Bila Anda punya anak perempuan atau saudara perempuan, atau bibi atau keponakan yang berusia menikah atau bahkan ibu yang menjanda dan belum kunjung mendapatkan suami serta berhasrat untuk menikah, maka ada satu jalan keluar untuk mengatasi masalah ini, yaitu biro jodoh. Tapi, nanti dulu, bukan biro jodoh ala koran, majalah, tabloid atau dunia maya, maksud saya adalah biro jodoh dalam artian Anda sendiri yang menjadi biro jodoh tersebut, menjembatani dengan mencarikan jodoh baginya, jadi tugasnya sama dengan biro jodoh pada umumnya, cuma yang ini adalah partikelir alias kalangan sendiri, lebih bisa dipercaya, lebih rahasia dan tentunya non biaya.

Bila Anda adalah seorang wali dari seorang wanita, maka salah satu tanggung jawab Anda adalah menjodohkannya, tidak hanya itu, dengan orang shalih atau orang baik, masalahnya adalah saat yang bersangkutan belum ketemu jodoh, apakah Anda sebagai wali hanya diam dan bertahan, bagaimana bila Anda menawarkan? Duh aib, pak, malu, saru, kok seperti dagangan saja, nanti dulu, jangan berpemikiran buruk, yang bilang aib itu ya siapa? Tak ada aib, gak ada malu dalam hal ini selama dilakukan dengan cara yang santun, baik dan kepada orang shalih, gak ada malu dalam kebenaran.

Kalau Anda merasa malu dan memandangnya aib, maka perhatikanlah orang-orang di bawah ini yang mereka dijamin lebih baik dan lebih mulia dari Anda.

Seorang laki-laki shalih berkata kepada Musa,
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ [القصص/27]
Sesungguhnya aku hendak menikahkanmu dengan salah satu dari kedua putriku ini dengan syarat kamu bekerja kepadaku selama delapan tahun…” Al-Qashash: 27. Bapak ini tahu bila Musa adalah pemuda baik, kuat dan amanat, maka dia berminat menjadikannya sebagai menantu, dan hasratnya terkabul, salah satu putrinya menjadi istri seorang nabi.

Saat Hafshah binti Umar menjanda dari suaminya Khunais bin Hadzafah as-Sahmi, Umar menawarkannya kepada Usman yang memutuskan tidak kemudian Abu Bakar yang memilih diam, kemudian akhirnya Rasulullah melamarnya.

Dari Abdullah bin Umar, bahwa ketika putri Umar Hafshah menjanda, dia berkata, “Aku telah bertemu Utsman bin Affan lalu aku menawarkan Hafshah kepadanya, aku berkata, ‘Jika kamu mau aku akan menikahkanmu dengan Hafshah putri Umar?’ Utsman menjawab, ‘Saya akan memikirkannya lebih dulu.’ Selang beberapa hari, ia menemuiku lalu berkata, ‘Sepertinya saya tidak menikah pada saat ini.’ Kemudian aku bertemu Abu Bakar, maka aku berkata, ‘Jika kamu menghendaki, aku menikahkanmu dengan Hafshah putri Umar.’ Maka Abu Bakar terdiam, tidak menjawab sedikit pun, aku lebih jengkel karenanya daripada penolakan Utsman. Lewat beberapa hari kemudian, Hafshah dipinang oleh Rasulullah, maka aku pun menikahkannya dengan beliau. Kemudian Abu Bakar menemuiku lalu mengatakan, ‘Barangkali kamu marah kepadaku saat kamu menawarkan Hafshah kepadaku, aku tidak menjawab sedikit pun?’ Saya menjawab, ‘Ya.’ Dia berkata, ‘Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk menjawab tawaranmu kecuali aku telah mengetahui bahwa Nabi menyebut-nyebutnya, maka aku tidak ingin membuka rahasia Rasulullah. Seandainya Nabi membiarkannya tentu aku sudah menerimanya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Ali bin Abu Thalib berkata, “Rasulullah, mengapa Anda memilih wanita-wanita Quraisy dan meninggalkan kami?” Nabi bertanya, “Kalian punya apa?” Ali menjawab, “Ya, putri Hamzah.” Rasulullah menjawab, “Dia tidak halal bagiku karena dia adalah keponakanku dari susuan.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Ummu Habibah binti Abu Sufyan berkata, “Rasulullah, nikahilah saudariku Binti Abu Sufyan.” Nabi bertanya, “Kamu menginginkannya?” Dia menjawab, “Ya, aku tidak bisa mendapatkan dirimu seorang diri, orang yang paling aku inginkan mendapatkan kebaikan yang sama denganku adalah saudariku.” Nabi menjawab, “Tidak halal bagiku.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Bagaimana? Masih enggan melakukan dengan alasan aib dan malu? Bila demikian rasa-rasanya malu Anda memang bikin malu, buang saja jauh-jauh, gak berguna. Wassalam.