Ringkasan Kisah Nabi Luth ‘alaihissalam

Luth ‘alaihissalam adalah keponakan Ibrahim al-Khalil ‘alaihissalam. Ia lahir di Ur kaldan, kawasan Babilon, Irak. Luth ‘alaihissalam  beriman bersama Ibrahim ‘alaihissalam dan hijrah berasamanya ke tanah Syam. Setelah itu Ibrahim ‘alaihissalam menempatkan Luth ‘alaihissalam di timur Urdun (Yordania). Di kawasan tersebut yang bernama Umqus Siddim, dekat Laut Mati yang juga disebut Laut Luth, ada lima perkampungan atau perkotaan, yaitu Sodom, Aroma (Gomora), Admah, Zeboim dan Bela. Luth ‘alaihissalam menempati ibukota wilayah tersebut, yaitu kota Sodom yang penduduknya suka melakukan berbagai perbuatan buruk. Allah ‘Azza wa Jalla mengutus Luth ‘alaihissalam kepada penduduk Sodom dan perkampungan-perkampungan sekitarnya untuk menyeru mereka menuju Allah ‘Azza wa Jalla, beribadah hanya kepada-Nya, memerintahkan kebaikan, dan melarang perbuatan nista yang suka mereka lakukan, yang tidak pernah dilakukan seorang pun sebelumnya dan sama sekali tidak terlintas di benak mereka, sampai akhirnya dilakukan penduduk Sodom (Ibnu Katsir, II: 230; al-Manar, VIII:59)

Meski Luth ‘alaihissalam sudah menyampaikan dakwah dan memberitahukan bahwa ia adalah utusan Allah ‘Azza wa Jalla kepada mereka, dan ia menginginkan kebaikan untuk mereka melalui dakwah yang ia sampaikan, namun kaumnya tidak beriman kepadanya. Mereka bahkan berkata, “Usirlah dia dan keluarganya yang beriman bersamanya, karena mereka adalah orang-orang yang menganggap diri mereka suci.” Setelah itu mereka mengancam akan membunuhnya dengan cara merajamnya dengan batu jika ia tidak berhenti berdakwah. Saat itulah Luth ‘alaihissalam berdoa kepada Rabbnya agar menyelamatkannya dan keluarganya dari perbuatan yang mereka lakukan. Allah ‘Azza wa Jalla menyelamatkan Luth ‘alaihissalam dan keluarganya dari perbuatan yang mereka lakukan. Allah ‘Azza wa Jalla menyelamatkan Luth ‘alaihissalam dan keluarganya, kecuali istrinya, ia termasuk mereka yang tertinggal dalam azab. Sehingga ia binasa bersama kaumnya yang dibinasakan Allah ‘Azza wa Jalla dengan suara gemuruh yang keras, seperti yang Allah ‘Azza wa Jalla sampaikan dalam firman-Nya,

فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِينَ ، فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ

Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka kami jungkirbalikkan(negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. (Qs. al-Hijr (15) : 73-74)

Luth ‘alaihissalam Menyeru Kaumnya Agar Beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, Taat kepada Rasul-Nya dan Meninggalkan Perbuatan Homoseks

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ، إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ، إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ، فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ ،وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Kaum Luth mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka Luth berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa ?’ Sungguh, aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu, imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam. (Qs. Asy-Syu’ara (26) : 160-164)

Luth ‘alaihissalam menyeru mereka agar beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla semata dan agar patuh kepadanya, karena ia adalah utusan Allah ‘Azza wa Jalla kepada mereka. Ia berkata kepada mereka bahwa ia tidak menginginkan imbalan atas dakwah yang ia sampaikan kepada mereka, karena imbalannya sepenuhnya menjadi tanggungan Rabb seluruh alam (Ibnu Katsir, III : 344)

