Sesungguhnya, di antara pelajaran haji yang agung dan salah satu rangkaian manasiknya yang memberikan pengaruh yang sangat kuat adalah berkumpulnya banyak manusia saat wukuf yang dilakukan pada hari ke-9 dari bulan Dzulhijjah. Hari tersebut dinamakan dengan Yaum Arafah (hari Arafah). Tempat mereka melakukan wukuf adalah di Arafah. Mereka seluruhnya berwukuf seraya bertalbiyah dan berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah -جَلَّ وَعَلَا-, mengharapkan rahmat-Nya, takut adzab-Nya, meminta karunia-Nya yang agung, di momentum perkumpulan terbesar ummat Islam yang dapat disaksikan.

 

Saudaraku…

Perkumpulan yang besar ini mengingatkan kaum Muslimin secara umum tentang pemberhentian terbesar pada hari Kiamat, di mana dalam momentum tersebut berjumpalah orang-orang yang terdahulu dan orang-orang belakangan, mereka menanti adanya pemutusan hukum agar mereka nantinya sampai kepada tempat-tempat mereka terakhir, apakah menuju kepada kenikmatan yang kekal abadi (di Surga) ataukah menuju kepada siksa yang pedih (di Neraka). Penantian itu  pada hari mereka dibawa ke hadapan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا

“Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris.” (al-Kahfi: 48).

Dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ

Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu). Tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi. (al-Haqah: 18).

Maka, pada hari yang agung tersebut, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengumpulkan seluruh hamba-Nya, sebagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Sungguh, Dia pasti mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak ada keraguan di dalamnya.” (an-Nisa: 87).

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ

(Ingatlah) hari (ketika) Allah mengumpulkan kamu pada hari berhimpun (hari Kiamat).”  (at-Taghabun: 9).

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,

 ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ

Itu adalah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab) dan itu adalah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk). (Hud: 103).

 

Saudaraku…

Pada saat pengumpulan ini orang-orang yang dahulu dan orang-orang yang belakangan sama. Semuanya berkumpul pada waktu yang agung tersebut.

قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ . لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian, benar-benar akan dikumpulkan pada waktu tertentu, yaitu hari yang sudah diketahui.”  (al-Waqi’ah: 49-50).

Tak akan ada seorang pun yang tidak hadir dalam perkumpulan ini, baik mereka yang binasa di ruang angkasa, atau pun mereka yang masuk ke dalam dasar bumi yang terdalam, atau pun mereka yang dimakan oleh burung dan binatang buas, kesemuanya bakal dikumpulkan dan tidak ada tempat untuk melarikan diri. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا

Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia) dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” (al-Kahfi: 47).

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (al-Baqarah: 148).

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا . لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا . وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا

Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba. Sungguh, Dia (Allah) benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitungnya dengan teliti. Semuanya akan datang kepada Allah pada hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam : 93-95).

Dan mereka akan dikumpulkan di atas bumi bukan bumi ini. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

(Yaitu) hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. Mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (Ibrahim: 48).

Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- telah menjelaskan kepada kita tentang sifat bumi ini yang mana manusia bakal dikumpulkan di atasnya nantinya.

Di dalam Shahihain al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa’d -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ النَّقِيِّ لَيْسَ فِيهَا عَلَمٌ لِأَحَدٍ

Pada hari Kiamat kelak, manusia akan dikumpulkan di bumi (dataran) putih dengan semburat kemerahan, seperti sepotong roti putih yang bulat dan pipih, tidak ada tanda (bangunan) milik siapapun di atasnya’.”

Yakni, di atas bumi yang datar, tidak meninggi tidak pula merendah, tidak ada pegunungan dan tidak pula ada bebatuan yang besar, dan tidak ada pula tanda (kehidupan) penduduknya atau pun bangunannya.

 

Saudaraku…

Mereka akan dikumpulkan di atas bumi yang demikian itu dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang tidak mengenakan pakaian, dan belum disunat.

Di dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, diriwayatkan dari Ibnu Abbas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

 إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا ثُمَّ قَرَأَ : ﴿ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ ﴾ [الأنبياء:١٠٤]

“Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, belum disunat.” Kemudian, beliau membaca (firman-Nya), “Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Itu adalah) janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya.” (al-Anbiya: 104).

