إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهد الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله، وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
أما بعد :
فإن أصدق الحديث كتاب الله، وخير الهدي هدي محمد – صلى الله عليه وسلم -، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.

Sesungguhnya Kalamullah Subhanahu wa Ta’ala tidak ada satu ucapan pun yang menyamainya dan yang menyerupainya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

  {وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا } [النساء: 87].

”….Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?” (QS. An-Nisaa’: 87)

Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan kepada kita bahwa membaca al-Qur’an membuat bagus apa yang tersembunyi dan yang nampak. Maka jadilah seorang mukmin yang membaca al-Qur’an, bagus/baik bathin dan lahirnya. Jika periksa bathinnya, maka engkau dapati ia bersih dan suci, dan jika engkau lihat perilakunya, engkau akan mendapatinya indah dan baik.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita apa yang Allah janjikan bagi para pembaca al-Qur’an, berupa pahala yang besar dan agung, dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

” من قرأ حرفا من كتاب الله، فله به حسنة، والحسنة بعشر أمثالها، لا أقول الم حرف، ولكن ألف حرف، ولام حرم، وميم حرف “.

Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan yang serupa. Aku tidak mengatakan الم itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’)

Di sana ada banyak hadits yang menunjukkan hal itu, dan di sana pula banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menjelaskan urgensi (arti penting) mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya, adab membaca dan mendengarkannya, dan tatacara membacanya. Hanya saja di sana wahai hamba Allah ada sebagian manusia yang terjatuh kedalam sebuah masalah (problem), yang menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela kelompok manusia ini, padahal mereka membaca dan menulis al-Qur’an. Hal itu tidak lain hanyalah karena mereka membaca al-Qur’an tanpa disertai tadabbur.

Dan inilah yang menjadi tema kita pada pembahasan ini, maka pembahasan kita kali ini adalah tentang Tadabbur al-Qur’an, dan lebih khusus lagi di bulan ini (Ramadhan). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

{ أَفَلاََ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا } [محمد: 24]

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan (mentadabburi) al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci.” (QS. Muhammad: 24)

Maka sekalipun mereka membaca dan mendengar al-Qur’an, hanya saja Allah mencela mereka dengan cara membaca seperti ini, tahukah anda kenapa demikian? Karena Allah menginginkan dari mereka untuk merasakan keagungan al-Qur’an ini, dan sikap mengagungkan al-Qur’an ini harusnya ada ketika seseorang membaca al-Qur’an, bukan ketika membahas tentang keutamaan-keutamaannya.

Dan ini tidak bisa didapatkan kecuali dengan Tadabbur, oleh sebab itu Allah mencala mereka, Allah berfirman:

{ أَفَلاََ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا } [محمد: 24]

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan (mentadabburi) al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci.” (QS. Muhammad: 24)

Oleh sebab itu wahai hamba Allah, sesungguhnya orang-orang yang mentadabburi al-Qur’an dalam hatinya ada kebutuhan yang sangat, yang tidak dapat ia temukan kecuali dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ahlul Qur’an mereka adalah orang-orang yang mendapatkan di dalam al-Qur’an obat bagi hati, dan jiwa mereka serta nutrisi bagi otak mereka. Dan Tadabbur ini wahai hamba yang semoga dirahmati Allah, tidak bisa dilakukan kecuali dengan mengetahui lafazh-lafazhnya dan apa yang dimaksud dengan lafazh-lafzah tersebut serta perenungan terhadap apa yang ditunjukkan oleh ayat-ayat tersebut.

Dengan cara seperti ini, akal bisa mengambil pelajaran dengan hujjah-hujjahnya, tergerak hatinya dengan kabar-kabar gembira di dalamnya, dan seorang hamba akan merasa takut dengan ancaman yang ada di dalamnya. Dan Tadabbur tidak mungkin terwujud kecuali dengan ketundukkan terhadap perintah-perintahnya, keyakinan dengan berita-beritanya dan dengan mengerti makna-makna kalimat serta maksudnya.

Oleh sebab itu al-Qur’an hendaknya diucapkan dengan lisannya, ditadabburi dengan hatinya, dipikirkan dengan akalnya dan diamalkan dengan anggota badannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

  {كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ } [ص: 29]

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)

Sesungguhnya ummat ini sangat butuh untuk memahami al-Qur’an untuk kebaikan hati-hati mereka.

