Ketahuilah bahwa pujian kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- merupakan doa yang paling agung. Hal tersebut termasuk bentuk pendekatan diri yang paling agung yang dilakukan oleh orang-orang yang berupaya mendekatkan dirinya kepada Rabb bumi dan langit.

Pujian kepada-Nya, faedahnya banyak sekali, tak terhitung jumlahnya. Buahnya dan pengaruhnya terhadap orang-orang yang memuji-Nya demikian pula. Pahalanya di sisi Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-sangat besar dan melimpah. Karena sesungguhnya Allah –عَزَّ وَجَلَّ – Maha Terpuji dan mencintai pujian.

Dengan pujian kepada-Nya, Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-membuka kitab-Nya. Dan, surat al-Hamd (yakni, surat al-Fatihah) merupakan surat paling utama di dalam al-Qur’an. Dia–سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga membuka sebagian surat di dalam al-Qur’an dengan pujian kepada-Nya. Dia–سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga menyebutkan ‘pujian’ di lebih dari 40 tempat di dalam al-Qur’an. Dia–سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membuka penciptaanNya dengan ‘pujian kepada-Nya’, seraya berfirman,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” (al-An’am : 1).

Dia–سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga menutup penciptaanNya dengan ‘pujian kepada-Nya’, seraya berfirman -setelah Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menyebutkan kesudahan penduduk Surga dan kesudahan penduduk Nereka-,

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Engkau (Nabi Muhammad) akan melihat Malaikat melingkar di sekeliling Arasy. Mereka bertasbih sambil memuji Tuhannya. (Urusan) di antara mereka (seluruh makhluk) diputuskan dengan hak (adil). (Ketika itu) dikatakan, ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’.” (az-Zumar : 75).

Dan, pujian kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- merupakan doa terakhir yang dipanjatkan oleh para penduduk Surga. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآَخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Doa mereka di dalamnya adalah ‘Subhanakallahumma’ (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), penghormatan mereka di dalamnya adalah (ucapan) salam, dan doa penutup mereka adalah ‘Alhamdulillahi rabbil ‘alamin’ (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam).” (Yunus : 10).

Wahai orang-orang yang beriman!

Rabb kita-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-Dialah Dzat yang Maha Terpuji. Maka, termasuk nama-nama-Nya yang terindah adalah “اَلْحَمِيْدُ” (al-Hamid, Maha Terpuji). Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah menyebutkan nama ini di dalam al-Qur’an di lebih dari 15 tempat. Di antaranya yaitu firman-Nya-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Fathir : 15).

“اَلْحَمِيْدُ” (al-Hamid, Maha Terpuji) merupakan nama yang agung lagi mulia yang menunjukkan kepada kesempurnaan penyematan sifat Rabb kita-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dengan ‘pujian’ dan keberkahan diri-Nya menyandang sifat tersebut. Maka, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-Dzat yang Maha Terpuji, Dzat yang berhak menyandang sifat tersebut, karena Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang tinggi, dan oleh karena Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memiliki kesempurnaan, kemuliaan dan keagungan, dan Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Dzat yang Maha Terpuji atas nikmat-nikmat-Nya yang terus-menerus diberikan kepada para hamba-Nya dan makhluk-Nya yang jumlahnya tidak terhingga banyaknya.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.” (Ibrahim : 34).

Wahai hamba-hamba Allah!

Nabi kita Muhammad- صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- adalah imam orang-orang yang banyak memuji Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Dan di tangannyalah nanti pada hari Kiamat bendera ‘pujian’ berada. Bendera ‘pujian’ tersebut merupakan bendera sebenarnya yang dipegang oleh tangan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Di bawah bendera ‘pujian’ inilah orang-orang yang banyak memuji-Nya-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dari kalangan orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan-bakal berkumpul.

Di dalam Sunan at-Tirmidzi disebutkan hadis dari Abu Sa’id al-Khudri- رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ ، وَبِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ وَلَا فَخْرَ ، وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلَّا تَحْتَ لِوَائِي

“Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari Kiamat dan bukannya sombong, di tangankulah (tergenggam) bendera ‘al-Hamd’ dan bukannya sombong, dan tidak ada seorang nabi pun pada hari itu, baik Adam atau selainnya kecuali berada di bawah benderaku.”

Maka, orang-orang yang banyak memuji Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dari kalangan orang-orang terdahulu hingga orang-orang belakangan mereka akan berkumpul di bawah bendera ‘al-Hamd’ yang diberkahi nan mulia ini yang berada pada genggaman tangan imam orang-orang yang banyak memuji Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Semoga shalawat dan salam dicurahkan kepadanya.

