Ketahuilah –semoga Allah merahmati Anda- bahwa doa adalah kunci setiap kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan, doa yang paling lengkap dan sempurna, serta yang paling banyak menghimpun pintu-pintu kebaikan dan jalan-jalan keberuntungan adalah doa-doa yang dipanjatkan oleh Nabi yang mulia -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Sesungguhnya doa-doa yang dipanjatkan beliau tersebut mencakup tujuan nan tinggi yang dicari dan maksud-maksud nan tinggi yang paripurna. Barang siapa yang berkenan merenungkan doa-doa yang dipanjatkan Nabi yang mulia -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- baik yang bersifat mutlak atau pun yang terkait dengan waktu atau momen tertentu niscaya mendapati hal itu.

Oleh karena itu selayaknya seorang hamba Allah yang beriman kepada-Nya mengetahui, mempelajari dan menghafal doa-doa Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- serta menjaganya dengan mengamalkannya di setiap kesempatan yang dianjurkan untuk membacanya agar dirinya mendapatkan kebaikan dan keberkahan doa itu, serta buahnya nan agung di dunia dan di akhirat.

Pada kesempatan ini, kita akan merenungi doa nan agung yang datang dari Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, di mana beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- biasa membacanya setiap kali beliau keluar dari rumahnya.

Para pengarang kitab sunan yang empat dan selain mereka meriwayatkan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah Hindun al-Makhzumiyah -رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-, salah seorang istri Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, bahwa ia berkata,

مَا خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ بَيْتِى قَطُّ إِلاَّ رَفَعَ طَرْفَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىّ

“Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak keluar dari rumahku kecuali beliau mengangkat pandangannya ke langit lalu beliau mengucapkan, ‘Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan, berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya, dan berbuat bodoh atau dibodohi.’” (HR. Abu Dawud, no. 5096)

Ini merupakan doa yang agung, Nabi kita yang mulia -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- biasa membacanya setiap kali saat keluar dari rumahnya, sebagaimana hal itu jelas dalam perkataan Ummul Mukminin -رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-.

Perkataan Ummu Salamah -رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-,

إِلَّا رَفَعَ طَرْفَهُ إِلَى السَّمَاءِ

kecuali beliau mengangkat pandangannya ke langit

 

Dalam tindakan beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ini terdapat unsur keimanan dengan ketinggian Allah -جلَّ وَعَلَا- dan ketinggian-Nya atas makhluk-Nya, dan bahwa Dia -جلَّ وَعَلَا- beristiwa di atas ‘Arsy-Nya, terpisah dari makhluk-Nya.

Dalam tindakan beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ini juga terdapat unsur merasa dalam pengawasan dan pantauan Allah -جلَّ وَعَلَا- dan menghadirkan perasaan akan bahwa Allah -جلَّ وَعَلَا- melihat dan mengawasi para hamba-Nya, bahwasanya tidak ada hal apa pun yang tersembunyi dari-Nya, baik di bumi atau pun di langit.

Sungguh betapa indahnya pada diri seorang hamba yang beriman ketika pada setiap kali keluar dari rumah ia menghadirkan pengawasan dan penglihatan Allah -جلَّ وَعَلَا- terhadap dirinya, dan bahwasanya tak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi, tidak pula di langit dari penglihatan dan pengawasan-Nya.

Dan betapa indahnya pula ketika seorang hamba yang beriman ketika pada setiap kali keluar dari rumahnya ia menghadirkan perasaan bahwa dirinya berada dalam penglihatan dan pengawasan-Nya, bahwa Dia -جلَّ وَعَلَا- mengetahui keadaan dirinya, dan bahwasanya tak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.