Wahai para hamba Allah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika mencela mereka (orang yang tidak mentadabburi al-Qur’an), dan menegur mereka tentang ketidakkhusyu’-an hati mereka dengan pengaruh al-Qur’an, Dia memperingatkan mereka dari sikap terus-menerus meninggalkan tadabbur al-Qur’an. Karena hal itu (meninggalkan tadabbur al-Qur’an) menyebabkan kerasnya hati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

{ أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ }[الحديد: 16].

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyu’ hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturnkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras.Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)

Wahai para hamba Allah, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu telah mengabarkan sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Muslim tentang keadaan di mana hati bisa mengambil manfaat dari al-Qur’an, beliau (Ibnu Mas’ud) berkata:”Sesungguhyna banyak kelompok manusia yang membaca al-Qur’an, namun al-Qur’an tidak melewati tenggorokan mereka. Akan tetapi jika ia (al-Qur’an) masuk ke hati dan tertancap kuat di dalamnya, niscaya ia akan memberi manfaat.” Dan yang membenarkan hal itu adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{ وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ * وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ} [التوبة: 125].

“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata:”Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”. Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah: 125)

Maka mentadabburi al-Qur’an ketikda mendengar dan membacanya akan menambahkan cahaya dan keimanan dalam hati. Jundub bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata:” Dahulu kami bersama Nabi –saat itu kami masih mudah- kami mempelajari iman sebelum belajar Al-Qur’an, kemudian kami mempelajari Al-Qur’an maka bertambahlah iman kami.”

Maka barang siapa yang membaca dengan khusyu’ tenang niscaya dadanya akan merasa lapang dan hatinya akan bersinar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

{ اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ } [الزمر: 23]

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang (lunak) kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah.Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.” (QS. Az-Zumar: 23)

Makna kata تلين adalah menjadi lembut hati mereka dan tenang. Maka al-Qur’an adalah penyegar hati, sebagaiaman air hujan penyegar bagi bumi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji orang-orang yang mentadaburi al-Qur’an di dlam firman-Nya:

 إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ  [الأنفال:2

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfaal: 2)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:”Dan meninggalkan Tadabbur al-Qur’an adalah salah satu bentuk dari memboikot (tidak memperhatikan) al-Qur’an.” Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan perumpaan tentang keadaan orang-orang Yahudi dengan kitab Taurat mereka dengan perumpaan yang sangat buruk, Dia berfirman:

{ مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [الجمعة: 5].

” Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS. Al-Jumu’ah: 5)

Imam Al-Thurthusyi rahimahullah berkata:”Maka masuk ke dalam keumuman ini adalah siapa yang menghafal al-Qur’an dari kalangan agama kita, namun ia tidak memahaminya dan mengamalkannya.”

Wahai para hamba Allah, sesungguhnya Allah menginginkan agar ummat ini membaca dan mengamalkan al-Qur’an. Bahkan Dia Subhanahu wa Ta’ala menjamin bagi siapa yang membaca dan mengamalkannya untuk tidak tersesar di Dunia dan tidak sengsara di Akhirat. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

” تكفل الله لمن قرأ القرآن وعمل بما فيه أن لا يضل في الدنيا ولا يشقى في الآخرة، ودليل ذلك قوله تعالى : { …فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَيَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى {124} قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا {125} قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ ءَايَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى {126} [طه: 126].

”Allah menjamin orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya untuk tidak tersesat di Dunia dan sengsara di Akhirat, dan dalilnya adalah firman Allah (yang artinya):”…Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan seat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia:”Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat” Allah berfirman:”Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu(pula) pada hari inipun kamu dilupakan.”(QS. Thaha: 123-126)

Buah Mentadabburi Al-Qur’an

Sesungguhnya banyak perkara-perkara yang dapat diraih dari mentadabburi al-Qur’an, di antaranya:

1. Besarnya pahala membaca, Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:” Dan yang shahih dan bahkan yang tepat adalah yang menjadi pendapat para ulama Salaf, bahwasanya Tartil dan Tadabbur dalam membaca al-Qur’an sekalipun sedikit, lebih baik dibandingkan membaca dengan cepat sekalipun banyak.”

