hud

Di antara faidah yang berkaitan dengan kisah tersebut, bahwa seruan semua nabi adalah satu (sama).

Orang yang telah mendustakan salah seorang dari mereka maka ia telah mendustakan semuanya karena telah mendustakan kebenaran yang telah dibawa oleh salah seorang dari mereka. Karena itu maka di dalam setiap kisah dikatakan, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (Asy-Syu’ara: 105) “Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul.” (Asy-Syu’ara: 123) dan “Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul.” (Asy-Syu’ara: 141).

Faidah lainnya, bahwa siksaan Allah yang ditimpakan kepada umat-umat yang durhaka ditimpakan ketika kedurhakaan dan keingkaran mereka telah mencapai puncaknya, sehingga kekufuran dan kedustaan mereka mewajibkan kebinasaan, akan tetapi kebinasaan tersebut terjadi setelah kejahatan mereka sudah merajalela. Dengan demikian, datangnya siksaan kepada orang-orang zhalim dan durhaka terjadi setelah kedurhakaan mereka mencapai puncaknya, karena sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar mengawasi, dimana Allah akan menangguhkan atau membiarkannya terlebih dahulu, sehingga saat Allah menyiksa mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang datang dari Rabb Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.

Faidah lainnya, bahwa keyakinan yang bathil yang telah berakar yang diwarisi dari orang-orang yang dipandang baik oleh mereka baik nenek moyang atau yang lainnya merupakan penghalang terbesar untuk menerima kebenaran.

Keyakinan yang bathil tidak ada kaitannya dengan soal kafilah dan tidak pula dengan soal golongan, dan ia tidak memiliki kedudukan yang kuat dalam soal hujjah yang benar yang menunjukan kepada kebenaran. Karena itulah penolakan terbesar yang dilontarkan oleh kaum Nabi Shalih ‘alaihissalam terhadap dakwahnya, bahwa mereka mengatakan: “… apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami?” (Hud: 62).

Semua umat yang mendustakan dakwah para rasul berkata, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az-Zukhruf: 23).

Itulah alasan yang dipegang teguh oleh mereka yang menempuh jalan yang bathil; jalan yang ditempuh syetan-syetan untuk menyimpangkan manusia dari jalan Allah. Sedang jalan para rasul adalah jalan petunjuk dan kebenaran, maka tidak ada jalan setelah jalan tersebut, kecuali jalan kesesatan.