doa_muslimFitrah yang benar, akal yang lurus dan syari’at-syari’at yang diturunkan sepakat dalam melaksanakan berbagai macam ibadah kepada Allah ta’ala. Di antaranya adalah, menghadap kepada Allah dengan segenap hati dan lisan, mengembalikan segala sesuatu kepada-Nya. Seorang hamba saat diliputi perasaan takut dan harap, baik dalam keadaan susah maupun senang, harap dan cemas, takut dan tamak. Maka ia berdo`a, memohon dan meminta, memohon perto-longan dan bantuan, berlindung, mengharap pertolongan dan bantuan, memohon ampunan, memohon dukungan, mendapatkan sesuatu yang dikehendaki, membutuhkan bantuan dari sesuatu yang menakutkan, memohon ampunan dari segala dosa, dan meminta hidayah kalbu. Juga memohon diberikan segala keperluan, mendapatkan kesenangan, menghilangkan kesedihan, mengungkap segala cobaan, memohon pertolongan atas kezhaliman, menghilangkan kegalauan, kesembuhan penyakit, keselamatan dari siksaan yang pedih dan berbagai macam do`a permintaan dan permohonan lainnya, yang tidak dapat dikabulkan oleh siapa pun melainkan Allah ta’ala sebagai upaya mendapatkan man-faat dan menjaga dari marabahaya.

Yang demikian itu murni merupakan hak Allah ta’ala atas setiap manusia dan merupakan sikap bertauhid seorang hamba dalam ber-do`a, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya.

Permohohonan hanya kepada Allah semata itu disebabkan ka-rena Allah ta’ala tidak pernah istirahat dan tidur, dan hanya Dia semata Yang Maha Mendengar permohonan do`a dimana pun berada dan dengan menggunakan bahasa apa pun. Dia akan mengabulkan segala do`a yang dipanjatkan oleh siapa pun, baik orang-orang pandai maupun sebaliknya. Dia Yang terpuji tidak membedakan satu dengan yang lain. Dia tidak memilah-milah do`a orang-orang yang memohon dan permohonan orang-orang yang sangat membutuhkan. Dia yang Maha Terpuji tidak membeda-bedakan suara dan kebutuhan. Dia Yang Terpuji Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati dan hal-hal yang dirahasiakan. Hanya Dia semata yang dapat mendatangkan manfaat dan madharat, bukan salah satu di antara makhluk.

Demikianlah ciri-ciri khusus Allah ta’ala yang tidak dimiliki oleh seorang pun di antara makluk-makhluk-Nya. Manusia misalnya, ia adalah makhluk hidup dan berakal yang mempunyai sifat lupa, tidur, lemah, galau, gundah, hina dan sangat membutuhkan akan penciptanya. Maka layakkah seorang makhluk memohon perlin-dungan kepada makhluk yang lain, memohon sesuatu yang tidak dapat dikabulkan oleh selain Allah ta’ala? bahkan, ironinya ada orang yang meminta sesuatu kepada orang mati yang jelas-jelas segala perbuatannya telah terhenti, bahkan dia sendiri tidak dapat menda-tangkan manfaat maupun mudarat terlepas dari siapa pun orang yang dimintai tolong dan syafaat itu. Semua itu bertentangan dengan fitrah dan agama.

Dengan demikian, do`a seorang hamba kepada Allah merupakan ibadah yang paling agung dan proses pendekatan diri yang paling mulia serta ketaatan yang paling utama. Bahkan Allah ta’ala menyatakan, bahwa do`a itulah inti dari agama:

[sc:BUKA ]هُوَ الْحَىُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ …… {65} [sc:TUTUP ]

“Dialah Yang hidup kekal, tiada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya.” (Ghafir: 65).

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar, bahwa do`a adalah ibadah.

Atas dasar itu, Allah mensyari’atkan kepada hamba-Nya agar setiap rakaat dalam shalatnya membaca,

[sc:BUKA ]إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ [sc:TUTUP ]

“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” Hal itu dimaksudkan sebagai tuntunan kepada mereka, bahwa tiada lain ibadah itu hanya kepada Allah ta’ala dan segala permohonan hanya ditujukan kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya dari makhluk-makhluk-Nya.
Wajib atas seorang hamba melaksanakan ibadah ini, layaknya ibadah-ibadah lain kepada Allah ta’ala. Karena hanya Dia semata yang kuasa mengabulkan do`a.

Jika seorang hamba merenungkan ayat-ayat al-Qur’an tentu akan mendapati sekitar tiga ratus ayat tentang do`a berkenaan dengan rahasia ayat-ayat yang menakjubkan. Dia akan melihat, bahwa Allah ta’ala mengawali kitab yang mulia dengan surat al Fatihah. Di dalamnya terdapat do`a ibadah dan pujian, yaitu firman Allah:

[sc:BUKA ]إِيَّاكَ نَعْبُدُ [sc:TUTUP ]

(Hanya kepada-Mu kami menyembah). Dan do`a memohon dan memin-ta, dalam firman-Nya,

[sc:BUKA ]وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ [sc:TUTUP ]

(Dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan). Dan firman-Nya,

[sc:BUKA ]اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ [sc:TUTUP ]

Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus.

Di samping Allah mengawali kitab-Nya dengan al Fatihah, Dia menutup ayat-ayat al-Qur’an dengan tiga surat; al Ikhlash yang mencakup do`a pujian dan sanjungan kepada Allah yang pantas bagi-Nya, juga suratmi’waddzatain (an-Nas dan al-Falaq) yang mengan-dung do`a permohonan dan permintaan.

Awalan yang agung dan akhiran yang mulia mengisyaratkan akan dua pilar penting, yaitu bertauhid kepada Allah ta’ala dan menampakkan ibadah hanya kepada-Nya serta memalingkan seluruh bentuk ibadah tertuju kepada-Nya dengan mengabaikan selain-Nya.

Oleh karena itu, akan didapati, bahwa perintah pertama pada pembukaan surat al-Baqarah adalah beribadah kepada-Nya, yaitu, “Wahai sekaklian manusia, sembahlah Tuhan kalian.” Do`a merupakan amalan ibadah yang paling mulia.

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, dengan edisi indonesia berjudul Koreksi Zikir]