Pada pembahasan yang lalu telah disebutkan bahwa ‘Isa ‘alaihissalam dilahirkan di Betlehem dekat Baitul Maqdis. Wahb bin Munabbih menyangka bahwa dia (‘Isa) lahir di Mesir, dan bahwasanya Maryam safar (ke Mesir) bersama Yusuf bin Ya’qub an-Najjar, dan ia (Maryam) menaiki keledai, yang antara keduanya dengan pelana tidak terdapat sesuatu apapun. Pendapat ini tidak benar, dah hadits yang telah disebutkan pada pembahasan yang lalu menjadi dalil bahwasanya kelahirannya adalah di Betlehem, sebagaimana yang telah kami kemukakan. Maka apapun sanggahannya maka itu adalah tidak benar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ ءَايَةً وَءَاوَيْنَاهُمَآ إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ {50}

”Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (QS. Al-Mu’minun: 50)

Para ulama Salaf dan ahli tafsir berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan الربوة (tanah yang datar) dalam ayat ini, yang Allah sebutkan di antara sifatnya adalah ia memiliki “padang rumput dan sumber air yang bersih dan mengalir”. Dan ini adalah sifat yang aneh bentuknya, di mana ia merupakan tempat yang berada di dataran tinggi, yang atasnya rata sehingga air bisa menetao di sana. Maka sekalipun tinggi ia mampu menampung air, dan sekalipun tinggi di sana terdapat sumber mata air yang bersih, dan mengalir ke seluruh permukaan bumi. Maka ada yang mengatakan:”Yang dimaksud (dengan Rabwah) adalah tempat di mana ‘Isa ‘alaihissalam dilahirkan yaitu Baitul Maqdis.” Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَآ أَلاَّ تَحْزَنِي قَدْجَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا {24}

”Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:”Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS. Maryam: 24)

Yakni, sungai kecil menurut pendapat Jumhur Ulama Salaf. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan sanad yang jayyid, bahwa semuanya itu merupakan sungai-sungai di Damaskus. Mungkin saja dia bermaksud menyerupakan tempat tersebut sungai-sunagi di Damaskus.

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, pustaka Imam Syafi’i, hal 576-577 dengan sedikit perubahan dari Qashahul Anbiya’ karya Ibnu Katsir rahimahullah. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)