Yaitu keyakinan yang sesungguhnya bahwa Allah adalah wahid (satu), ahad (esa), fard (sendiri), shamad (tempat bergantung), tidak mengambil shahibah (teman wanita atau istri) juga tidak memiliki walad (seorang anak). Dia adalah pencipta dan pemilik segala sesuatu, tidak ada sekutu dalam kerajaanNya. Dialah Al-Khaliq (yang mencipta-kan), Ar-Raziq (Pemberi Rizki), Al-Mu’thi (Pemberi Anugerah), Al-Mani’ (Yang Menahan Pemberian), Al-Muhyi (Yang Menghidupkan), Al-Mumit (Yang Mematikan) dan yang mengatur segala urusan mak-hlukNya.

Dialah yang berhak disembah, bukan yang lain, dengan segala macam ibadah, seperti khudhu’ (tunduk), khusyu’, khasyyah (takut), inabah (taubat), qasd (niat), thalab (memohon), do’a, menyembelih, nadzar dan sebagainya.

Termasuk beriman kepada Allah adalah beriman dengan segala apa yang Dia kabarkan dalam kitab suciNya atau apa yang diceritakan oleh RasulNya Shalallaahu alaihi wasalam tentang Asma’ dan sifat-sifatNya dan bahwasanya Dia tidak sama dengan MakhlukNya, dan bagiNya kesempurnaan mutlak dalam semua hal tersebut, dengan me-netapkan tanpa tamtsil (menyerupakan) dan dengan menyucikannya tanpa ta’thil (menghilangkan maknanya) sebagaimana Dia mengabar-kan tentang diriNya dengan firmanNya:

“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan se-gala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat khusus) demikian itu adalah Allah Rabb kamu, tidak ada sembahan yang haq selain Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia, dan Dia adalah Pemelihara segala se-suatu.” (Al-An’am: 101-102).

Demikianlah, dan sungguh ayat-ayat serta hadits-hadits yang me-nunjukkan makna iman dan pencarian iman sangat banyak dan pan-jang untuk ditulis. Wabillahit-taufiq.