Kesemuanya ini diambil faedah dari tindakan Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ‘mengangkat pandangannya ke langit.’ Sesungguhnya tindakan ini merupakan tindakan menghadirkan kesadaran terhadap adanya penglihatan dan pengawasan Allah -جلَّ وَعَلَا-

Kemudian, Sesungguhnya barang siapa yang keluar dari rumahnya pastilah akan bersinggungan dengan orang lain, bermuamalah dengan mereka, membaur dengan mereka, sementara manusia itu beragam bentuk dan karakternya; di antara mereka ada orang yang baik dan di antara mereka ada pula yang buruk tabiat dan karakternya, dan ada pula di antara mereka yang tabiat dan karakternya berada di antara baik dan buruk. Oleh karena ini, barang siapa yang keluar dari rumahnya, menjumpai banyak orang, bersinggungan dengan mereka, bermuamalah dengan mereka, pastilah hal-hal ini akan menyebabkan timbulnya beragam bentuk persoalan atau banyak hal-hal yang menyelisihi syariat yang semestinya diwaspadainya, dan mawas dari jangan sampai terjatuh ke dalam hal-hal tersebut.

Dan, Nabi -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ- telah mengumpulkan hal itu di dalam doa yang global nan agung ini.

Seorang muslim saat setiap kali keluar dari rumahnya hendaknya menghadirkan dalam benaknya makna-makna empat hal yang disebutkan oleh Nabi -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dalam doanya ini, dalam hadis yang agung ini, dan benar-benar mewaspadai hal-hal tersebut, serta meminta perlindungan kepada Allah -جلَّ وَعَلَا- agar Dia -جلَّ وَعَلَا- melindungi dirinya dari hal-hal tersebut. Seraya mengatakan,

 اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ

 ‘Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan, berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya, atau berbuat bodoh atau dibodohi.’

Hendaknya Anda memanjatkan doa ini pada saat setiap kali akan keluar dari rumah Anda. Hendaknya Anda waspada dari terjatuh ke dalam empat perkara tersebut atau sebagiannya, yaitu, kesesatan, kesalahan, kezaliman, dan kebodohan. Kesemuanya itu merupakan perkara yang membahayakan, membinasakan, dan menghancurkan seorang hamba bila terjatuh ke dalam salah satunya atau semuanya. Hal-hal tersebut, boleh jadi dilakukan seorang hamba terhadap orang lain, dan boleh jadi pula hal-hal tersebut dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya.

Best store Rolex watches: Rolex super clones

Dan, doa yang dipanjatkan oleh Nabi -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ- telah mencakup permintaan perlindungan dari keempat hal ini, baik hal-hal tersebut dilakukan oleh seorang hamba kepada orang lain, maupun hal-hal tersebut dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya.

Dan ucapan Nabi -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ

“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan.

Di dalamnya terdapat permintaan seorang hamba kepada Allah -جلَّ وَعَلَا- agar menjauhkannya dari dhalal (kesesatan), yaitu, lawan dari al-Hidayah (petunjuk), baik menyesatkan dirinya dengan menjatuhkan dirinya di dalam perbuatan dosa atau beragam bentuk hal-hal yang menyelisihi syariat, atau pun menyesatkan orang lain dari kalangan para hamba-hamba Allah -جلَّ وَعَلَا- yang beriman.

Sabda beliau -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

 أو أُضَلَّ

“atau disesatkan”

Yakni, orang lain menyesatkan aku.

Sungguh, terkadang seorang insan keluar dari rumahnya dalam keadaan aman lagi tenang, ia tidak menginginkan suatu keburukan dan tidak pula mencari penyimpangan atau kesesatan. Namun, lantas salah seorang yang sesat menemuinya di jalan yang tengah di lewatinya, lalu orang itu pun berupaya menyesatkan dirinya dari jalannya yang benar, dan orang sesat itu pun berupaya memalingkan dirinya dari kesungguhannya secara bersamaan. Oleh karena ini, disunahkan bagi seorang muslim bila akan keluar dari rumahnya untuk memohon perlindungan kepada Allah -جلَّ وَعَلَا- dari kesesatan dirinya sendiri, atau dirinya menyesatkan orang lain atau orang lain menyesatkan dirinya dari jalan yang lurus.

Sabda beliau -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

 أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ

Atau aku berbuat kesalahan atau disalahi.”

