Sebuah rekaman video berdurasi sekitar 57 menit benar-benar mengejutkan dunia. Seorang dokter yang sedang memberikan instruksi kepada sejumlah dokter lain tentang cara mengumpulkan organ-organ tubuh, terlihat dalam rekaman itu.

Tergambar bagaimana teknik memindahkan kulit bagian belakang dari tubuh manusia Palestina yang sudah tak bernyawa. Potongan-potongan kulit itu kemudian diberikan kepada prajurit Israel yang mengalami luka bakar dan luka-luka lainnya akibat konflik dengan Palestina.

Para dokter juga mengumpulkan kornea mata, jantung, tulang, dan kulit bagian belakang dari tubuh warga Palestina. Tak heran, jika Pemerintah Israel mendirikan bank kulit pada 1986 demi menyembuhkan luka-luka tentara mereka dari kulit-kulit mayat curian warga Palestina.

”Prosesnya telah dimulai sejak awal 1980-an dan berlangsung sampai akhir 2000,” kata Yehuda Hiss, direktur dan kepala bagian patologi Abu Kabir Institute of Forensic Medicine, yang membuat rekaman film tersebut.

Hiss yang mengisi rekaman di video itu juga menangani masalah autopsi atas kematian tidak wajar di Israel dan daerah yang didudukinya. Ia bercerita, organ tubuh lainnya yang kerap menjadi sasaran pencurian adalah tulang, khususnya tulang panjang atau bagian dari jantung.

Mata juga menjadi incaran para pencuri organ tubuh meski tidak seluruhnya dicuri. ”Kami tidak mengambil seluruh mata, kami hanya mengambil kornea dan menutup mata kembali,” Hiss menjelaskan seperti dikutip Al-Arabiya.

Organ tubuh yang dicuri itu kemudian tidak dijual ke pasar internasional melainkan dikirim ke rumah sakit yang ada di Israel atau Jerusalem. Hiss mengatakan, rumah sakit yang dituju seperti Tel Hashomer di mana semua dokter yang bertugas di sana adalah teman dia.

Ia mengaku tidak mendapatkan imbalan atas aksinya itu. Tetapi, empat tahun lalu mereka memberikan Hiss sebuah mikroskop. ”Kami juga memberikan organ ke Hadassah Medical Center di Jerusalem dan mereka memberikan alat yang dapat melihat seluruh tubuh,” kata Hiss dalam wawancara dengan televisi Israel, Channel 2.

Hiss mengakui kegiatan mengumpulkan organ tubuh tanpa izin itu telah dilakukan sejak awal 1990-an. Sebelumnya, ahli bedah militer telah memindahkan kulit dari tubuh orang yang mati di awal 1987 untuk menyelamatkan korban yang terluka. Aksi pengumpulan organ itu berakhir tahun 2000.

Rekaman video itu menjadi bukti keterlibatan Israel yang secara ilegal mencuri organ tubuh manusia dari tubuh warga Palestina yang tewas. Namun, Israel menganggap aksi itu benar atas nama penelitian ilmiah.

Sebenarnya, Israel telah melarang perbuatan mengambil organ tubuh tanpa persetujuan dari pihak keluarga dan Hiss sendiri juga telah meminta dokter tidak melakukan hal itu. ”Tapi, kami melakukan ini karena alasan penelitian dan demi kemajuan medis,” kata Hiss yang mengaku telah memindahkan organ tubuh dari 125 orang yang tewas tanpa persetujuan.

Kasus itu merebak setelah dipublikasikannya hasil wawancara Hiss dengan sebuah lembaga pendidikan di AS, University of California Berkeley, di tahun 2000. Lembaga itu mengedarkan hasil wawancara tersebut karena terjadinya kontroversi menyusul munculnya kabar pemberitaan di sebuah harian Swedia.

Kasus pengumpulan organ tubuh warga Palestina ini sebelumnya pernah dipublikasikan sebuah surat kabar Swedia, Aftonbladet, yang menyebutkan Israel telah membunuh warga Palestina untuk memperoleh organ tubuh mereka. Kabar itu kontan memicu kemarahan Israel yang mengakui terjadinya aksi pencurian itu. ”Kegiatan ini berakhir satu dekade lalu dan tidak terjadi lagi,” kata militer Israel.

Kementerian kesehatan Israel menanggapi hal itu sebagai suatu yang sudah sesuai dengan hukum yang berlaku. Sedangkan pihak rumah sakit menyebut kabar itu hanya cerita lama dan tidak ada kabar terbaru terkait hal itu.

Nancy Scheper Hughes, profesor antropologi pada University of California Berkeley menyebutkan, pihaknya melakukan wawancara terkait tersiarnya kabar dari Aftonbladet. Peristiwa itu sempat membuat hangat hubungan diplomatik antara Israel dan Swedia. Bahkan, sempat membuat menteri luar negeri Swedia membatalkan kunjungannya ke Israel.

Scheper menilai wawancara itu perlu dilakukan dan dipublikasikan karena mengambil kulit dari penduduk yang sebenarnya musuh adalah suatu yang sangat serius dan perlu dipertimbangkan dengan baik.

Merebaknya kabar pencurian ini telah membuat Hiss harus terkena hukuman berupa skors dari jabatannya sebagai direktur institut kedokeran di tahun 2005. Namun, kehakiman Israel memutuskan untuk tidak mengajukan tuntutan. Hiss kemudian hanya memperoleh teguran dan kembali menduduki posisinya.

Parahnya, dari laporan Maan News Agency, tindakan itu dilakukan tanpa izin anggota keluarga yang ditinggalkan. Hal ini diakui Hiss dengan mengatakan, ”Apa pun yang dilakukan sangat tidak formal, tidak ada izin dari keluarga.”

Dan Israel terus menunjukkan wajah tak berperikemanusiaannya kepada dunia. Pantaskah dunia berdiam diri?
Sumber: http://republika.co.id