Nashir al-Mathiri, salah seorang tahanan di penjara Guantenamo, Amerika, asal Kuwait yang merupakan tahanan Kuwait pertama yang dibebaskan menyingkapkan mengenai siksaan fisik dan psikologis yang dialaminya selama tiga tahun ditahan oleh tentara Amerika di sana.

Dalam wawancara persnya dengan surat kabar al-Khaleej, Emirat, al-Mathiri menyebut kondisi di penjara Guantenamo, “Kondisi kami sangat memperihatinkan sekali. Aku dipindahkan dari satu jeruji ke jeruji yang lain. Mereka melakukan penyiksaan yang amat sadis dan biadab terhadapku dan tahanan-tahanan lainnya untuk mendapatkan pengakuan atas tindak kriminal yang tidak pernah kami lakukan. Setiap aku menuturkan kisahku, mereka memintaku agar mengulanginya kemudian membiarkanku di tahanan perorangan dalam sebuah kamar yang hanya ada ranjang besi tanpa kasur selama sebulan. Kemudian mereka memintaku mengulangi kisah yang dulu. Demikianlah yang mereka lakukan hingga aku mengalami sakit komplikasi dan berat badanku turun hingga 30 kg. Lantas mereka meletakkanku di ruang pemantauan khusus dalam kondisi terbelenggu kedua tangan dan kaki.”

Al-Mathiri menyebutkan bahwa ia sempat menyaksikan ke 12 tahanan yang berasal dari Kuwait lainnya dalam waktu yang berbeda. Ia menyiratkan bahwa semuanya dalam kondisi terasing dari dunia luar dan tidak diketahui apa yang terjadi di sana.

Al-Mathiri melanjutkan bahwa sebenarnya ia pergi ke Afghanistan untuk tujuan kemanusiaan, yaitu bergabung dengan kegiatan kemanusiaan di sana; membantu kaum fakir, orang-orang miskin dan yang membutuhkan hingga ia ditangkap di suatu kawasan yang dikuasai pihak Taliban pasca invasi Amerika terhadap Afghanistan.

Ia menambahkan, “Setelah tiga tahun berlalu atas penydikan terhadapku, barulah terbukti bagi mereka bahwa diriku sama sekali tidak bersalah, tidak ikut berperang dan tidak memanggul senjata. Aku pergi ke sana hanya untuk tujuan membantu kegiatan sosial dan kemanusiaan. Karena itu, mereka akhirnya membebaskanku.”

Adapun terhadap penahanannya oleh pemerintah Kuwait selama tiga bulan setelah kepulangannya untuk menjalani ‘kegiatan rutin’, ia mengomentari, “Aku yakin bahwa hal ini hanyalah sekedar kegiatan rutin untuk menyelidiki seputar kebenaran semua tuduhan terhadapku. Dan aku sangat yakin sekali bahwa ini hanyalah masalah waktu dan aku sangat percaya dengan pemerintah Kuwait. Pada akhirnya nanti, insya Allah, aku akan dibebaskan.” (istod/AS)