Jakarta, Sejarah telah membuktikan jika penybersatuatuan Sunni dan Syiah mustahil adanya. Jalinan kerjasama keduanya pun penuh resiko dan berbahaya. Sebab Syiah tidak dapat dapat dipercaya.

Demikian ditegaskan cendekiawan dan penulis buku-buku terkenal asal Mesir Dr Raghib As-Sirjani saat berkunjung ke Indonesia baru-baru ini. Sejarah, kata Raghib, mencatat jika Syiah telah melakukan pengelabuan terhadap umat Islam.

Di depan para wartawan, Raghib mengungkap sejarah pengelabuan itu. Dia membeberkan ketidakbenaran penisbatan nama Fathimiyyah kepada daulah Syiah di Mesir.

Sebab, menurutnya, Syiah ingin mengelabui umat Islam dengan mencatut nama Fathimah, puteri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Padahal sebenarnya, nama daulah Syiah tersebut adalah Daulah Ubaidiyyah, dinisbatkan kepada pendirinya, Ubaidillah Mahdi, seorang Yahudi.

“Jadi tidak ada yang namanya Daulah Fathimiyyah, yang ada Daulah Ubaidiyyah,” tegas Raghib usai mengisi acara 13th Islamic Book Fair di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu, (01/03/2014).

Raghib mengatakan, daulah tersebut kemudian mengklaim sebagai kekhalifahan. Pengelabuan-pengelabuan itu disebutnya sebagai pemanis agar mereka dihormati.

“Sebenarnya itu adalah negara (daulah. Red) yang sangat keji, sangat kotor,” tegas Raghib seperti dikatakan penerjemahnya.
Penulis buku ‘Kaifa Nabnil Ummah?’ ini mencontohkan kekejian Syiah yang terpampang di Suriah saat ini. Menurutnya, Suriah kini dijajah oleh Syiah Nushairiyyah -yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Nusyair- dengan kedok Syiah Alawiyyah.

Adapun penggunaan nama Alawiyyah, jelasnya, adalah penisbatan palsu. Pengelabuan ini sama dengan kasus penisbatan Fathimiyyah di atas.

“Tapi sebenarnya (Syiah di Suriah) itu adalah Nushairiyyah dan itu adalah sekte Syiah yang paling keji, paling kotor, paling kriminal. Dan mereka sampai-sampai menuhankan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Jadi bukan hanya sekedar mensucikan (Ali),” ungkapnya.

Negosiasi Sunni-Syiah

Raghib mengatakan, hujjah Ahlus Sunnah sesungguhnya sangat kuat. Tidak bisa dibandingkan dengan hujjah lemah kaum Syiah. Sehingga, Syiah menempuh cara lain untuk menarik minat umat Islam.

“Jadi mereka menempuh cara lewat duit, lewat bantuan. Itu ditempuh di Mesir, di Sudan, dan di Indonesia juga, dan juga di negara-negara lainnya,” jelasnya.

Raghib meyakini, di Mesir saat ini tidak ada ulama Syiah, ataupun ulama Sunni yang mendukung Syiah. Yang ada ulama yang menyerukan pendekatan Sunni-Syiah.

“Para ulama ini dituduh seolah-olah dia condong pada Syiah,” imbuhnya.

Raghib berpandangan tersendiri terkait mustahilnya pendekatan Sunni dan Syiah. Menurutnya, yang mungkin dilakukan adalah dialog.

“Ataupun bernegosiasi di mana mereka kita berharap agar orang Syiah itu menghentikan kekejian mereka, kekerasan mereka terhadap Muslim,” tandasnya.

Kehadiran Raghib di Jakarta memenuhi undangan penerbit Pustaka Al-Kautsar sebagai pembicara dalam acara “Dialog Peradaban Islam”. Raghib mengupas buku karyanya yang diterjemahkan berjudul “Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia”.

Sumber: www.hidayatullah.com