Alhamdulillah.

Saudara-saudaraku sekalian, pada sepertiga akhir dari bulan yang penuh berkah ini terdapat Lailatul Qadar, suatu malam yang dimuliakan oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-melebihi malam-malam yang lain. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan nikmat kepada umat ini dengan keutamaan dan kebaikan malam tersebut.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4) أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ (5) رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (6) رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (7) لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ (8) [الدخان : 3 – 8]

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus Rasul-rasul, sebagai rahmat dari Rabbmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, Rabb yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. Tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Rabbmu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu.” (Ad-Dukhan : 3-8).

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mensifatinya dengan malam yang berkah karena banyaknya kebaikan, keberkahan, dan keutamaannya. Di antara keberkahannya adalah turunnya al-Qur’an yang penuh berkah pada malam tersebut. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga menyatakan bahwa malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Maksudnya, segala urusan untuk setahun kedepan dijelaskan secara terperinci dari Lauhul Mahfuz kepada para Malaikat pencatat, baik itu berupa rizki, ajal, kebaikan, keburukan, dan perkara-perkara hikmah lainnya yang masuk dalam ketetapan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang pasti dan kokoh, di dalamnya tidak ada cacat, kekurangan, kebodohan, dan kebatilan. Demikianlah ketetapan dari Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun Malaikat-Malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Al-Qadar : 1-5).

Arti al-Qadar adalah kemuliaan dan pengagungan atau ketetapan dan keputusan. Dinamakan demikian karena malam itu adalah malam yang agung dan mulia, di mana Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mentakdirkan dan menetapkan apa yang akan terjadi dalam setahun kedepan dari perkara-perkara yang penuh hikmah.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”

Maksudnya, dari sisi keutamaan, kemuliaan, serta banyaknya pahala dan ganjaran. Oleh karena itu, barang siapa yang melakukan shalat di malam itu dengan iman dan mengharapkan pahala akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا

Pada malam itu turun Malaikat-malaikat dan ar-Ruh.” (A-Qadar : 4).

Malaikat adalah salah satu jenis hamba-hamba Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang senantiasa beribadah kepada-Nya siang dan malam.

لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ (19) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ (20) [الأنبياء : 19 ، 20]

“Mereka tidak mempunyai rasa angkuh untuk beribadah kepada-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tidak henti-hentinya.” (A-Anbiya : 19-20).

Pada malam Lailatul Qadar, mereka turun ke bumi dengan membawa berkah, kebaikan dan rahmat. Yang dimaksud dengan [الرُّوحُ ] dalam ayat tadi adalah Jibril. Penyebutannya disebutkan secara khusus untuk menunjukkan kemuliaan dan keutamaannya. [سَلَامٌ هِيَ ] Malam itu (penuh) kesejahteraan, Maksudnya, Lailatul Qadar adalah malam keselamatan bagi kaum Mukminin dari semua hal yang menakutkan, disebabkan banyaknya orang yang dibebaskan dan terselamatkan dari Neraka pada malam tersebut. [حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ] sampai terbit fajar, Maksudnya, malam Lailatul Qadar itu usai dengan terbitnya fajar, seiring dengan usainya amalan malam hari.

Surat yang mulia ini menjelaskan berbagai keutamaan malam Lailatul Qadar :
Pertama : Di dalamnya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menurunkan al-Qur’an yang membawa petunjuk dan kebahagiaan bagi manusia di dunia dan akhirat.
Kedua : Kata tanya yang digunakan untuk menunjukkan keagungan malam, sebagaimana firman-Nya :

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Ketiga : Ia lebih baik dari seribu bulan.
Keempat : Para Malaikat turun pada malam tersebut, dan mereka tidak turun melainkan dengan kebaikan, rahmat dan keberkahan.
Kelima : Ia adalah keselamatan dan kesejahteraan, karena banyak orang yang selamat dari hukuman dan siksaan, disebabkan mereka melakukan ketaatan kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.
Keenam : Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menurunkan satu surat secara lengkap untuk menjelaskan keutamaannya, di mana surat tersebut akan dibaca sampai hari Kiamat.

