Banyak penduduk Afghanistan mengungkapkan keinginan mereka agar pemerintahan Taliban kembali berkuasa setelah semakin merajalelanya tindak kriminalitas di negeri itu yang sampai pada batas melebihi era sebelum-sebelumnya, khususnya tindak kriminal penculikan anak-anak.

Situs ‘Afgha’ memantau sejumlah tindak kriminal penculikan anak di kota Qandahar, selatan Afghanistan. Di sana, ada seorang bocah berusia 12 tahun diculik, lalu para penculiknya memotong jari-jarinya dan mengirim surat kepada keluarganya yang berisi, “Kami bukan orang Islam, kami tidak kenal Allah karena itu jangan minta kami belas kasihan! Pokoknya, kirim saja uang tebusan kepada kami.!” Ironisnya, sekali pun keluarga tersebut telah mengirimkan uang tebusan sebanyak 10 ribu dollar, sang bocah akhirnya ditemukan telah menjadi mayat di sebuah tempat yang lokasinya dekat dengan tempat ditaruhnya uang tebusan tersebut.

Dalam kejadian lainnya, seorang bocah berusia 13 taun juga diculik namun sembilan hari kemudian, ia telah ditemukan menjadi mayat dalam kondisi yang mengenaskan.

Situs ‘Afgha’ tersebut menyiratkan telah terjadinya kejadian serupa sebelum itu – selain dua kejadian itu- yaitu penculikan terhadap 6 orang bocah di Qandahar awal tahun lalu.

Tindak kriminal penculikan tersebut telah mengundang kemarahan secara politis di kota Qandahar. Banyak orang menegaskan bahwa kehidupan mereka pada masa pemerintahan Taliban jauh lebih aman karena mereka merasa aman terhadap kehidupan anak-anak mereka.

Pada tanggal 7 maret lalu, sekitar 3000 orang berunjuk rasa di jalan-jalan Qandahar menuntut pengunduran diri penguasa setempat dan kepala kepolisian dengan menuduh aparat kepolisian terlibat persekongkolan dengan para penculik.

Karena itu, pada tanggal 16 maret, presiden Afghanistan, Hamed Karzei mencopot kepala kepolisian Qandahar, Khan Muhammad dan memutasirnya ke kota Mazar Syarif.

Dalam pada itu, situs ‘Afgha’ menyiratkan bahwa rasa cemas menyelimuti Karzei karena Taliban sudah berhasil menguasai beberapa wilayah di Afghanistan yang sebelumnya dikuasai pemerintah boneka dan dihantui tindak kriminalitas dengan merubahnya menjadi lebih aman.

Kepala kepolisian yang baru di Qandahar mengakui bahwa terjadinya penyalahgunaan di beberapa instansi kepolisian ikut menumbuh suburkan berbagai tindak kiriminal penculikan anak-anak di kota tersebut. (ismo/AS)