Sesungguhnya ummat Islam seluruhnya, beberapa hari lagi akan menjumpai tamu nan mulia, di mana hati orang yang beriman sedemikian merindukan kedatangannya. Tamu yang dicintai oleh hati orang yang beriman. Tamu yang memiliki kedudukan nan mulia di dalam jiwa mereka. Mereka saling memberi kabar gembira dengan kedatangannya. Mereka saling memberikan ucapan selamat dengan kehadirannya. Setiap orang di antara mereka sedemikian berharap untuk dipertemukan dengan tamu ini dan sangat mengharapkan pula agar mendapatkan apa yang ada padanya berupa kebaikan dan keberkahan. Tamu itu tidak lain adalah bulan Ramadhan yang diberkahi. Itulah bulan nan agung yang diberkahi yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- istimewakan dengan berbagai bentuk keistimewaan yang membedakannya dengan bulan-bulan lainnya.
Dulu, Nabi yang mulia -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya dengan kedatangan bulan nan mulia ini. Beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- juga menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan keutamaannya, serta kebaikan-kebaikannya. Beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- juga meminta dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh di dalam mengisinya, dengan menaati Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Nya dengan melakukan hal-hal yang diridhai-Nya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Ahmad di dalam Musnadnya, bersumber dari Abu Hurairoh -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,
ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad, no. 7148 ).
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi dan lainnya, Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
“Bila telah berada di malam pertama dari bulan Ramadhan para setan dan dedengkot jin dibelenggu, pintu-pintu Neraka ditutup, maka tak satu pun pintu yang dibuka. Pintu-pintu Surga dibuka, maka tak satu pun pintu yang ditutup. Penyeru pun menyeru, ‘Wahai pencari kebaikan bergegaslah!, Wahai pencari keburukan, berhentilah!’. Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari Nereka, dan yang demikian itu pada setiap malam.” (HR. at-Tirmidzi no. 682).
Hadis-hadis yang menunjukkan keutamaan bulan ini dan keagungan kedudukannya, serta kemuliaan kedudukannya di sisi Allah -سٌبْحَانَهُ وَتَعَالَى-banyak sekali. Dan, yang wajib kita lakukan adalah hendaknya kita sangat gembira dan bahagia dengan datangnya bulan nan mulia ini yang membawa beragam bentuk kebaikan yang melimpah, keistimewaan yang besar nan banyak. Kita bergembira dengan datangnya bulan ini, karena Allah -سٌبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (Yunus: 58).
Saudaraku…
Sesungguhnya kegembiraan karena kedatangan bulan ini dan pengetahuan tentang keutamaannya dan kedudukannya, termasuk perkara terbesar yang akan membantu seseorang untuk bersungguh-sungguh dalam mengisinya. Tidaklah banyak orang yang menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan ketaatan di bulan nan mulia ini dan benar-benar menghadapkan diri mereka kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-melainkan karena ketidaktahuan mereka tentang kedudukannya dan alangkah mahalnya kesempatan yang menghampiri mereka ini.
Kalaulah saja seorang muslim itu mengenali bulan ini dengan sebenar-benarnya, dan ia pun mengetahui betapa agungnya kedudukannya, niscaya ia akan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin. Dan, ia pun akan mengerahkan segenap kesungguhannya secara optimal pula dalam upaya melakukan ketaatan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan melaksanakan peribadatan kepada-Nya yang akan mendatangkan keridhaan Rabbnya – تَبَارَكَ وَتَعَالَى-.
Saudaraku…
Pertanyaan yang layak diajukan kepada diri kita di hari-hari ini, antara lain adalah bagaimana kita menyambut kedatangan bulan nan mulia ini? dan bagaimana pula kita menyiapkan diri untuk menghadapi musim nan agung ini?