Selain menyeru kaumnya agar beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla semata, Luth ‘alaihissalam juga menyeru mereka agar meninggalkan perbuatan nista homoseks. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman menuturkan seruan yang disampaikan Luth ‘alaihissalam kepada kaumnya :

أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ، وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ

Mengapa kalian mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseks), dan kalian tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kalian ? Kalian (memang) orang-orang yang melampoi batas. “ (Qs. Asy-Syu’ara (26) : 165-166)

Yaitu, mengapa kalian melakukan perbuatan nista (mesum) dengan sesama lelaki dan meninggalkan istri-istri yang diciptakan Allah untuk kalian. Kalian memang orang-orang yang melampoi batas-batas Allah (al-Qurthubi, XIII : 132)

 

Luth ‘alaihissalam Diancam Diusir Karena Dianggap Sok Suci

Kaum Luth ‘alaihissalam tidak hanya mendustakan dan menolak untuk memenuhi seruannya. Mereka juga mengancam akan mengusirnya dari negeri jika ia tidak berhenti menyeru mereka menuju Allah ‘Azza wa Jalla. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

قَالُوا لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يَا لُوطُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِينَ، قَالَ إِنِّي لِعَمَلِكُمْ مِنَ الْقَالِينَ

Mereka menjawab, ‘Wahai Luth ! jika engkau tidak berhenti, engkau termasuk orang-orang yang terusir.’ Dia (Luth) berkata, ‘Aku sungguh benci kepada perbuatan kalian.” (Qs. Asy-Syu’ara (26) : 167-168)

Yaitu, aku termasuk orang-orang yang benci dengan perbuatan kalian, tidak menyukai ataupun meridhainya. Aku berlepas diri dari kalian (Ibnu Katsir, III : 345)

Salah satu sebab pengusiran Luth ‘alaihissalam dan orang-orang yang beriman kepadanya dari keluarganya dan negerinya adalah karena mereka dianggap sok suci dari perbuatan homoseks. Kesucian Luth ‘alaihissalam dan para pengikutnya dari perbuatan homoseks ini di mata kaumnya adalah suatu kejahatan.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ، إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ، وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kamu melakukan perbuatan nista, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun sebelum kalian (di dunia ini). Sungguh kalian telah melampiaskan syahwat kalian kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampoi batas.’ Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, ‘Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci.” ( Qs. al-‘Araf  (7) : 80-82)

Firman-Nya, yang artinya, ‘Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, ‘Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci.’, yaitu kaum Luth berkata, “Usirlah Luth dan para pengikutnya, karena mereka menjaga diri dari melakukan perbuatan homoseksual dan menjauhi perbuatan ini (al-Qurthubii, VII : 243, 246)

 

Doa Luth ‘alaihissalam dan Kebinasaan Kaumnya

Ketika Luth ‘alaihissalam sudah merasa putus asa kaumnya tidak mau menerima seruan yang ia sampaikan, ia pun berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar menyelamatkannya dan keluarganya, serta membinasakan kaumnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

قَالَ إِنِّي لِعَمَلِكُمْ مِنَ الْقَالِينَ، رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا يَعْمَلُونَ، فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ أَجْمَعِينَ، إِلَّا عَجُوزًا فِي الْغَابِرِينَ، ثُمَّ دَمَّرْنَا الْآخَرِينَ

Dia (Luth) berkata, ‘Aku sungguh benci kepada perbuatan kalian.’ (Luth berdoa), ‘Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dan keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.’ Lalu Kami selamatkan dia bersama keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua (istrinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal. Kemudian Kami binasakan yang lain.” (Qs. Asy-Syu’ara (26) : 168-172)

Di dalam surat Hud dijelaskan bagaimana bentuk kebinasaan yang ditimpakan kepada kaum Luth dan dengan apa mereka dibinasakan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman menuturkan tentang para malaikat yang berkunjung ke kediaman Luth ‘alaihissalam dan kata-kata yang mereka sampaikan kepada Luth ‘alaihissalam , (artinya),

