Hawa nafsu adalah dorongan hewaniah pada manusia yang mendorong kepada kesenangan yang menuntut penuntasan, bila ia dituntaskan maka lahir kepuasan dan kenikmatan, karena kepuasan dan kenikmatan itulah maka hawa nafsu cenderung diperturutkan tanpa kendali dan kekang, norma dan etika, padahal secara umum hawa nafsu hanya sebatas kesenangan sesaat dan kesulitan berkepanjangan, kenikmatan di depan dan kesengsaraan di belakang, sayangnya orang lebih mudah melihat yang dekat daripada yang jauh sekalipun melihat yang jauh bukan sesuatu yang tak bisa.

Bila kamu tidak mendurhakai hawa nafsu maka ia membawamu
Kepada sebagian perkara yang karenanya kamu akan dicela.

Mereka berkata, Hisyam bin Abdul Malik tidak mengucapkan satu baik syair kecuali bait di atas. Ibnu Abdul Bar berkata, “Seandainya dia berkata, ‘Kepada semua perkara…’ niscaya lebih mendalam.”

Wahab bin Munabbih berkata, “Akal dan hawa nafsu bergelut dalam diri manusia, siapa yang memang, ia menguasai orangnya.”

Ibnu Duraid berkata,

Penyakit akal adalah hawa nafsu, barangsiapa akalnya
Mengalahkan hawa nafsunya maka dia selamat.

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Orang paling pemberani adalah orang yang paling berani menolak ajakan hawa nafsunya.”

Sebagian orang bijak berkata, “Orang berakal dan berpengalaman tetap memerlukan musyawarah agar akalnya bersih dari hawa nafsu.” Sebagian dari mereka berkata, “Jangan turuti wanita dan hawa nafsumu, sesudah itu lakukan sesukamu.” Mereka berkata, “Allah tidak menyebutkan hawa nafsu dalam al-Qur`an kecuali dalam konteks mencelanya.”

Zubair bin Abdul Mutthalib berkata,

Aku menjauhi perkara-perkara buruk di mana pun
Aku meninggalkan apa yang aku sukai karena apa yang aku takuti.

Sebagian orang bijak berkata, “Hawa nafsu adalah musuh akal, bila kamu menghadapi dua piliha, tak ada orang yang diajak musyawarah maka jauhilah yang lebih dekat kepada hawa nafsumu.”

Di antara yang dinisbatkan kepada asy-Syafi’i atau Sahal al-Warraq,

Bila akalmu bingung di antara dua perkara
Kamu tak tahu mana yang salah dan yang benar
Tinggalkanlah apa yang kamu sukai karena hawa nafsu
Menyeret jiwa kepada perkara yang dicela.

Umar bertanya kepada Mu’awiyah, “Siapa manusia yang paling sabar?” Dia menjawab, “Orang yang akalnya menjadi rem bagi hawa nafsunya.”

Manshur an-Namari berkata,

Bila seseorang, hawa nafsu membinasakan akalnya
Dia benar-benar telanjang dari baju keberuntungan.

Hawa nafsu membutakan, Abdullah bin Mu’awiyah bin Abdullah bin Ja’far berkata,

Mata kerelaan itu buta dari segala aib
Sebagaimana mata kebencian memperlihatkan keburukan.

Mereka berkata, “Cintamu kepada sesuatu membutakan dan menulikan.” Dan hawa nafsumu adalah lubang kuburmu. Wallahu a’lam.

Bahjatul Majalis, Hafizh Abu Umar Ibnu Abdul Bar.