Saudaraku…
Menyambut kedatangan bulan ini bukanlah dengan saling berkirim karangan bunga. Bukan pula dengan mendendangkan nasyid dan lagu. Bukan pula dengan menyiapkan berbagai bentuk permainan, arena pertunjukan dan pameran. Bukan pula dengan menghimpun dan mengumpulkan berbagai jenis dan bentuk makanan dan minuman.
Sesungguhnya, persiapan untuk menyambut bulan nan mulia ini adalah persiapan untuk melakukan ketaatan dan kesiapan untuk melakukan peribadatan, menghadapkan diri kepada Allah -سٌبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan jujur, bertobat dengan sesungguhnya dari segala dosa dan kesalahan.
Sesungguhnya seorang Mukmin sejati dan jujur yang menghadapkan dirinya kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan secara baik dalam menyiapkan dirinya untuk menyambut bulan ini, secara baik akan mempersiapkan dirinya untuk melakukan ketaatan dan ibadah, secara baik akan menghadapkan diri kepada Allah-سٌبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, bertobat kepada-Nya dari segala dosa dan kesalahan.
Sesungguhnya Ramadhan merupakan kesempatan untuk menghadapkan diri kepada Allah -سٌبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan bertobat dari dosa-dosa. Sungguh, siapa yang mau merenungi keadaan dirinya-di mana ini adalah keadaan setiap orang di antara kita-niscaya ia mendapatkan bahwa keteledoran dirinya sangatlah besar, dan kelalaian dirinya dalam menunaikan kewajibannya kepada Allah -سٌبْحَانَهُ وَتَعَالَى- sangat banyak, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap bani Adam banyak melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertobat.” (HR. Ibnu Majah, no. 4251).
Maka, dosa-dosa kita itu banyak, kelalaian itu terjadi, sementara di hadapan kita ada musim nan agung untuk bertobat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -.
Apabila jiwa belum tergerak dan hati pun belum tergerak pula di musim yang mulia dan diberkahi ini untuk bertobat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan menyesal atas perbuatan dosa, maka kapankah jiwa dan hati itu akan tergerak ?! Oleh karena ini, telah valid di dalam hadis, di mana Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – bersabda,
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Celakalah seseorang yang mana Ramadhan menghampirinya, kemudian berlalu sebelum diampuni dosanya.” (HR. at-Tirmidzi, no. 3545).
Hal demikian itu karena Ramadhan merupakan musim yang agung untuk bertobat, hati tergerak untuk bertobat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan kembali kepada-Nya, serta antusias untuk menaati-Nya.
Doa yang Jujur
Dan sesungguhnya, termasuk perkara yang digunakan untuk menyambut bulan yang mulia ini adalah doa yang jujur dan hubungan yang baik dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, serta meminta pertolongan yang sempurna kepada-Nya agar menolong seorang hamba untuk menaati Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- di bulan nan utama ini, karena seorang hamba itu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan ketaatan dan merealisasikan peribadatan dengan sebenar-benarnya kecuali apabila Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menolongnya.
فَــــ (( لَوْلَا اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَلَا صُمْنَا وَلَا صَلَّيْنَا ))
Maka, kalaulah bukan karena Allah (yang menolong kita) niscaya kita tidak mendapatkan petunjuk,
tidak mampu untuk berpuasa dan tidak mampu pula untuk mengerjakan shalat.
Karena itu, orang-orang yang beriman wajib untuk menghadapkan dirinya kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan senantiasa berdoa dan memohon kepadaNya, senantiasa berharap kepada-Nya, senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya, senantiasa mengharapkan rahmat-Nya, senantiasa meminta pertolongan-Nya, agar dimudahkan berpuasa Ramadhan, melakukan qiyam Ramadhan, dan agar dituliskan untuknya kebaikan dan keberkahan di dalamnya, serta agar menjadikannya termasuk orang-orang yang dibebaskan dari Neraka, karena sesungguhnya tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Dzat yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Apa yang dikehendaki Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi.