Az-Zalal (berbuat kesalahan) yaitu jatuh dan tertarik pada kesalahan sementara seseorang tidak menyadarinya atau tidak merasakannya.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan ungkapan beliau -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, ‘ Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari berbuat kesalahan’ yakni,  aku berlindung kepada-Mu dari aku terjatuh ke dalam dosa atau kesalahan atau penyelisihan tanpa terasa.

Sabda beliau -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-

أَوْ أُزَلَّ

“atau aku disalahi”

Yakni, seseorang melakukan hal itu terhadap diriku, di mana ia menjatuhkan diriku ke dalam kesalahan dan menjatuhkan aku ke dalam kebinasaan.

Sabda beliau -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-

أوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ

“atau aku menganiaya atau dianiaya.”

Tindak aniaya (zalim) adalah meletakkan perkara-perkara bukan pada tempatnya; dengan melakukan tindakan pelanggaran terhadap orang lain, pada harta mereka, atau pada diri mereka, atau pada kehormatan mereka, atau selain itu.

Sabda beliau -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

أَوْ أَظْلِمَ

“atau aku menganiaya (atau aku menzalimi).”

Yakni, aku berlindung kepada-Mu dari terjadi pada diriku tindak kezaliman terhadap orang lain, baik terkait harta mereka, atau kehormatan mereka, atau diri mereka, atau selain itu.

Sabda beliau -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

 أَوْ أُظْلَم

“atau aku dizalimi,”

Yakni, ada orang lain yang melakukan tindak pelanggaran apa pun bentuknya terhadap diriku.

Maka, seorang hamba, dengan doanya ini ((أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ))  ia memohon kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- agar menjauhkan dirinya dari bertindak aniaya terhadap orang lain dan agar Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjauhkannya dari tindak aniaya orang lain terhadap dirinya. Sehingga ia tidak menzalimi seorang pun dan tidak dizhami oleh seorang pun.

Sabda beliau -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ

“Atau aku berbuat bodoh atau dibodohi.”

Yakni, aku melakukan bersama manusia tindakan orang-orang bodoh, dan menempuh jalan-jalan atau cara-cara orang-orang yang pandir berupa mencela, menghina dan lain sebagainya. Atau ada orang lain yang melakukan hal-hal itu terhadap diriku.

Jadi, ia memohon perlindungan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dari melakukan tindakan orang-orang bodoh, atau tindakan-tindakan orang-orang yang bodoh diperlakukan terhadap dirinya.

Maka, ini merupakan doa nan agung, di mana Nabi kita yang mulia -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ- biasa memanjatkannya pada setiap kali keluar dari rumahnya. Maka dari itu, hendaklah kita meneladani Nabi kita yang mulia -صَلَّى اللهُ غَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dan hendaknya kita menapaki langkahnya, dan berjalan di atas jalannya. Karena sesungguhnya hal itu merupakan sebaik-baik jalan dan petunjuk yang paling sempurna.

Dan ketika seorang muslim memanjatkan doa yang agung ini hendaknya pula ia melakukan sebab-sebab yang agung yang dengannya ia bakal mendapatkan sesuatu yang dimaksudkannya dan mewujudkan apa yang diinginkannya.

Karena sesungguhnya, ketika Anda mengucapkan ungkapan kata-kata ini, Anda telah berdoa memohon kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, meminta pertolongan kepada-Nya, menyandarkan diri kepada-Nya, memasrahkan urusan Anda kepada-Nya -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Kemudian, wajib atas Anda setelah itu mengupayakan sebab-sebabnya, yaitu dengan menjauhkan diri dari hal-hal ini (kesesatan, kesalahan, kezaliman, dan tindak kebodohan) dan mewaspadai hal-hal tersebut dengan sekuat tenaga agar tidak terjatuh ke dalamnya.

Semoga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan taufik kepada kita semua.

Amin

(Redaksi)

 

Sumber:

Syarhu Du’a: Allahumma Innii A’udzubika An Adhilla Au Udhalla… Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad -حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى. Dengan ringkasan.