“Mereka (para Malaikat) berkata, “Wahai Luth ! sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan mengganggu kamu, sebab itu pergilah beserta keluargamu pada akhir malam  dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sesungguhnya saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu Subuh. Bukankah Subuh itu sudah dekat ?’ Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zhalim.” (Qs. Huud (11) : 81-83)

Tamu Luth berkata, “Wahai Luth ! Sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan mengganggu kamu,” dengan berbuat jahat kepadamu. Maka dari itu, pergilah beserta keluargamu di akhir malam, “Dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang.” Yaitu jangan ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal atau pun menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Maksudnya, pergilah di akhir malam bersama keluargamu, kecuali istrimu karena ia akan tertimpa adzab yang menimpa mereka. Waktu turunnya siksaan mereka adalah subuh yang sudah dekat. Akhirnya Luth pergi bersama kedua putrinya tanpa disertai siapapun yang lain selain keduanya.  “Maka ketika keputusan Kami datang, “ yaitu azab Kami. “Kami menjungkirbalikkannya negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar.” Yaitu tanah liat dan keras, “yang diberi tanda oleh Tuhanmu,” yaitu batu yang telah diberi tanda. “Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zhalim” yaitu dari kaum Luth. Maksudnya, batu-batu itu tidak akan meleset dari mreka (al-Qurthubi, IX : 79)

Dua Pelajaran

  1. Boleh Mengingkari Kemaksiatan Orang Kafir

Orang kafir kadang melakukan berbagai kemaksiatan selain kekafirannya yang merupakan kejahatan terbesar. Maka dari itu, seorang muslim boleh mengingkari kekafiran orang kafir tersebut dan juga kemaksiatan-kemaksiatan lain yang ia lakukan.  Karena, Luth ‘alaihissalam mengingkari kekafiran kaumnya, juga perbuatan homoseks yang mereka lakukan.Luth ‘alaihissalam memerintahkan mereka bertakwa dan taat kepada Allah ‘Azza wa Jalla, juga memerintahkan mereka meninggalkan perbuatan nista homoseks.

Seorang muslim tidak perlu menunda pengingkaran terhadap kemaksiatan yang dilakukan orang kafir hingga ia masuk Islam, atau ia hanya mengajak orang kafir masuk Islam tanpa mencegahnya dari kemaksiatan apapun yang ia lakukan. Menyatukan antara pengingkaran terhadap kekafiran orang kafir dan kemaksiatan-kemaksiatan lain yang ia lakukan dianjurkan atau diwajibkan ketika kemaksiatan si kafir dapat merugikan masyarakat, menyebarkan kerusakan di bumi, dan seakan menjadi kejahatan tersendiri di luar kejahatan kekafiran, seperti kasus homoseksual.

  1. Hubungan Nasab atau Pernikahan dengan Seorang Mukmin Tidak Berguna bagi Orang Kafir

Ketika orang kafir memiliki hubungan nasab, pernikahan, atau kerabat dengan seorang mukmin, hubungan ini tidak berguna bagi orang kafir, sebagaimana kita ketahui dalam kasus istri Luth ‘alaihissalam . Ia adalah istri seorang Nabi yang mulia. Namun, ikatan pernikahan ini sama sekali tidak berguna baginya untuk menangkal siksa Allah ‘Azza wa Jalla, karena ia seorang kafir. Seperti itu juga dengan ahli maksiat yang memiliki hubungan kekerabatan atau pernikahan dengan orang sholeh. Disebutkan dalam hadis nabawi,

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

Barangsiapa yang lambat amalnya, nasabnya tidak dapat mempercepatnya (HR. Muslim)

Wallahu A’lam (Redaksi)

Sumber :

Al-Mustafad Min Qashashi al-Qur’an, Dr. Abdul karim Zaedan (ei, hal. 187-194) dengan ringkasan dan ubahan.