Saat terasa panas dan pengap lalu kita hidupkan kipas angin dengan kecepatan dan kadar tertentu sesuai kondisi, suasana pun menjadi segar dan nyaman. Namun, ketika anda menyalakan kipas melebihi kadar dan kecepatan yang seharusnya, maka angin pun bisa menjadikan badan anda sakit dan benda-benda bertebaran.

Inilah perumpamaan fitnah yang datang melanda manusia, jika ia mampu menghadapinya dengan ilmu niscaya kebaikan yang akan ia raih. Sebaliknya, jika ia tak memiliki ilmu, hanya mengikuti nafsu dan keadaan niscaya efeknya bisa menjadi petaka yang menghancurkan dirinya dan kehidupan. Oleh karenanya, Jangan Abaikan Angin!!

 

APA ITU FITNAH?

Para ulama menafsirkan arti fitnah dengan makna yang sangat luas yaitu syirik, kufur, ujian (cobaan hidup), penyiksaan, dosa, pembunuhan dan kematian, pelarangan dari jalan yang benar, kesesatan, kelalaian dan berbagai macam bentuk fitnah yang lainnya. Fitnah yang menimpa kaum muslimin adalah sebagai ujian keimanan dan keistiqamahan mereka di atas agama.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

 “Apakah manusia mengira akan dibiarkan begitu saja setelah mereka berkata, ‘kami beriman’ lalu mereka tidak diuji? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka pasti Allah mengetahui siapa di antara mereka yang jujur dalam keimanannya dan siapa yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan kita untuk waspada dan hati-hati dalam menghadapi fitnah agar kita selamat dan tidak celaka. Beliau bersabda,

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

 “Bersegeralah untuk beramal shalih, karena akan muncul fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam. Di waktu pagi seseorang masih beriman dan di waktu sore telah menjadi kafir. Di waktu sore seseorang masih beriman dan di waktu pagi telah menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan harga dunia yang sangat sedikit”. (HR. Muslim No. 238).

Datangnya fitnah dari segala arah yang sangat sulit dideteksi oleh orang-orang yang lemah iman dan ilmu. Banyak beramal shalih akan menjadikan kita dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita landasi amal shalih dengan ilmu yang benar agar tetap istiqamah, terjaga dan mendapatkan pertolongan-Nya dari bahaya fitnah ini.

 

KIAT-KIAT MENGHADAPI FITNAH

Berikut ini adalah beberapa kiat menghadapi fitnah, baik yang terkait dengan cobaan hidup maupun yang lainnya:

  1. Menguatkan Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan takdir-Nya

Menguatkan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan takdir-Nya menjadi suatu keniscayaan bagi orang-orang yang beriman. Karena segala yang menimpa semua makhluk merupakan suratan takdir yang harus diterima dengan penuh rasa iman dan ketundukan. Jika ia tetap kokoh dengan keimanan kepada-Nya dan kepada takdir-Nya niscaya hal itu akan berbuah pahala dan kebaikan.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dan memberi rizki dari arah yang tak disangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan (takdir) bagi segala sesuatu”. (QS. At-Thalaq: 2-3). 

  1. Berpegang Teguh dengan Al-Qur`an dan Sunnah

Di masa-masa fitnah sangat diwajibkan bagi setiap muslim untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah, karena keduanya adalah jalan yang lurus, di dalamnya terdapat kebahagiaan, petunjuk, penjagaan (dari kesesatan) dan sikap yang benar terhadap fitnah yang melanda.

 تَرَكْتُ فيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا :  كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ

 “Saya tinggalkan untuk kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama perpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnahku”. (Shahihul Jami`, no. 2937).

Imam Malik memisalkan Sunnah seperti perahu Nabi Nuh ‘alaihissalam, barangsiapa menaikinya niscaya selamat dan barangsiapa yang tertinggal maka akan tenggelam (terhempas bersama badai kesesatan dan fitnah).

