Seorang pemuda larut dalam khayalannya seakan mengulang kembali rekaman kehidupannya jauh ke belakang, “Dulu aku pernah bepergian ke negara-negara eropa setiap musim panas. Di sana aku larut dalam perbuatan maksiat dan dosa demi memuaskan nafsu birahi dan memenuhi keinginan perut. Setelah itu, aku pulang ke negeriku sembari menyayangkan apa yang telah aku lakukan. Aku hanya menjadikan dunia sebagai ladang untuk bersenang-senang bukan ladang menyampaikan kebaikan. Itulah kerugian besarku. Ketika itu, aku berkeyakinan bahwa perbuatan maksiat adalah suatu kebutuhan primer di masa muda. Sampai pada suatu hari, jiwaku terasa sesak dan mulai jenuh dengan kehidupan. Aku memikirkan bagaimana cara terlepas dari itu semua. Tidak ada solusi yang aku dapatkan selain tidur untuk menenangkan jiwaku. Lalu aku pun mengambil bantal dan hanyut dalam tidur. Ternyata, dalam tidurku itu aku bermimpi seakan-akan kembali lagi ke negeri eropa itu untuk menjadi setan Barat yang jago bergoyang, menyanyi dan berbuat mesum. Namun tiba-tiba!!! Mimpiku itu berubah menjadi sangat menakutkan bagiku. Aku melihat seorang bocah berkulit putih mendekatiku dan berteriak keras, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!”

Aku terkejut luar biasa dan berusaha untuk bangun dari tempat tidurku tetapi itu tidak kuasa kulakukan seakan sesuatu yang amat berat telah menghimpit dadaku dan mengunci nafasku, kemudian bocah itu menjauh dariku dan aku pun terbangun dalam keadaan ketakutan dan gemetaran.

Kemudian aku tidur lagi namun bocah tadi kembali mendatangiku dalam mimpi. Gerakan dan ucapannya sama persis seperti mimpi pertama. Aku merasa takut untuk berbaring kembali di tempat tidurku dan akhirnya memutuskan untuk berwudhu, membaca al-Qur’an dan shalat dua raka’at. Rupanya tak berapa lama aku mendengar muadzdzin mengumandangkan adzan shalat shubuh, lalu aku pergi ke masjid.

Usiaku sebenarnya masih muda, sekitar 24 tahun, sekali pun begitu, baru sejak shalat shubuh itu aku merasakan ketenangan dan ketentraman jiwa yang sangat aneh sekali, yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.”

(SUMBER: Qashash Wa Mawaaqif Dzaat ‘Ibar karya ‘Adil bin Muhammad Ali ‘Abdul ‘Alim, hal.55-56, seperti dinukil dari buku Qithaar al-Mustaghfiriin karya Jaasim bin Muhammad al-Muththawwa’, hal.121, Daar ad-Da’wah, Cet.I)