NEW DELHI — Masyarakat Muslim memang tidak mayoritas di India. Tapi, tidak di Ibu Kota New Delhi yang merupakan kota dengan populasi Muslim tinggi di India.

Ya, New Delhi sudah menjadi pusat Islam Kerajaan Moghul. Hingga kini, Islam tumbuh dan berkembang dengan baik disana. Bahkan di pemerintahan profesional, Muslim juga tampil sebagai pejabat maupun anggota dewan. Tak hanya itu, para cendikiawan di New Delhi juga mayoritas Muslim jebolan dari perguruan-perguruan tinggi Islam.

Fachrul Ratzi, seorang siswa Program Belajar Dakwah Jemaah Tabligh Indonesia mengungkapkan, hampir semua golongan di Kota New Delhi menerima kehadiran Islam. Kecuali satu sekte yaitu Sikh. Sekte ini menurut Ratzi memiliki kebencian khusus terhadap kaum muslimin. “Seringkali orang dari sekte Sikh memancing keributan atau mencari gara-gara. Sementara sebagian besar keturunan Sikh berprofesi sebagai polisi,” sebut Ratzi.

Islam yang selalu dipandang radikal oleh Barat, tidak tergambar di New Delhi. Pemerintah India bahkan memberlakukan hari libur saat perayaan hari besar agama Islam.

Sementara dari sisi pakaian, meski tak berjilbab, para muslimah di New Delhi tetap menggunakan baju panjang yang relatif tertutup.

New Delhi juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas Muslim. Meski beragam, tapi komunitas itu cenderung seragam yakni memiliki menganut mahzab Hanafi. Dan hanya beberapa saja yang bermahzab Syiah.

Ratzi menjelaskan, sejak 2000 lalu, kesadaran kebangkitan mempelajari Islam mulai menyebar di New Delhi. Hal ini ditandai dengan bermunculannya taman pengajian Al Quran (TPA).

Hingga saat ini semakin berkembang dan setiap masjid kini memiliki TPA. Kehadiran TPA dinilai sangat efektif dalam membangkitkan ajaran Islam. Dengan membuka TPA dari pagi hingga sore, tiap anak bisa menyesuaikan waktu belajar di TPA tanpa tertinggal dari sekolah umum.

TPA ini bisa diikuti oleh anak-anak dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Dari TPA ini pula lahirlah hafidz Al Qur’an di kota New Delhi.

Dan bukti terabsah dan tidak bisa terbantahkan dari pesatnya perkembangan Islam di New Delhi adalah kehadiran Taj Mahal, satu dari keajaiban dunia.

Bangunan indah dan megah itu sumbangan peradaban masyarakat Muslim, sebuah karya arsitektur yang sangat tinggi. Taj Mahal merepresentasikan kemajuan masyarakat Muslim pada zamannya, sekaligus menunjukkan kepada dunia betapa peradaban masyarakat Muslim sudah sedemikian maju.

Taj Mahal yang terletak di pinggir Sungai Yamuna, Agra, India sekitar 190 kilometer dari New Delhi, dibangun Syah Jehan Raja Mogul V untuk menghormati istrinya Arjuman Banu Begum atau Mumtaz Mahal. Istana pilihan yang di dalamnya terdapat makam mulai dibangun pada 1632 silam dengan mempekerjakan 20 ribu orang. Pemangunan itu menelan biaya 40 juta rupee. Bangunan inti selesai pada 1643 dan secara keseluruhan rampung pada 1654.

Taj Mahal juga menjadi lambang kejayaan Dinasti Mogul, stabilitas di tengah penduduk yang majemuk namun kepemimpinan raja bijak. Meski menganut ajaran Islam, Dinasti Mogul tetap tetap memberikan hak hidup terhadap beragam agama dan keyakinan. Syah Jehan mewarisi kebijakan pendahulunya dalam kepemimpinan sehingga tampil sebagai pemimpin yang sukses.

[Sumber: www.republika.co.id]