2. Mendapatkan berkah al-Qur’an dan hati dapat mengambil manfaat darinya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata:”Barang siapa yang mengarahkan (mengkosentrasikan) pendengarannya kepada Kalamullah (al-Qur’an) dan ucapan (hadits) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan akalnya dan mentadabburinya dengan akalnya, akan mendapatkan di dalamnya pemahaman, rasa manis (maknawi), hidayah, obat hati, berkah dan manfaat yang tidak dapat ia dapatkan pada ucapan siapapun, baik yang berupa puisi maupun prosa.”

Oleh sebab itu wahai saudaraku, barangsiapa yang enggan dan menjauhi tdabbur, maka ia telah menghalangi dirinya sendiri dari kebaikan yang sangat banyak.

Penghalang Dari Tadabbur Al-Qur’an

Sesungguhnya urusan mentadaburi al-Qur’an tidaklah susah, akan tetapi di sana ada perkara-perkara yang menghalangi seseorang dari mentadabburi al-Qur’an, bahkan mencegahnya dari mentadabburi al-Qur’an, dan menjauhkannya dari banyak kebaikan. Di antara perkara-perkara tersebut adalah penyakit-penyakit hati dan terus-menerus berbuat dosa.

Dan ini (penyakit hati dan terus menerus dalam dosa) wahai hamba Allah, adalah termasuk perkara yang paling besar yang menghalangi hati dari mengambil pelajaran dan menghalangi lapangnya hati untuk menerima nasehat-nasehat al-Qur’an, hikmah-hikmah dan hukum-hukumnya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

{سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ }[الأعراف: 146].

” Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Jika mereka melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS. Al-A’raaf: 146)

Dan di antara maksiat terbesar yang menghalangi hati dari tadabbur adalah ketergantungannya dengan syahwat dunia. Dan di antara bentuknya adalah melihat hal-hal yang diharamkan, mendengar hal-hal yang haram, seperti musik, dan menikmati setiap nada-nadanya.

Dan sebagaimana juga di sana ada macam-macam bentuk meng-hajr (meninggalkan dan tidak mempedulikan) al-Qur’an. Dan yang paling besar adalah meng-hajr dalam amalan (tidak mengamalakannnya), ada juga meng-hajr dengan tidak menerapkannya sebagai hukum dan tidak berhukum kepadanya dalam masalah ushuluddin (pokok agama) maupun cabangnya.

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:”Al-Qur’an diturunkan agar ditadabburi dan diamalkan. Maka jadikanlah bacaannya sebagai amalan. Maka tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat bagi seorang hamba di kehidupan dunia dan akheratnya, dan lebih dekat dengan terpenuhi kebutuhannya dibandingkan mentadabburi al-Qur’an, berlama-lama dalam meenunginya, mengerahkan seluruh pikirannya untuk memahami makna ayat-ayatnya. Karena sesungguhnya hal itu menunjuki manusia kepada rambu-rambu kebaikan dan keburukan dengan seluruh perinciannya, jalan-jalan yang mengarah kepada keduanya (baik dan buruk), sebab-sebab keduanya, tujuan-tujuan kedua-keduanya, buah keduanya dan tempat kembali pelaku keduanya (pelaku kebaikan dan pelaku keburukan) ” (Madarijus Salikin)

Wahai wahai kaum Muslimin, hendaklah kalian mengambil al-Qur’an, dengan lisanmu dengan mengucapkannya, dengan hatimu dengan mentadabburinya, dengan akalmu dengan memikirkannya dan dengan anggota badan dengan mengamalkannya. Kami ulangi dan kami tutup dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{ أَفَلاََ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا} [محمد: 24]

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan (mentadabburi) al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci.” (QS. Muhammad: 24)

 إلا بذكر الله تطمئن القلوب

“ Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”” (QS. Ar-Ra’d: 28)

(Sumber: Diterjemahkan dari Khutbah Jum’at berjudil رمضان و تدبر القرآن dari http://www.alukah.net/Sharia/1067/42955/#ixzz22BYjeTSJ. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)