Ilmu kedokteran membuktikan bahwa memperbanyak shaum (puasa) dapat meredam gejolak nafsu seks yang meluap-luap dalam diri manusia terutama di kalangan para pemuda. Apabila seorang manusia telah mampu meredam gejolak nafsu seks, maka ia akan terhindar dari berbagai macam kegoncangan dan penyimpangan baik fisik, mental maupun akhlak. Hal ini menjadi bukti nyata rahasia ilmiah di balik sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang telah mampu menikah, maka hendaklah ia segera menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih manjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu untuk itu, maka hendaklah berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu akan menjadi peredam syahwat baginya”.

Memperbanyak puasa –terlebih lagi jika dilakukan secara berturut-turut seperti puasa Ramadhan- yang diiringi dengan pola makan yang sehat dan seimbang dapat menurunkan kadar hormon testoteron yang merupakan penggerak nafsu seks dalam diri seseorang, bahkan sampai setelah tiga hari berbuka. Setelah tiga hari berbuka, maka kadar hormon testoteron akan kembali meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa puasa juga dapat meningkatkan kesuburan pria sesudah berbuka.

[K. Inesh, Beitins, Thomas, Badger et al (1981) Reproductive Function during Faasting -Men.J. of clin endocrin and Metabol. 53: 258 – 266]

(Disadur dari makalah berbahasa Arab : من أوجه الإعجاز العلمي في الصيام ، د. عبد الجواد الصاوي باحث بهيئة الإعجاز العلمي)