Wahai hamba-hamba Allah!

Semakin seorang hamba memperbanyak pujian kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- niscaya ia semakin berpeluang untuk menempati tempat yang dekat dengan bendera ini.

Di dalam Surga pun ada sebuah rumah yang dinamakan dengan ‘بَيْتُ الْحَمْدِ ‘ (Baitul Hamdi, rumah pujian). Rabb kita Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengkhususkannya untuk orang-orang yang banyak memuji-Nya baik dalam kondisi lapang maupun sempit, baik dalam kondisi berkecukupan atau pun dalam kondisi kekurangan.

Datang di dalam Sunan at-Tirmidzi dan yang lainnya, bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ، قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ

“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman kepada para Malaikat-Nya, Kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku.’ Mereka pun mengatakan, ‘Iya.’ Lalu, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman, ‘Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?’ Mereka pun menjawab, ’Iya.’ Lalu, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman, ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku?’ Mereka pun menjawab, ‘Dia (hamba-Mu) memuji-Mu dan beristirja’ (mengucapkan, إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (innaa lillaahi wa innaa ilaihi raa-ji’uun, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Maka, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-pun berfirman (kepada para malaikat-Nya), ‘Bangunkanlah sebuah rumah untuk hamba-Ku ini di dalam Surga dan namakanlah rumah tersebut dengan بَيْتَ الْحَمْدِ (bait al-Hamdi, rumah pujian).”

Wahai hamba-hamba Allah!

Selayaknya seorang mukmin, orang beriman itu memanfaatkan secara baik hidupnya dan menggunakan waktu-waktunya untuk banyak memuji kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-di setiap waktu dan kesempatan, terlebih lagi di waktu-waktu yang sangat ditekankan untuk memuji-Nya. Sungguh Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- membuka khutbah-khutbahnya dengan pujian-pujian kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pun biasa memperbanyak memuji Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- di dalam shalatnya dan di penghujung dari shalatnya.

Shalat itu ditegakkan di atas pujian-pujian kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Shalat itu dibuka dengan pujian kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- (setelah takbiratul ihram dan doa iftitah), dan (membaca) surat al-Hamd (al-Fatihah) merupakan rukun dari rukun-rukun shalat.

Nabi kita-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-biasa mengucapkan di dalam rukuk dan sujudnya,

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

“Maha suci Engkau, ya Allah dan dengan pujian kepada-Mu, ya Allah ampunilah aku.”

Ketika beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bangkit dari rukuk, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengucapkan,

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ

“Wahai Rabb kami! Untuk-Mu segala pujian, sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki dari sesuatu setelah itu, (Pujian kepada-Mu) adalah sesuatu yang paling berhak untuk dikatakan oleh seorang hamba.”

Yakni, bahwa pujian kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- merupakan sesuatu yang paling utama yang dikatakan oleh seorang hamba.

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-menutup shalatnya dengan menyebut nama Allah, اَلْحَمِيْدُ (Dzat Yang Maha Terpuji). Dan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- biasa mengucapkan ’ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ‘ (Segala puji bagi Allah) sebanyak 33 kali di penghujung setiap shalat (fardhunya). Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-mengucapkannya dalam kalimat-kalimat yang diucapkan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-berupa dzikir-dzikir pada penghujung shalat-shalat wajibnya.

Dan adalah Nabi kita Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bila telah membaringkan diri di tempat pembaringannya untuk tidur, beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- memuji Rabbnya yang Maha Mulia, seraya mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا فَكَمْ مِمَّنْ لَا كَافِيَ لَهُ وَلَا مُؤْوِيَ

“Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberikan makan dan minum kepada kami, mencukupi kami dan melindungi kami. Betapa banyak orang yang tidak memiliki hal yang mencukupinya dan yang melindunginya.”

Dan, ketika beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bangun, beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pun memuji Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- .

[Di antara pujian beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-kala itu adalah dengan beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Segala puji bagi Allah Dzat yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya tempat kembali.”-pen]

Dengan demikian, maka beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- membuka harinya dengan ‘pujian kepada-Nya’ dan menutup harinya dengan ‘pujian kepada-Nya’ pula.

Beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pun memperbanyak memuji-Nya di setiap waktu dan kesempatan.