Dan di dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim juga, dari ‘Aisyah – رضِيَ اللهُ عَنْهُا- bahwa ketika ia mendengar Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

 يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا

“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, belum disunat.”

Ia mengatakan, “Wahai Rasulullah! Para wanita dan laki-laki semuanya. Jika demikian, niscaya satu sama lainnya akan saling pandang.”

Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menjawab,

يَا عَائِشَةُ الْأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ

“Wahai ‘Aisyah! Perkaranya jauh lebih berat dari sekedar sebagian mereka memandangi sebagian yang lainnya.”

 

Saudaraku…

Dan, pada hari itu, Matahari didekatkan (jaraknya) dari para makhluk hingga kira-kira jaraknya sejauh satu mil. Pada hari tidak ada naungan (yang dapat dijadikan sebagai tempat bernaung dari panasnya  pancaran sinar matahari) kecuali naungan ‘Arsy Dzat yang Maha Pengasih. Maka, ada yang berteduh di bawah naungan ‘Arsy dan ada pula yang  berada di bawah teriknya matahari, di mana hal tersebut sangatlah melelahkannya,  deritanya semakin bertambah parah, dan sangat menggelisahkannya.

Manusia berdesak-desakan, satu sama lain saling dorong, kaki-kaki bersilangan, leher-leher pun bergerak-gerak karena kehausan. Telah terkumpul pada diri mereka di saat pemberhentian mereka ini teriknya matahari, kegelisahan jiwa mereka, dan berdesak-desakannya fisik mereka. Maka, bercucuranlah  keringat dari mereka membasahi bumi. Kemudian keringat itu naik ke telapak kaki mereka sekadar martabat dan kedudukan mereka di sisi Rabbnya berupa kebahagiaan dan kesengsaraan.

Maka, di antara mereka, ada yang keringatnya mencapai kedua pundaknya, ada pula yang mencapai kedua daun telinganya, ada pula yang sampai dikuasai oleh keringatnya. Kita memohon perlindungan dan keselamatan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Dari Abu Hurairah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ.  رواه البخاري

“Pada hari Kiamat, manusia akan berkeringat, hingga keringat mereka mengucur ke bumi hingga mencapai 70 hasta dan menenggelamkan mereka hingga telinga-telinga mereka.” (HR. al-Bukhari).

Dan dari Miqdad bin al-Aswad -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ ؛ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا ، قَالَ وَأَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ

Pada hari Kiamat, matahari didekatkan ke manusia hingga kira-kira sebatas satu mil. Lalu manusia berkeringat sesuai amal perbuatan mereka, di antara mereka ada yang berkeringat hingga (merendam) tumitnya; di antara mereka, ada yang berkeringat sampai (menenggelamkan) lutut; di antara mereka, ada yang berkeringat sampai (merendam) pinggangnya; dan ada yang benar-benar di kendalikan oleh keringatnya sendiri. (al-Miqdad, shahabat yang meriwayatkan hadits ini) mengatakan, “Rasulullahصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberikan isyarat dengan tangan ke arah mulut beliau.” (HR. Muslim).

 

Saudaraku…

Lama berdirinya mereka pada saat itu dalam sehari kadarnya adalah lima puluh ribu tahun. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman,

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Para malaikat dan Ruḥ (Jibril) naik (menghadap) kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun” (al-Ma’arij: 4)

Dan, di dalam shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

 ((مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ ، كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ ))

“Tidak ada seorang pun yang memiliki emas dan perak yang tidak menunaikan haknya, melainkan pada hari Kiamat kelak  akan dibuatkan untuknya seterika api yang dinyalakan di dalam Neraka, lalu diseterikakan ke perut, dahi dan punggungnya. Setiap kali seterika itu dingin, maka akan dipanaskan kembali lalu diseterikakan pula padanya setiap hari -sehari setara lima puluh ribu tahun (di dunia) – hingga perkaranya diputuskan di antara para hamba. Setelah itu, barulah ia melihat jalannya keluar, adakalanya ke Surga dan adakalanya ke Neraka.”

