Kawan, aku beritahukan padamu suatu rahasia. Belum banyak orang yang tahu. Rahasia agar rumah tanggamu terus bahagia. Namun sebelumnya, kau harus benarbenar hayati, arti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

 “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah, Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa cinta dan belas kasihan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. ar-Rum: 21).

 

RAHASIA TERSEMBUNYI

Ada makna tersirat, dari yang tersurat. Ada faidah tersitir, bagi yang berpikir. Ada harta terpendam, pada renungan terdalam. Bagi mereka yang diberikan ilham.

 “Dalam kelanggengan, ada sifat tersematkan. Sifat hilang, bahtera sulit dipertahankan. Satu kebutuhan, dua tertumbuhkan. Salah satu dari dua, tumbuh di atas empat pilihan. Satu pilihan mencerminkan keabadian. Pilihlah, karena itu yang menghantar kebahagiaan.”

Tak pelik kau pecahkan, sandi cinta terahasiakan.

 

SELALU UNTUK SELAMANYA

“Kenapa kakanda masih saja menyebut-nyebut perempuan tua yang sudah layu warna pipinya, hilang ditelan zaman, padahal Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik bagi kakanda.” (HR. Bukhari, no. 3821). Tandas Ummul mukminin dengan cemburu. Pada kesempatan lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Aku telah dikaruniai rasa cinta kepada dirinya.(HR. Muslim, no. 2435).

Pesona Khadijah radhiyallahu ‘anha tak akan tergantikan. Cinta pertama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Istri pertama. Dan darinya muncul anakanak shalih, yang akan selalu dikenang dalam sirah Nabawiyah. Kepergiannya dikenang dengan tahun kesedihan. Tak mengapa ia lebih tua. Namun cinta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya lebih dari sekedar raga. Ternyata ada halhal yang lebih mempesona dari sekedar busana. Rahasia perlahan terkuak.

 

TAK MENARIK LAGI

Badai asmara menimpanya, tak terbendung lagi hingga ia senandungkan bait cinta, “Ku lamunkan Laila, jauh di Samawah. Duhai, apa hubunganku dengan anak al-Judi Laila. Hatiku selalu terbayang dirinya, pandanganku mabuk melihatnya. Kapan aku berjumpa dengannya. Andai ia datang dengan para haji berkafilah, hingga aku dapat berjumpa.

Mabuk kepayang itupun akhirnya terobati, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan mereka bersatu dalam pernikahan. Paras cantik Laila, membuat cemburu seluruh madu. Hingga masa itu pun akhirnya datang. Allah Subhanahu wa Ta’ala uji Laila dengan penyakit. Seluruh giginya rontok, hingga ia menjadi ompong. Cinta yang dulu bersemi….kini telah pudar….Laila. Dengan berat hati, kupulangkan kau pada keluargamu. (Lihat Tahdzib al-Kamal, 559558/16. Kisah seorang salaf yang namanya sengaja dirahasiakan). Hampir saja rahasia tersibak.

 

HILANG MARTABAT DAN HARTAMU

“Wahai Abu Muhammad, aku datang kesini untuk mengadukan fulanah (istrinya sendiri). Sungguh, aku menjadi orang yang paling rendah dan paling hina di sisinya.”

Sufyan bin ‘Uyainah pun menunduk sesaat, kemudian mengangkat kepalanya kembali sembari mengatakan, “Barangkali tujuan kamu menikahinya supaya martabatmu terangkat.Ia menjawab, “Iya, memang benar wahai Abu Muhammad.”

“Barangsiapa menikah karena martabat, maka ia akan diuji dengan kehinaan. Barangsiapa menikah karena harta, maka ia akan diuji dengan kefakiran. Dan barangsiapa menikah karena agama, maka Allah kumpulkan untuknya kemuliaan, harta dan agama sekaligus.” (Tahdzib al-Kamal, 11/194). Tandas Sufyan Ibnu ‘Uyainah. Akhirnya celah rahasia terbuka.