  1. Sabar dan Do`a

Dengan bersabar dan berdo`a maka fitnah itu akan berlalu dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan jalan keluar yang terbaik. Ini merupakan salah satu solusi dalam menghadapi fitnah yang sedang melanda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

 “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman, segala urusannya baik baginya. Ini hanya untuk orang yang beriman. Jika ia diberi kebaikan ia bersyukur dan ini baik baginya. Jika ia ditimpa ujian (fitnah) dia bersabar dan ini juga baik baginya” (HR. Muslim no. 7692). 

  1. Konsultasi dengan Ahli Ilmu

Di antara kiat menghadapi fitnah adalah berkonsultasi dengan ulama rabbani. Mereka adalah pewaris para nabi. Merujuk kepada mereka di masa fitnah termasuk faktor terbesar dalam meraih jalan keluar yang tepat darinya. Para ulama adalah orang-orang yang matang pemahamannya terhadap agama dan realita kehidupan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci-kunci kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan” (HR. Ibnu Majah 1/127, Ash-Shahihah no.1332, Al-Albani). 

  1. Memperbanyak Amal Shalih

Sebagaimana dinyatakan dalam hadits di atas. Di zaman fitnah diharuskan bagi kita untuk beramal shalih sebanyak-banyaknya, sehingga menjadi hamba yang istiqamah, selamat dari badai fitnah yang melanda dan selalu dalam keridhaan Allah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam segala keadaan.

  1. Santun dan Lemah Lembut

Seorang muslim saat hidup di zaman fitnah harus mengedepankan sifat lemah-lembut dan santun. Tidak mudah terpancing dengan situasi yang membara dan tak tentu arah sehingga akan menimbulkan kekacauan dan bahaya/dosa yang lebih besar. Sikap lembut dan santun ini akan sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan, pemikiran dan sikap yang benar. Saking pentingnya sifat ini sehingga banyak ulama membuat bab khusus tentangnya, seperti An-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin menulis Bab Tentang Lemah Lembut, santun dan tidak tergesa-gesa.

  1. Cermat dan Tidak Tergesa-gesa

Dalam menghadapi fitnah juga harus cermat dan tidak tergesa-gesa dalam menilai dan menyebarkan informasi yang ia dapatkan. Apalagi di zaman yang serba canggih ini, informasi begitu cepat menyebar yang tidak sedikit dari informasi yang ada adalah tidak benar (hoax). Harus kita cermat mengecek kebenaran berita yang kita terima (tabayyun), sehingga kita tidak ikut menanggung dosa dari berita tersebut dan tidak menjadikan suasana semakin runyam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Cukup seseorang dianggap berdusta ketika menceritakan segala apa yang dia dengar” (HR. Muslim no.7). 

  1. Berkata Yang Baik

Di saat fitnah melanda maka jadikanlah lisan kita untuk berkata-kata yang baik dan tepat sesuai dengan keadaan. Jangan melontarkan kata-kata yang membuat suasana semakin runyam, apalagi membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala murka. Sungguh fitnah itu terkadang menyeret seseorang untuk berkata tidak baik karena terbawa emosi dan situasi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan contoh keteladanan yang baik saat ditimpa salah satu fitnah yaitu wafatnya sang putra. (HR. Al-Bukhari, no. 1303). Beliau bersedih namun tidak berucap kecuali dengan ucapan yang membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala ridha. Terkadang Rasulullah Subhanahu wa Ta’ala juga berkata dengan tegas/keras saat terjadi fitnah akan tetapi semua perkataan beliau baik dan tepat. (HR. Bukhari no. 3610 tentang kisah Dzul Khuwaishirah, moyang dari sekte Khawarij). Wallahu A`lam. (Amirudin bin Salimin Basori, Lc.,MSI).

 

Referensi:

  1. Al-Ubudiyah, Ibnu Taimiyah.
  2. Shahihul Jami` Ash-Shaghir & Ash-Shahihah, Al-Albani.
  3. Faidhul Qadir, Al-Munawi.
  4. Syarh Al-Muwatha’, Az-Zarqani.
  5. Siyasatul Islam fit Ta`amul ma`al Fitan Al-Mu`ashirah, Musthafa `Asiri, MA., dll.