La tazhlim, jangan berbuat zhalim, jangan bertindak aniaya, jangan semena-mena, karena azh-zhulmu zhulumat yaumal qiyamah, kezhaliman adalah kegelapan pada hari Kiamat. Kezhaliman, Allah Ta’ala mengharamkannya atas diriNya dan menjadikannya haram di antara hamba-hambaNya, maka hendaknya mereka tidak saling menzhalimi. “Hai manusia sesungguhnya bencana kezhalimanmu akan menimpa dirimu sendiri.” (Yunus: 23)

نَدِمَ البُغاَةُ وَلاَتَ سَاعَةَ مَْندَمٍ
وَالبَغْيُ مَرْتَعُ مُبْتَغِيْهِ وَخِيْمُ

Para pelaku kezhaliman itu menyesal dengan penyesalan
yang tidak berguna
Dan akibat buruk dari kezhaliman benar-benar sangat buruk

Benar, pelaku kezhaliman dijamin akan menyesal, dia berpeluang tertimpa doa mazhlum, orang yang dia zhalimi, karena antara doanya dengan Allah tidak ada sekat dan penghalang, lebih-lebih jika mazhlum bukan sembarang orang, dia adalah satu dari sekian orang yang doanya mustajab seperti yang terjadi berikut ini.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Samurah berkata, “Penduduk Kufah mengadukan Sa’ad bin Abi Waqqas, gubernur Kufah kepada ‘Umar bin al-Khaththab, akhirnya Umar melengserkannya dan menggantinya dengan Ammar. Mereka mengadu kepada Umar, mereka menyebutkan bahwa dia tidak bisa melakukan shalat dengan baik. Kemudian ‘Umar memanggilnya, dia berkata, ‘Wahai Abu Ishaq (kun-yah Sa’ad) mereka semua mengadukanmu, bahwa engkau tidak bisa melakukan shalat dengan baik.’ Saad ber-kata, ‘Demi Allah, aku melakukan shalat sebagaimana Rasulullah melakukannya dengan tidak menguranginya sedikit pun. Aku melakukan shalat ‘Isya’ dengan memanjangkan dua rakaat pertama dan meringankan dua rakaat terakhir.’ ‘Umar berkata, ‘Kami tidak mengiramu kecuali demikian, wahai Abu Ishaq.’ Akhirnya Umar mengirim seorang utusan (atau beberapa utusan ke Kufah) untuk bertanya kepada penduduk Kufah. Sang utusan tidak melewati satu masjid pun di sana kecuali dia bertanya kepada jamaahnya tentang Saad dan mereka selalu saja memujinya hingga masuklah sang utusan ke Masjid Bani ‘Abs, seseorang dari mereka, yang bernama Usamah bin Qatadah dengan kun-yah Abu Sa’dah berdiri dan berkata, ‘Jika Anda menuntut kami untuk berbicara, maka sesungguhnya Sa’ad sama sekali tidak pernah memimpin pasukan, tidak bisa membagikan bagian dengan adil dan tidak bisa adil di dalam memutuskan perkara.’ Sa’ad berkata, ‘Sungguh demi Allah, aku akan mendo’akannya dengan tiga hal: ‘Ya Allah, seandainya hambamu ini bohong, berdiri karena ingin riya dan karena ingin dilihat orang lain, maka panjangkanlah umurnya dan langgengkanlah kefakiran serta timpakanlah kepadanya segala macam fitnah.’ Setelah itu jika orang tersebut ditanya, maka dia menjawab, ‘Orang tua yang terkena fitnah, do’a Sa’ad telah menimpaku.’”

Abdul Malik bin Umar, seorang perawi berkata, “Setelah itu aku melihat kedua alisnya sudah jatuh mengenai mata karena tua. Dan jika ia bertemu dengan para gadis, dia suka menggodanya.”
Bagaimana orang ini lolos dari doa Saad sementara Saad merupakan satu dari sekian orang sahabat yang mendapatkan doa Nabi saw agar menjadi orang yang doanya mustajab, Saad pernah berkata kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, doakan aku kepada Allah agar menjadi orang yang doanya mustajab.” Nabi saw menjawab, “Wahai Saad, makanlah yang halal niscaya kamu menjadi orang yang doanya mustajab.” (Izzudin Karimi)