 

SATU KEBUTUHAN

Kebutuhan manusia akan pasangan, sudah menjadi fitrah yang lazim pada dirinya. Tanpa pasangan, dirinya selalu merasa kurang. Tanpa pasangan, dirinya selalu merasa gusar. Tak ada ketenteraman jiwa, tak ada penyaluran batin. Sehingga, tatkala ia menemukan pasangannya, saat itulah kebutuhannya terpenuhi. Jiwanya pun menjadi tenang dan tenteram. ….agar kamu merasa tenteram kepadanya(QS. ar-Rum: 21).

 

DUA TERTUMBUHKAN

Saat mereka sudah bersama, maka dua perasaan tertumbuhkan. Perasaan cinta yang bertautan, dan perasaan iba yang bersahutan. Keduanya melebur dalam keintiman rumah tangga baru. Rasa cinta (mawadah), karena dua sejoli baru saja dipertemukan. Rasa iba (rahmah), karena fitrah berbelas kasihan di antara mereka. Dan yang terakhir ini lebih banyak mengislah mereka saat bertengkar. “…dan Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan belas kasihan...(QS. ar-Rum: 21).

 

SATU TUMBUH DARI EMPAT

Rasa cinta (mawadah), tumbuh dari empat kriteria. Salah memilih kriteria, bahtera rumah tangga taruhannya. Tenggelamkan. Orang yang sudah memuncak amarahnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Wanita dinikahi karena empat faktor; hartanya, martabatnya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah agamanya, (jika tidak) maka tanganmu berkemul debu kerugian. (HR. Bukhari, no. 5090).

Saat kau memilih agama pasanganmu, maka kau memilih keabadian. Karena orang yang beragama lebih tahu, bagaimana caranya mempertahankan bahtera. Satu pilihan, cermin keabadian.

 

SETEGUK AIR CINTA

Cinta pasutri memang semakin pudar, seiring dengan memudarnya hitam karena uban. Namun, rasa iba (rahmah) mereka semakin besar. Masingmasing menaruh iba pada pasangannya, yang sekarang semakin lemah, keriput, renta, dan mulai pikun.

Andai rasa iba adalah bejana, maka di tangan orang yang saling mencinta karena agama, bejana tadi akan tersimpan dengan apik. Mereka hanya butuh seteguk air cinta dari bejana rahmah, untuk melanggengkan kemesraan mereka.

 

RAHASIA (AKHIRNYA) TERKUAK

Dalam kelanggengan (rumah tangga), ada sifat (sukun, mawadah dan rahmah) tersematkan. (Jika semua) sifat (ini) hilang, bahtera (rumah tangga) sulit dipertahankan. Satu (sifat merasa tenteram merupakan) kebutuhan (karena inilah manusia menikah), dua (sifat mawadah dan rahmah) tertumbuhkan (setelah menikah).

Salah satu dari dua (yakni mawadah), (itu) tumbuh di (karenakan) atas empat (kriteria) pilihan. Satu pilihan (yakni memilih agama pasangan) mencerminkan keabadian (rumah tangga). Pilihlah (kriteria agama ini), karena itu yang menghantar kebahagiaan.

 

CINTA (BER)LANJUT USIA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memilih Khadijah radhiyallahu ‘anha karena agama, maka pesona inner beauty dari akhlak Khadijah radhiyallahu ‘anha akan senantiasa abadi di hati sang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Itu tak akan tergantikan oleh paras secantik apa pun. Karena kecantikan akan memudar, harta akan habis, martabat akan jatuh, tapi agama akan senantiasa istiqamah.

Namun perlu Anda ketahui bahwa agama, iman dan ketakwaan seseorang adakalanya naik dan turun, disitulah prahara sering menghempaskan bahtera. Pada kondisi itu, Anda dituntut untuk mengesampingkan ego, ingat akibat yang buruk, pikirkan nasib anakanak. Lama pernikahan harusnya membuat Anda lebih dewasa. Pasangan bukan sebatas penyenang syahwat, namun patner Anda untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allahu A’lam.

(Abu Ukasyah Sapto B. Arisandi)