Di antara keutamaan Lailatul Qadar adalah sebagaimana yang tercantum dalam ash-Shahihain, dari hadis Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda :

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang melakukan shalat di malam Lailatul Qadar karena iman dan pengharapan niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Yang dimaksud dengan iman adalah iman kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan pahala yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-persiapkan bagi orang-orang yang melakukan shalat di waktu tersebut. Dan yang dimaksud dengan pengharapan adalah mengharap ganjaran dan meminta pahala (dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-). Ini dapat diraih oleh orang yang mengetahuinya atau pun tidak, karena Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – tidak mensyaratkan bahwa pahala tersebut hanya didapatkan oleh orang yang mengetahui.

Malam Lailatul Qadar terletak di bulan Ramadhan, karena pada malam itu Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menurunkan al-Qur’an. Padahal Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga mengabarkan bahwa al-Qur’an itu diturunkan di bulan Ramadhan.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Qur’an) pada malam kemuliaan.”
Dan Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ [البقرة : 185]

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an.” (Al-Baqarah : 185).

Berdasarkan dua ayat tadi, jelaslah bahwa Lailatul Qadar itu terjadi di bulan Ramadhan. Ini terdapat pada seluruh umat, termasuk umat ini, sampai tibanya hari Kiamat.

Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan an-Nasai, dari Abu Dzar-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفِي رَمَضَانَ هِيَ أَوْ فِي غَيْرِهِ قَالَ بَلْ هِيَ فِي رَمَضَانَ قَالَ قُلْتُ تَكُونُ مَعَ الْأَنْبِيَاءِ مَا كَانُوا فَإِذَا قُبِضُوا رُفِعَتْ أَمْ هِيَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ قَالَ بَلْ هِيَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku tentang Lailatul Qadar, apakah ia terjadi di bulan Ramadhan atau di bulan yang lain? Beliau menjawab, ‘Ia terjadi di bulan Ramadhan.’ Abu Dzar bertanya kembali, ‘Apakah ia hanya terjadi seiring adanya para Nabi, kapan pun mereka, sehingga jika mereka wafat, maka Lailatul Qadar juga hilang, ataukah ia tetap akan ada sampai hari Kiamat?‘ Beliau menjawab, ‘Ia akan tetap ada sampai hari Kiamat’.

Akan tetapi, keutamaan dan pahalanya hanya khusus bagi umat Islam, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengetahui tentang umat ini, sebagaimana umat Islam mendapatkan kekhususan keutamaan hari Jum’at, dan berbagai keutamaan-keutamaan lainnya. Segala puji hanyalah milik Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Terjadinya Lailatul Qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari).

Terjadinya Lailatul Qadar di tujuh malam terakhir bulan Ramadhan itu lebih memungkinkan, sebagaimana hadis Ibnu Umar-رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا-, bahwa sebagian sahabat Nabi bermimpi melihat Lailatul Qadar di tujuh malam terakhir bulan Ramadhan. Kemudian Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

Aku melihat bahwa mimpi-mimpi kalian itu telah bersesuaian pada tujuh malam terakhir (bulan Ramadhan). Barang siapa yang hendak mencari Lailatul Qadar, maka hendaklah ia mencarinya di tujuh malam terakhir tersebut.” (Muttafaq ‘Alaih).

Diriwayatkan juga oleh Muslim, masih dari hadis Ibnu Umar-رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- bahwa Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى

“Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.”

Dan yang paling memungkinkan dari tujuh malam terakhir untuk Lailatul Qadar adalah malam kedua puluh tujuh, sebagaimana hadis Ubay bin Ka’ab-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata,

وَاللَّهِ إِنِّى لَأَعْلَمُهَا هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

“Demi Allah, aku benar-benar mengetahuinya, ia adalah malam di mana kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk melaksanakan shalat di malamnya, ia adalah malam kedua puluh tujuh.” (HR. Muslim).

Namun Lailatul Qadar itu tidak terjadi pada malam yang sama untuk tiap tahun. Ia berpindah-pindah. Pada tahun tertentu mungkin ia terjadi pada malam kedua puluh tujuh, dan pada tahun berikutnya ia beralih pada malam kedua puluh lima, misalnya, karena mengikuti kehendak dan hikmah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah ia di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, Lailatul Qadar pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Al-Bukhari).

