beberapa reaksi bermunculan di negara-negara Islam di dunia yang mengutuk dan memprotes tindakan bodoh surat-surat kabar tersebut.!!
Hotel-Hotel Di DENMARK Tolak Jamu Para Kartunis
Sikap tak lazim juga dilakukan sebagian besar pengelola hotel di DENMARK. Barangkali untuk mengantisipasi reaksi atau terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap para tamu yang menginap di hotel-hotel itu, para pengelola menolak para kartunis yang membuat kartun-kartun penistaan itu menginap di hotel-hotel mereka.!
Salah seorang kartunis, bernama Kurt Westergaard, misalnya terpaksa bersembunyi-sembunyi dengan pengamanan ketat dari aparat intelijen DENMARK akibat penolakan sebagian besar pengelola hotel di negeri itu untuk menjamu mereka. (almkhtsr/AS)