 

Saudaraku…

Sementara Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – akan memudahkan urusan pemberhentian ini atas orang-orang yang beriman. Kita memohon kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – Dzat yang Maha Dermawan dari karunia-Nya.

Di dalam al-Mustadrak karya al-Hakim disebutkan hadis dari Abu Hurairah -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

يوْمُ الْقِيَامَةِ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَقَدْرِ مَا بَيْنِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ

Hari Kiamat atas seorang mukmin itu seperti kadar (waktu) antara Zhuhur dan Asar.

 

Dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – juga akan menaungi orang-orang yang beriman pada naungan-Nya di hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Saat nan agung itu, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – berfirman,

 أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي ، الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي

Manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku. Pada hari ini, Aku akan menaungi mereka di hari tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.

Dan pada hari itu, manusia berusaha mendatangi para Nabi untuk meminta syafa’at dari mereka di sisi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – ketika Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – hendak memulai penghakiman dan menentukan putusan di antara para hamba. Namun, para Nabi itu tidak bisa, kecuali Nabi kita Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, sesungguhnya beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengatakan, (( أنَا لَهَا ))  (akulah yang berhak memintakan syafa’at di sisi Allahسُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ). Lantas, beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pun beranjak pergi dan tersungkur sujud di bawah ‘Arsy ar-Rahman (Dzat yang Maha Pengasih). Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – pun membukakan bagi beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- untuk memuji dan meyanjung-Nya yang belum pernah Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – bukakan untuk seorang Nabi pun sebelum beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Kemudian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – mengatakan kepada beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-

ارْفَعْ رَأْسَكَ وَسَلْ تُعْطَهْ وَقُلْ يُسْمَعْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ

Angkatlah kepalamu, mintalah niscaya kamu diberi, katakanlah niscaya didengar, dan mintakanlah syafa’at niscaya kamu diberi izin untuk memberi syafa’at.

Dan ketika itu, Rabb (Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –) pun datang untuk memberikan putusan di antara para hamba. Inilah makna firman Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –,

وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا . وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى . يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي

Tuhanmu datang, begitu pula para malaikat (yang datang) berbaris-baris, dan pada hari itu (Neraka) Jahanam didatangkan, sadarlah manusia pada hari itu juga. Akan tetapi, bagaimana bisa kesadaran itu bermanfaat baginya? Dia berkata, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!” (al-Fajr: 22-24)

Karena itu, wahai hamba Allah! fikirkanlah tentang hari ini, hari yang telah disifatkan kepadamu, dan fikirkanlah pula tentang kondisi ini yang telah aku katakan kepadamu. Persiapkanlah bekal untuk menghadapi hari itu. Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –, karena sesungguhnya ketakwaan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – merupakan sebaik-baiknya bekal. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – telah berfirman di penutup ayat-ayat haji,

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan. (al-Baqarah : 203)

Semoga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – menjadikan saya dan Anda sekalian termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Semoga pula Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – melindungi kita semuanya dari kehinaan pada hari itu, pada hari pembalasan. Semoga pula Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – menjadikan kita-dengan karunia dan kemuliaan-Nya-termasuk orang-orang yang mendapatkan keamaan pada hari terjadinya kejutan yang dahsyat. Amin

 

Saudaraku…

Barang siapa tahu bahwasanya ia akan berdiri di hadapan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى  – pada hari Kiamat kelak, maka hendaknya ia tahu pula bahwa Allah-تَبَارَكَ وَتَعَالَى – akan menghisabnya. Dan barang siapa tahu bahwa Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – akan menghisabnya dan memberikan balasan kepadanya, maka selayaknya ia mempersiapkan diri untuk menghadapi penghisaban itu sebuah jawaban, dan mempersiapkan untuk jawaban itu jawaban yang benar. Karena itu, orang yang cerdas dari kalangan hamba-hamba Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – adalah orang yang menghisab dirinya (sebelum dirinya dihisab oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى –)  dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah siapa yang dirinya mengikuti keinginan hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah     -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – dengan angan-angan kosong.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber :

Waqfah ‘Arafah ; Duruusun Wa ‘Ibabarun (Khutbah Jum’at, 16-12-1427 H), Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى-. Dengan ringkasan