Sebelum Berpisah Wahai Saudaraku

Setelah kita bertamasya di taman-taman Surga, di bawah naungan amal-amal shalih. Ada suatu perkara penting yang ingin saya sampaikan. Tahukah kamu apa itu? Tepat sekali, yaitu ikhlas!. Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa pun dari puasanya kecuali lapar dan dahaga!? Berapa banyak orang yang mengerjakan shalat tarawih, namun tidak mendapatkan apa pun selain ngantuk dan capek!? Semoga Allah menghindarkan kita dari hal itu!
Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam at menegaskan masalah ikhlas ini, melalui sabda beliau: “….karena keimanan dan keikhlasan…”

Kaum salaf sangat berusaha untuk menyembunyikan amal ibadah mereka, karena khawatir akan membahayakan diri sendiri. Hammad bin Zaid menceritakan kepada kita tentang seorang tabi’i yang mulia bernama Ayyub As-Sikhtiyani sebagai berikut: “Pada saat menyampaikan hadits kadangkala hati beliau luluh, beliau segera memalingkan wajah dan berdehem seraya berkata: “Betapa berat pilek yang kuderita!” Seolah-olah beliau sedang pilek padahal beliau hendak menyembunyikan tangisnya.”

Muhammad bin Wasi’ berkata: “Aku telah berjumpa dengan kaum salaf, di antara mereka ada yang tidur satu bantal dengan istri. Si istri tidak mengetahui air mata yang mengucur deras dari si suami hingga membasahi bantal. Aku juga bertemu dengan sebagian mereka yang menangis bercucuran air mata ketika berada dalam shaf shalat, namun hal itu tidak diketahui oleh orang yang berada di sampingnya.”

Ayyub As-Sikhtiyani selalu mengerjakan shalat malam dan beliau menyembunyikan amal tersebut hingga pada waktu subuh beliau mengangkat suara seolah-olah beliau baru bangun ketika itu.
Ibnu Abi ‘Adi berkata: “Dawud bin Abi Hind senantiasa berpuasa selama empat puluh tahun, namun hal itu tidak diketahui oleh keluarganya. Pasalnya beliau adalah seorang penjahit, beliau selalu membawa bekal makan siang. Dalam perjalanan, beliau menyedekahkan makanan itu. Hingga beliau kembali pada sore hari dan berbuka bersama keluarganya.”

Sufyan Ats-Tsauri berkata: Telah disampaikan kepadaku dari kaum salaf bahwa seorang hamba senantiasa beramal secara tersembunyi (tidak diketahui orang banyak), namun setan senantiasa membujuk rayunya hingga ia mengamalkannya terang-terangan (ia tampakkan pada orang banyak). Demikianlah setan terus menggodanya hingga ia senang amalnya dipuji orang. Akhirnya ia terbiasa beramal karena riya’.”