Merenungkan Keistimewaan dan Keutamaan Ramadhan
Termasuk pula perkara yang digunakan untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan adalah hendaknya seorang muslim merenungkan dan mencermati keistimewaan, keutamaan, dan beragam keberkahan bulan ini, agar ia mengetahui nilai dan kedudukannya. Hendaknya pula ia mempelajari hal-hal yang harus dilakukannya di bulan ini, seperti, puasa dan qiyam Ramadhan. Maka, hendaklah ia merenungkan dan memperhatikan secara seksama tentang faedah dan manfaat puasa, pelajaran dan nasehat yang mendalam darinya. Merenungkan dan memperhatikan secara seksama tentang keutamaan qiyam Ramadhan dan apa-apa yang telah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- siapkan bagi orang yang melakukannya berupa pahala nan agung dan keutamaan nan melimpah.
Telah valid di dalam ash-Shahihain (Bukhari-Muslim) bahwa Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan, barang siapa shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari, no. 2014 dan Muslim, no. 760).
Memperbaiki Hati
Termasuk pula perkara yang digunakan untuk menyambut bulan Ramadhan yang diberkahi adalah hendaknya seseorang memerangi dirinya dengan memperbaiki hatinya dan membuang kotoran di dalamnya berupa kebencian, kedengkian, hasad, iri hati, dendam, dan yang lainnya.
Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,
صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يُذْهِبْنَ وَحَرَ الصَّدْرِ
“Puasa bulan kesabaran dan tiga hari setiap bulan akan menghilangkan was-was dada (seperti, kemarahan, kebencian, kedengkian, dendam dan lainnya).” (HR. Ahmad, no. 23458).
Sesungguhnya di dalam dada terdapat bibit-bibit kedengkian, kemarahan, dan kebencian. Maka, bila musim yang diberkahi ini (yakni, Ramadhan) telah datang, ia menjadi kesempatan yang sangat berharga dan momentum yang mulia untuk mengusir sesuatu yang ada di dalam hati berupa dendam, atau kebencian dan kemarahan atau kedengkian.
Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– bersabda,
لَا تَحَاسَدُوْا وَلَا تَنَاجَشُوْا وَلَا تَبَاغَضُوْا وَلَا تَدَابَرُوْا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوْا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Janganlah kalian saling mendengki. Jangan pula kalian saling menipu. Jangan pula kalian saling membenci. Jangan pula kalian saling membelakangi. Jangan pula sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan, jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara…” (HR. Muslim, no. 2564).
Saudaraku…
Sesungguhnya masuknya bulan Ramadhan merupakan kesempatan yang penuh berkah untuk menjernihkan jiwa, membersihkan hati, dan menyatukan kata di atas ketaatan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dengan cara kaum Muslimin seluruhnya menyiapkan diri untuk menaati Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, condong untuk beribadah dan taat kepada-Nya, menjauhkan diri dari segala hal yang dimurkai dan dibenci-Nya.
Saudaraku…
Kita memohon kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- agar menyampaikan kita, saya dan Anda sekalian ke bulan Ramadhan untuk berpuasa dan melakukan shalat malam di dalamnya.
Kita juga memohon kepada-Nya agar memperbaiki hubungan kita dengan keluarga, kerabat dan saudara-saudara kita. Semoga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mempersatukan hati-hati kita, menunjukkan kita kepada jalan keselamatan, mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya, menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa, orang-orang yang tidak ada rasa takut dalam diri mereka (di akhirat nanti dari hukuman dan siksa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) dan mereka tidak bersedih hati (atas apa-apa yang terlewatkan dari mereka berupa kenikmatan dan kesenangan di dunia). Amin.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, beserta keluarga dan para sahabatnya semuanya. (Redaksi)
Sumber :
Banyak mengambil faedah dari khuthbah Jum’at berjudul, “Fadhlu Syahr Ramadhan Wa Kaifa Nastaqbiluhu”, Oleh : Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى-.