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pun pernah bersabda,

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا. رواه مسلمٌ في صحيحه

“Sesungguhnya Allah ridha terhadap seorang hamba ketika (usai) makan makanan lantas ia memuji-Nya atas nikmat makanan yang dikonsumsinya atau ia minum minuman lantas ia pun memuji-Nya atas nikmat minuman yang telah diminumnya.” (Diriwayatkan Imam Muslim di dalam Shahihnya).

Dan, Imam at-Tirmidzi meriwayatkan di dalam Jami’nya dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, beliau bersabda,

مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa mengonsumsi makanan, lalu ia mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberi makan kepadaku makanan ini dan mengaruniakannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku’, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.”

Dan, adalah Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ketika mengenakan pakaian baru atau imamah, beliau menyebutnya kemudian berdoa,

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيهِ، أَسْأَلُكَ خَيْرَهُ وَخَيْرَ مَا صُنِعَ لَهُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ

Ya Allah! Hanya milik-Mu segala puji, Engkaulah yang memberi pakaian ini kepadaku. Aku memohon kepada-Mu untuk memperoleh kebaikannya dan kebaikan yang ia diciptakan karenanya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan yang ia diciptakan karenanya.

Dan, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ

“Apabila salah seorang di antara kalian bersin, maka hendaklah ia memuji Allah.”

Karena, bersin itu merupakan nikmat, dan seorang hamba hendaknya memiliki perhatian untuk memuji sang pemberi nikmat, banyak bersyukur kepada-Nya, menyanjung-Nya di setiap waktu dan kesempatan.

Wahai hamba-hamba Allah!

Sejatinya ‘pujian kepada-Nya’ itu sendiri merupakan nikmat. Karenanya, barang siapa yang diberi taufiq (oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) untuk memuji-Nya maka ia telah diberi taufiq (untuk bersyukur) atas nikmat yang paling agung. Karena sesungguhnya nikmat Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang diberikan kepada para hamba-Nya berupa dapat memuji-Nya jauh lebih besar daripada kenikmatan berupa makan, minum, pasangan hidup, kesehatan dan nikmat-nikmat lainnya. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

مَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ إِلَّا كَانَ الَّذِي أَعْطَاهُ أَفْضَلَ مِمَّا أَخَذَ

Tidaklah Allah mengaruniakan kepada seorang hamba suatu kenikmatan, lalu ia mengucapkan, ‘الْحَمْدُ لِلَّهِ’ (Segala puji bagi Allah) melainkan apa yang telah diberikan kepadanya lebih utama daripada sesuatu yang telah diambilnya.

Yakni, bahwa sesuatu yang telah Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berikan kepada seorang hamba, yaitu, ‘pujian kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-’ -di mana hal itu merupakan sebuah karunia dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-kepadanya- adalah lebih utama daripada apa-apa yang telah diambilnya berupa kenikmatan-kenikmatan duniawi, baik berupa kesehatan, ‘afiyat, harta, anak, pasangan hidup dan yang lainnya.

Dan, اَلْحَمْدُ ‘pujian kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- itu’ merupakan seutama-utama doa, sebagaimana halnya bahwa لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (kalimat tauhid) merupakan seutama-utama sanjungan (kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-).

Dalam sebuah hadis yang shahih, dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-beliau bersabda,

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ

“Seutama-utama dzikir adalah لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) dan seutama-utama doa adalah الْحَمْدُ لِلَّهِ (segala puji bagi Allah).”

اَلْحَمْدُ ‘pujian kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- itu’ memenuhi timbangan pada hari Kiamat kelak.

Di dalam Shahih Muslim, Abu Malik al-Asy’ari-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-meriwayatkan bahwa Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآَنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“Bersuci separo iman, alhamdulillah akan memenuhi timbangan, subhanallah dan alhamdulillah akan memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi.”

Wahai hamba-hamba Allah!

Maka dari itu, hendaklah kita menjadi golongan orang-orang yang banyak memuji Rabb kita Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Hendaknya pula kita memperbanyak memuji Rabb kita Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Sesungguhnya Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-Dzat yang Maha Terpuji dan menyukai pujian.

Ya Allah! Berikanlah taufiq kepada kami untuk memuji-Mu dan memperbagus sanjungan kepada-Mu, wahai Dzat yang Maha Terpuji, Wahai Dzat yang Maha Mulia.

Ya Allah! Jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang banyak memuji-Mu, yang memuji-Mu di saat lapang dan sempit, dan di setiap saat dan kesempatan. Amin. Wallahu A’lam. (Redaksi)

Sumber:
Fadhail al-Hamdu Lillahi, Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى-