Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- sosok yang sering ditanyakan oleh banyak orang. Dan, banyak pula ragam pertanyaan yang diajukan. Berikut ini 11 pertanyaan dan jawabannya. Semoga Anda-para pembaca yang budiman-dapat mengambil faedah darinya.  Amin.

Alasan ‘Isa Dinamakan al-Masih’

Pertanyaan:

Mengapa Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- dinamakan dengan ‘al-Masih’?

Jawaban:

Tidak diragukan bahwa nama beliau adalah ‘Isa, nama tersebutlah nama yang banyak disebutkan di dalam al-Qur’an, seperti dalam firman-Nya,

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ

“Dan (ingatlah) ketika ‘Isa putra Maryam berkata, Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu.” (ash-Shaff: 6).

Dan firman-Nya,

 ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ

“Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.” (Maryam: 34).

Dan firman-Nya,

وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَى وَعِيسَى وَإِلْيَاسَ كُلٌّ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan Zakaria, Yahya, ‘Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh.” (al-An’am: 85).

Dan firman-Nya,

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ

“Dan ingatlah, ketika Allah berfirman, “Wahai ‘Isa putra Maryam! Ingatlah nikmat-Ku kepadamu.” (al-Maidah: 110).

Dan di tempat lainnya di dalam al-Qur’an.

Adapun nama beliau ‘al-Masih’ disebutkan di beberapa tempat di dalam al-Qur’an, antara lain di dalam firman-Nya,

إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ

“Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra) namanya Al-Masih Isa putra Maryam.” (Ali Imran: 45).

لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ

“Al-Masih sama sekali tidak enggan menjadi hamba Allah.” (an-Nisa: 172).

Dan firman-Nya,

إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ

“Sungguh, Al-Masih ‘Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah.” (an-Nisa: 171) .

Sebagian salaf-semoga Allah merahmati mereka-mengatakan, ‘Beliau dinamakan dengan ‘Al-Masih’ karena banyak berkelana. Ada juga yang mengatakan, ‘Karena beliau adalah mengusap kedua telapak kakinya. Ada juga yang mengatakan, ‘Karena, bila beliau mengusap orang yang tengah menderita gangguan fisik niscaya orang tersebut sembuh dengan izin Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Dan, Abu Ubaid dan al-Laits berpendapat bahwa nama aslinya dalam bahasa Ibrani adalah  مَشِيْح (masyih) dengan titik tiga pada huruf sin. Lalu, orang-orang Arab menerjemahkan ke dalam bahasa Arab dan mengubah lafaznya (menjadi  مَسِيْح, masih). Atas dasar ini, maka kata tersebut tidak mempunyai turunan. Sementara Jumhur berpendapat bahwa kata tersebut memiliki turunan kata. Ada juga yang berpendapat bahwa al-Masih berarti ash-Shiddiq (jujur). Ada juga yang berpendapat, ’Beliau bernama al-Masih karena Zakariya mengusapnya.’ Ada juga yang berpendapat, ‘Karena tindakan beliau mengusap bumi, yakni, berkelana di atasnya.’ Ada juga yang berpendapat, ‘Karena beliau keluar dari perut ibunya diusap dengan minyak.’ Ada juga yang berpendapat, ‘Karena beliau diusap dengan keberkahan ketika dilahirkan.’ Ada juga yang berpendapat, ‘Karena Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengusapnya, yakni, menciptakannya dengan rupa yang sangat bagus.’ Ada juga yang berpendapat selain itu, sebagaimana disebutkan oleh Imam an-Nawawi di dalam Syarah Muslim [1]. Wallahu A’lam.

Bantahan Terhadap Orang yang Berdalil bahwa ‘Isa adalah Anak Allah

Pertanyaan 2:

Apa bantahan Anda-semoga Allah menjaga Anda-terhadap orang yang berdalil dengan ayat ini,

فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا

“Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami”

Bahwa ‘Isa itu adalah anak Allah? Mahatinggi Allah terhadap apa yang dikatakan orang-orang zalim.

Jawaban :

Penggalan ayat ini terdapat di dalam surat at-Tahrim. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا

“Dan Maryam putri ‘Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami.” (at-Tahrim : 12).

Dan, di dalam surat al-Anbiya, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا

“Dan (ingatlah kisah Maryam) yang memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan (roh) dari Kami kedalam (tubuh)nya.” (al-Anbiya: 91).

Pernyataan dalam ayat tersebut jelas bahwa peniupan itu pada diri Maryam dan bahwasanya peniupan tersebut sampai ke farjinya lalu ia mengandung ‘Isa. Dan, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman di dalam surat Maryam,

فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا

“lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.” (Maryam: 17).

Dan dia (Jibril) adalah Malaikat yang telah berkata,

إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا

“Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.” (Maryam: 19).

Disebutkan di dalam tafsir bahwa Malaikat tersebut meniupkan pada lubang kerah baju Maryam, hingga sampailah tiupan itu ke rahimnya, lalu dia mengandung ‘Isa.

Dan yang dimaksud dengan ruh adalah sesuatu yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ciptakan berupa nyawa yang dengannya diperoleh kehidupan, sebagaimana yang terjadi pada Adam-عَلَيْهِ السَّلَامُ- , Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah berfirman,

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (al-Hijr: 29).

Maka, Adam, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah meniupkan roh padanya dan demikian pula ‘Isa, ia diciptakan dengan roh ini yang merupakan ciptaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Jadi, ‘Isa tercipta dari tiupan ini yang merupakan roh ciptaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, yakni, tercipta dari nyawa yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ciptakan dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menciptakan seluruh manusia dengannya. Manusia yang pertama kali diciptakannya adalah Adam -عَلَيْهِ السَّلَامُ- yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah berfirman tentangnya,

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ

“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu.” (As-Sajdah : 9).

Atas dasar ini maka tidak ada kekhususan bagi ‘Isa dengan roh ini. Bahkan, ‘Isa sama seperti makhluk-makhluk yang lainnya, yang terdiri dari ruh dan jasad yang bergerak dan berbolak-balik dalam kehidupan ini. Wallahu A’lam.

Wafatnya ‘Isa, Benar-benar Terjadi Ataukah Tidak?  

Pertanyaan 3:

Apa maksud dari firman Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ,

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ

“(Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Wahai ‘Isa! Aku mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku.” (Ali Imran : 55).

Wafat tersebut benar-benar terjadi ataukah tidak? Kami berharap Anda berkenan memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Semoga Allah           -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan pahala kepada Anda.

Jawaban:

Yang benar bahwa makna ‘wafat’ di sini adalah ‘tidur’, yakni, bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengangkat ‘Isa kepada-Nya saat ia dalam keadaan tidur, karena ‘tidur’ itu benar dikatakan sebagai wafat, yakni, menyerupai wafat. Seperti Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

اللهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا

“Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur.” (Az-Zumar: 42) .

Yakni, mewafatkan orang-orang yang masih hidup saat tidur di mana nyawa-nyawa mereka berpisah dengan mereka dengan perpisahan yang khusus pada mereka (orang yang tengah tidur itu) di mana mereka kehilangan perasaan, kehilangan kemampuan menangkap suara dan gerakan yang diusahakan, kemudian nyawa-nyawa itu kembali kepada mereka ketika mereka terbangun dari tidurnya.

Dan disebutkan dalam hadits bahwa Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- biasa mengucapkan ketika hendak tidur,

بِاسْمِكَ رَبِّي وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ؛ فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفِظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

“Dengan menyebut nama-Mu wahai Rabb-ku aku letakkan sisi tubuhku dan dengan menyebut nama-Mu pula aku akan mengangkatnya; namun jika Engkau memegang nyawaku maka rahmatilah ia dan jika Engkau melepaskannya kembali maka jagalah ia dengan sesuatu yang Engkau gunakan untuk menjaga hamba-hamba-Mu yang shaleh.” [2]

Dan, adalah Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pada saat bangun tidur, beliau mengucapkan,

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

“Segala puji bagi Allah Dzat yang telah menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami dan kepadaNyalah tempat kembali.” [3]

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ عَلَيّ رُوْحِي وَعَافَانِي فِي جَسَدِي

“Segala puji bagi Allah Dzat yang telah mengembalikan kepadaku ruhku dan memberikan ‘afiyat pada jasadku” [4]

Atas dasar ini, maka makna ayat di atas adalah, ‘Sesungguhnya Aku mewafatkanmu seperti wafatnya orang yang tengah tidur di mana kamu tidak merasa saat diangkat ke langit. Yakni, bahwa ‘Isa tidur nyenyak, kemudian dalam keadaan tidurnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengangkatnya seperti yang Dia kehendaki, ‘Isa tidak bangun kecuali setelah dirinya diangkat ke langit.

Yang lain berpendapat bahwa ‘Isa benar-benar diwafatkan sebagaimana orang yang mati dalam jangka waktu yang sebentar di mana dirinya diangkat ke langit, kemudian ia dibangkitkan dan hidup kembali. [5]

Al-Warraq mengatakan, إِنِّي مُتَوَفِّيكَ Aku mewafatkanmu dari dunia dan bukan wafatnya orang yang mati. Dan begitu pula kata Ibnu Jarir -رَحِمَهُ اللهُ- bahwa wafatnya ‘Isa bermakna pengangkatannya dari dunia sehingga ia tidak menjadi bagian dari penduduk bumi, ia tidak membutuhkan apa yang dibutuhkan oleh penduduk bumi berupa makan, minum, tidur, bangun, dan yang lainnya. Banyak hadits menyebutkan bahwa nantinya ‘Isa akan turun di akhir zaman dan berhukum dengan syariat ini (syariat Nabi Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), menghancurkan salib, membunuh babi, membatalkan praktik membayar jizyah, maka tidak diterima selain Islam. Ia berdalil dengan firman Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ

“Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (‘Isa) menjelang kematiannya.” (an-Nisa: 159).

Yakni, sebelum kematian ‘Isa. Wallahu A’lam.

 Bersambung……

(Redaksi)

Catatan :

[1] Lihat Syarh Kitab al-Imam Muslim, karya an-Nawawi (bab Dzikru al-Masih Ibni Maryam-عَلَيْهِ السَّلَامُ- wa al-Masih ad-Dajjal, 1/510. Dan, lihat pula Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Kitab Ahadits al-Anbiya, 6/544.

[2] HR. al-Bukhari, no. 7393, kitab at-Tauhid, bab as-Su-alu bi Asma-illahi Ta’ala wa al-Isti’adzah Biha, dari Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-. Muslim, no. 714, kitab adz-Dzikr Wa ad-Du’a Wa at-Taubah Wa al-Istighfar, bab Maa Yaqulu ‘Inda an-Naum Wa Akhdzi al-Madhja’, dari Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-. Abu Dawud, no. 5050, kitab al-Adab, bab Maa-Yuqalu ‘Inda an-Naum, dari Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-. Ibnu Majah, no. 3874, kitab ad-Du-a, bab Maa Yada-u Bihi Idza Awa Ila Firasyihi, dari Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-. Ahmad di dalam al-Musnad 2/246, 422, 432, dari Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-.

[3] HR. al-Bukhari, no. 7394, kitab at-Tauhid, bab as-Sualu bi Asma-illah Ta’ala Wal Isti’adzah Biha, dari Hudzaifah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-.. Muslim, no. 2711, kitab adz-Dzikr Wa ad-Du-a Wa at-Taubah Wa al-Istighfar, bab Ma Yaqulu ‘inda an-Naum Wa Akhdzi al-Madh-ja’, dari al-Bara -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-.. Abu Dawud, no. 5049, kitab al-Adab, bab Ma Yuqalu ‘Inda an-Naum, dari Hudzaifah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-.. Ibnu Majah, no. 3880, kitab ad-Du-a, bab Yad-‘u Idza Intabaha Min al-Lail, dari Hudzaifah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-.. Ahmad di dalam al-Musnad (5/387, 385),  dari hadis Hudzaifah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-.

[4] HR. at-Tirmidzi, no. 3398, kitab ad-Da’awat, an-Nasa-i, no. 866 di dalam ‘Amal al-Yaum Wa al-Lailah, Ibnu as-Sunniy, no. 9, dan dishahihkan oleh an-Nawawi di dalam al-Adzkar, no. 28, dan dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahih al-Kalim ath-Thayyib, no. 37.

[5] Yang dirajihkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari -semoga Allah merahmatinya- di dalam tafsirnya, Jami’ al-Bayan 2/265, bahwa pendapat yang lebih mendekati kebenaran adalah pendapat orang yang mengatakan,  إِنِّي قَابِضُكَ مِنَ اْلأَرْضِ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ  Sesungguhnya Aku memegangmu dari bumi dan mengangkatmu kepada-Ku, karena banyaknya khabar yang mutawatir yang datang dari Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, bahwa beliau bersabda, ‘Isa putra Maryam akan turun (ke dunia), ia  akan membunuh Dajjal, kemudian ia akan menetap di bumi beberapa waktu yang beliau sebutkan. Dan, asy-Syaukani -semoga Allah merahmatinya- di dalam tafsirnya, Fathul Qadir 1/344, mengatakan : Yang benar adalah bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengangkatnya ke langit bukan dalam keadaan wafat, sebagaimana dirajihkan oleh banyak kalangan ahli tafsir dan dipilih oleh Ibnu Jarir ath-Thabari, dan sisi yang menguatkannya adalah bahwa telah shahih di dalam hadits-hadits dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ–yang menjelaskan perihal turunnya kembali ke bumi dan tindakannya membunuh Dajjal. Dan, ada yang mengatakan, bahwa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mewafatkannya selama 3 jam pada siang hari kemudian Dia mengangkatnya ke langit, namun di dalam pendapat ini terdapat kelemahan.

 

Sumber :

Fatawa Wa Ahkam Fii Nabiyillah ‘Isa ‘Alaihis Salam, Syaikh Dr. Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin-رَحِمَهُ اللهُ-.