Ibnu Hajar-رَحِمَهُ اللهُ-di dalam Fathul Bari menyatakan: “Pendapat yang paling kuat adalah Lailatul Qadar terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir, dan waktunya berpindah-pindah (dari tahun ke tahun).”

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam tersebut dari para hamba-Nya sebagai rahmat bagi mereka, agar mereka memperbanyak amal-amal mereka dalam rangka mencarinya dengan shalat, dzikir, dan doa pada malam-malam Ramadhan yang memiliki keutamaan. Sehingga mereka tambah dekat dengan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan pahala mereka semakin banyak. Itu juga merupakan ujian bagi mereka, agar terbedakan antara orang yang benar-benar semangat dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya dari orang yang malas dan meremehkannya. Orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Keletihan dalam mencari dan memperolehnya akan terasa ringan. Bisa jadi Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menampakkan Lailatul Qadar kepada sebagian hamba-Nya dengan berbagai tanda dan indikasi yang dapat dilihat, sebagaimana Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-dahulu pernah bermimpi melihat tanda-tandanya, yaitu beliau sujud pada malam harinya di atas air dan lumpur. Turunlah hujan pada malam tersebut, sehingga pada pagi harinya, ketika melakukan shalat Shubuh, beliau benar-benar bersujud di atas air dan lumpur.

Saudara-saudaraku sekalian, pada malam Lailatul Qadar itu pintu akan dibuka, orang-orang yang mencinta-Nya akan didekatkan, al-Qur’an didengarkan, dan permintaan akan dikabulkan. Orang-orang yang beramal di dalamnya akan dicatat dan memperoleh pahala yang besar. Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam mencarinya, semoga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- merahmati kalian. Sekarang adalah waktu untuk mencarinya. Berhati-hatilah dari kelalaian, karena kelalaian mengandung kebinasaan.

Umur dihabiskan dalam kesia-siaan,
dalam kelalaian dan kerugian.
Aduhai, betapa sia-sia yang kuberikan
pada hari-hari umurku terlewatkan

Aku, dengan perkara yang telah kulalaikan
tidak mempunyai alasan dari usia yang kuhabiskan.
Betapa lalai kita dari kewajiban
untuk bersyukur dan memuji.

Ingatlah, Allah telah memberi kita kekhususan
dengan satu bulan yang tidak ada bandingan.
Bulan pada saat ar-Rahman menurunkan
al-Qur’an, semulia-mulia dzikir yang tidak terkalahkan.

Manakah bulan yang akan menyamainya
jika di dalamnya ada Lailatul Qadar, malam mulia.
Betapa banyak kabar shahih tertera
tentang kebaikan yang ada di dalamnya.

Kami meriwayatkan dari para tsiqah (tepercaya) bahwa
di malam-malam ganjil carilah ia.
Beruntunglah bagi orang yang mencarinya
di sepuluh malam terakhir bulan mulia.

Pada malam tersebut Malaikat turun ke dunia
dengan membawa kebaikan dan cahaya.
Allah berfirman, Malam itu (penuh) kesejahteraan
hingga terbitnya fajar.

Ingatlah, jadikanlah ia sebagai simpanan
sesungguhnya ia adalah sebaik-baik simpanan.
Pada saat itu betapa banyak orang dibebaskan
dari Neraka sedangkan ia tidak mengetahuinya.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berpuasa di bulan ini, menjumpai Lailatul Qadar, dan memperoleh keberuntungan dengan pahala besar.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang terdepan di dalam kebaikan, lari dari kemungkaran, serta merasakan keamanan Surga bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dan Engkau jaga dari kejelekan.

Ya Allah, jagalah kami dari fitnah-fitnah yang menyesatkan, serta jauhkanlah dari segala kekejian, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Ya Allah, berilah kami rizki untuk dapat mensyukuri nikmat-nikmat-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu. Jadikanlah kami termasuk dari orang-orang yang dijaga oleh-Mu dan orang-orang yang taat kepada-Mu. Berikanlah kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api Neraka. Ampunilah kami, kedua orang tua kami, dan seluruh kaum Muslimin, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Mahapenyayang di antara para penyayang.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Amin. Wallahu A’lam. (Redaksi)

Sumber :
Majalis Syahri Ramadhanal-Majlis 22 : Fii al-Ijtihad Fii al-‘Asyr al-Awakhir Wa Lailati al-Qadri, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal. 159-165ز