Mencari Malam Lailatul Qadr

Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah ka-mu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (Al-Qadr:1-3)

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّم مِنْ ذَنْبِهِ. (أخرجه البخاري ومسلم)

“Barangsiapa yang bangun di malam Lailatul Qadar karena keimanan dan keikhlasan, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam senantiasa mencari malam Lailatul Qadr dan memerintahkan sahabat untuk mencarinya. Beliau membangunkan keluarganya pada malam sepuluh terakhir dengan harapan mendapat malam Lailatul Qadr. Dalam Musnad Ahmad dari ‘Ubadah, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَامَهَا ابْتِغَاءَهَا ثُمَّ وَقَعَتْ لَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّم مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ.

“Barangsiapa yang bangun sebagai usaha untuk mendapat malam Lailatul Qadr, lalu ia benar-benar mendapatkannya, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.”
Imam An-Nasai juga meriwayatkan seperti itu. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sanadnya sesuai dengan syarat shahih.”

Telah dinukil dari beberapa kaum salaf dari kalangan sahabat dan tabi’in bahwa mereka mandi dan memakai minyak wangi pada sepuluh malam terakhir untuk mencari malam Lailatul Qadr, malam yang telah dimuliakan dan diangkat derajatnya oleh Allah.

Wahai orang yang telah menyia-nyiakan umurnya, kejarlah segala yang terluput atas dirimu pada malam Lailatul Qadr ini. Sebab malam inilah sebagai pengganti umur, beramal pada malam ini lebih baik dari pada seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikan pada malam itu, niscaya merugi. Malam itu datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjil, dan lebih diharapkan lagi pada malam kedua puluh tujuh. Berdasarkan riwayat Muslim dari Ubay bin Ka’ab Radhiallaahu anhu bahwa ia berkata:

“Demi Allah, sungguh aku mengetahui datangnya malam itu. Yaitu pada malam yang Rasulullah memerintahkan kami untuk menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh tujuh.”
Sampai-sampai Ubay bersumpah untuk hal itu, beliau berkata: “Aku dapat mengenalnya melalui tanda-tanda dan alamat yang diberitakan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam kepada kami. Yaitu matahari terbit tanpa cahaya yang menyi-laukan pada pagi harinya.”

Dalam kitab Shahih diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallaahu anha bahwa ia berkata: “Ya Rasulullah, Apa yang aku baca bila bertepatan dengan malam itu?” Rasulullah bersabda: “Bacalah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan menyukai orang yang memohon ampunan maka ampunilah aku.”