MAKKAH — Kasus kejahatan terhadap jamaah mulai terjadi di Makkah. Rabu (4/10), empat kasus kejahatan terhadap jamaah terjadi justru di dalam area Masjidil Haram. Korbannya rata-rata kehilangan dokumen penting dan uang antara 100 hingga 1.400 riyal.

Kasus penipuan sekaligus perampasan uang dialami jemaah perempuan lanjut usia, Saisah Tamiami Adnan binti Tjarsa (70). Jemaah asal Pekalongan itu kemarin terduduk lemas di Sektor Khusus Jemaah Sesat Jalan yang berlokasi dekat Masjdil Haram. Ia melapor kehilangan uang living costnya senilai 1.400 riyal (sekitar Rp 3,5 juta) setelah ditipu dua orang tak dikenal.

Kejadian bermula saat ia bersama rombongannya akan melakukan umrah. Saat hendak tawaf, wudhunya batal. Ia pun melapor kepada kepala regu. Kepala regu berpesan agar ia duduk dulu dan jangan pergi ke mana-mana selagi menunggu rombongan selesai tawaf.

Ketika tengah menunggu itulah, datang seseorang berbahasa Indonesia, berpakaian batik, dan mengaku sebagai petugas. Ia menawarkan bantuan mengantar ke tempat wudhu. Meski sempat ragu namun Saisah terbujuk tawaran itu. Sesampainya di eskalator menuju tempat wudhu wanita di depan masjid, orang tersebut meminta tas Saisah. ”Katanya di tempat wudhu tidak boleh membawa tas,” ujar Saisah.

Saisah pun menyerahkan tasnya yang berisi uang dan beberapa dokumen. Namun, saat menengok ke belakang, orang tersebut sudah kabur bersama tasnya. Saisah yang panik kemudian melapor pada polisi Arab Saudi yang kemudian mengantarnya pada petugas jemaah sesat jalan.

Tindak kriminal juga dialami Juwan Parta bin Parta pada malam yang sama. Menurut laporan, usai tawaf Juwan yang hendak menuju tempat sai terpisah dari rombongannya. Ia didatangi dua laki-laki yang juga berbahasa Indonesia dan menawarkan bantuan. Laki-laki itu menanyakan identitas Juwan.

Ketika diberi sobekan Lembar A (identitas jemaah, tercakup dalam paspor), laki-laki itu menanyakan identitas lain. Dalam kondisi bingung Juwan kemudian membuka tas paspornya mencari-cari identitas yang dimaksud. Saat itulah pelaku merampas uang yang terdapat dalam tas Juwan. Nilainya, 630 riyal (sekitar Rp 1,6 juta) dan rupiah senilai Rp 2,5 juta.

Jamaah lain, Junarto dari Kloter 4 Banten menjadi korban pemerasan oleh ”calo” Hajar Aswad. Setelah dibujuk mencium Hajar Aswad dengan bantuan calo tersebut, Junarto dimintai imbalan senilai 4.000 riyal (Rp 10 juta). Ketika ia berkata tidak punya uang sebanyak itu, si calo memaksa ia membayar dengan uang berapa pun yang dibawanya. Saat hendak mengambil uang dari sakunya, si calo segera merampas. ”Nilainya tidak sampai 100 riyal,” ujar Junarto.

Pelecehan seksual
Sementara itu, Lulu Nurhayati (40), jamaah asal Kloter 3 embarkasi Surabaya mengalami pelecehan seksual pada Selasa (3/11) malam saat melakukan ibadah umroh. ”Saat korban tengah sai, (maaf) bokongnya dipegang oleh laki-laki Arab, korban sudah berusaha bergeser menghindar namun pelaku nekad mengulang perbuatannya,” ujar Kepala Sektor Khusus Jemaah Sesat Jalan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1430 H Ali Saifudin.

Korban kemudian berteriak memanggil suaminya yang berada di barisan depan. Setelah sempat bersitegang, akhirnya pelaku diringkus petugas keamanan Arab Saudi (asykar) yang tengah bertugas di lokasi kejadian.

Menyikapi kejadian tersebut, Kepala Daerah Kerja Mekah PPIH 1430 H Subakin AM mengungkapkan pihaknya akan berkoordinasi dengan kepolisian Arab Saudi. Tujuannya, agar pihak keamanan Indonesia bisa menyebar lebih banyak anggota berpekaian preman di sekitar masjidil Haram.

Selain itu, katanya, untuk memaksimalkan fungsi pengamanan akan dilakukan reposisi konfigurasi petugas keamanan PPIH di dalam dan di sekitar Masjdil Haram. ”Petugas yang keliling akan diperbanyak,” tambah Subakin.

Saat ini, total jumlah petugas sektor khusus jemaah sesat jalan sebanyak 18 orang. Sebanyak 12 orang didistribusikan ke empat pos yang ada di sekitar Masjidil Haram. Petugas-petugas itu bekerja secara bergiliran selama 24 jam sehari. Kepada jemaah lain, Subakin berpesan agar lebih waspada dan mengikuti pesan-pesan keamanan. Sebelumnya, sejumlah tindak kriminal juga dialami jemaah Indonesia saat di Madinah.

Kejahatan terhadap Jamaah di Makkah

Lokasi Dan Modus:

  • Sekitar tempat wudhu/WC: Menunjukkan arah, membohongi jamaah dengan berbagai alasanasan agar bisa mengambil tas jamaah.
  • Sekitar Ka’bah: pencopetan, pura-pura menjadi joki Hajar Aswad untuk kemudian memeras dan merampas.
  • Sekitar lokasi Sai: pencopetan, penjambretan, pelecehan seksual
  • Sekitar Masjidil Haram: Menunjukkan arah, pura-pura menolong jamaah bertemu rombongannya, berpura-pura menjadi petugas agar bisa memeriksa tas dan merampas uang jamaah.

Sasaran utama:

  • Jamaah lanjut usia
  • Jamaah perempuan
  • Jamaah yang terpisah dari rombongannya (tersesat)

Antisipasi:

  • Jangan menyerahkan tas pada siapa pun walau dia mengaku petugas
  • Jangan saling menitipkan barang berharga atau uang antarsesama jamaah
  • Jangan pergi sendirian
  • Jangan gampang percaya pada orang lain yang belum dikenal walaupun berbahasa Indonesia
  • Saat tersesat, segera temui petugas Sektor Khusus yang berlokasi di sekitar sumur Zamzam.
  • Bersepakat dengan sesama anggota rombongan titik pertemuan yang mudah diingat jika masing-masing terpisah dari rombongan.

Sumber: http://www.republika.co.id.