Alangkah bahagianya orang yang hati dan fikirannya menjadi wadah yang penuh dan sibuk dengan Kalam Ilahi Yang Maha indah. Ketahuilah bahwa keindahan Al-Qur`an dan hikmah yang ada di dalamnya jangan sampai ternoda oleh ketidakindahan adab (etika) orang yang membawa atau orang yang telah diamanahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengemban Kalam-Nya di dadanya.

Seorang yang hafal Al-Quran <em>(hafizh) </em>harus menghiasi dirinya dengan keindahan akhlak agar Al-Quran menjadi semakin indah disamping Ia telah indah dengan sendirinya dan agar tidak menjadi bumerang yang membahayakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

القُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

 

“Al-Qur`an akan menjadi pembela bagimu atau menjadi bumerang atasmu.” (HR. Muslim, 1/501).

 

Adab Hafizh kepada Al-Quran</strong><strong> </strong>
<ol>
<li><strong> Pastikan dalam Keadaan Berwudhu</strong></li>
</ol>
Termasuk adab seorang hafizh kepada Al-Qur
an adalah senantiasa dalam keadaan suci dari hadats dan najis ketika berinteraksi dengan Al-Quran sebagai bentuk pengagungan terhadap firman Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> sebagai <em>Kalam </em>Yang suci dan sumber segala kebaikan.
<ol start="2">
<li><strong> Membawa dengan Kedua Telapak Tangan atau Tangan Kanan</strong></li>
</ol>
Seorang hafizh yang beradab ketika membawa Al-Qur
an menggunakan kedua tangannya seraya mendekapnya di dada atau dengan tangan kanannya seraya diangkat sedikit ke atas sejajar dengan dada. Membukanya dengan berlahan-lahan dan penuh etika, masih ingatkah kisah Imam Syafii ketika beliau berlahan-lahan membuka lembaran Kitab <em>Al-Muwatha </em>di hadapan Imam Malik, sebab Imam Syafii sangat menjaga wibawa gurunya. Nah, apa lagi seorang hafizh terhadap Al-Quran harus lebih menjaga lagi karena sedang membawa firman Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>.
<ol start="3">
<li><strong> Menempatkan Al-Qur
an di Tempat yang Lebih Tinggi

Hendaknya seorang hafizh ketika menata buku di rak, ia menempatkan Al-Quran di rak yang paling tinggi dan menjaganya dari kerusakan, ketika melihat Al-Quran tercecer segera merapikannya, dan tidak menaruh di sembarang tempat yang dikhawatirkan termasuk bentuk menghinakan Al-Quran tanpa sadar.
<ol start="4">
<li><strong> Membaca <em>Ta
awudz dan Basmalah

Ketika membaca Al-Quran hendaknya memulai dengan membaca <em>taawudz dan basmalah di setiap awal surat kecuali Surat At-Taubah. Namun ketika dipertengahan surat cukup dengan membaca taawudz </em>saja. Awal setiap surat dimulai dengan <em>basmalah </em>dan ketika kita membaca Al-Quran diperintah untuk ta`awudz.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Jika kamu hendak membaca Al-Quran, mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” </em><strong>(QS. An-Nahl: 98)</strong>.<strong> </strong>
<ol start="5">
<li><strong> Merenungi dan Khusyu

Seorang hafizh hendaknya memurajaah </em>Al-Quran disertai rasa khusyu’ dan menghayati maknanya sehingga hafalannya semakin kuat dan keimanannya semakin bertambah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman jika disebut nama Allah, maka bergetarlah hati mereka dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya semakin bertambah (kuat) imannya.” (QS. Al-Anfal:2). “Inilah (Al-Quran) kitab yang diberkahi, Kami turunkan kepadamu agar mereka merenunginya dan orang-orang yang memiliki akal akan mengambil pelajaran darinya” </em><strong>(QS. Shad: 29)</strong>.<strong> </strong>
<ol start="6">
<li><strong> Memperindah Bacaan dan Tartil</strong></li>
</ol>
Membaca Al-Qur
an secara
tartil (berlahan dan sesuai tajwid) merupakan adab kepada Al-Quran, karena hal ini lebih mengokohkan hafalan dan semakin menyelami makna dalam renungan. Apalagi ditambah dengan lantunan bacaan yang indah, sesuai dengan kaidah ilmu <em>qiraah, tapi bukan dibuat-buat dengan nada yang memberatkan diri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “…Dan bacalah Al-Qur`an secara tartil.” (QS. Al-Muzzammil: 4).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perindahlah Al-Quran dengan suaramu.” </em><strong>(HR. Abu Dawud no. 1468)</strong>.<strong> </strong>
<ol start="7">
<li><strong> Mendengarkan Al-Qur
an

Ketika seorang hafizh mendengar ayat yang sedang dibaca dan sedang tidak murajaah sangat dianjurkan untuk mendengarkannya. Inilah adab setiap muslim ketika mendengar Al-Quran dibacakan terlebih dia adalah hafizh Al-Quran. Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman, yang artinya, <em>“Apabila Al-Quran dibacakan kepadamu maka diamlah dan dengarkanlah agar kamu mendapat rahmat.” </em><strong>(QS. Al-Araf: 204).

 

Adab Hafizh sebagai guru

Ketika seorang hafizh sebagai guru, ia harus bisa menjaga adabnya dan di antara adab sebagai guru sebagai berikut,

  1. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Seorang guru harus bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sehingga ilmu yang ada pada dirinya akan bermanfaat dan berkah.

Hal ini terwujud dengan mengamalkan ilmu, sebagai bentuk rasa syukur dan agar ucapannya bisa menembus batas merasuk dalam jiwa anak didik ketika mengajar. Kata yang keluar dari hatinya akan jatuh ke hati pula. Tapi jika tidak mengamalkan ilmunya, ucapan hanya akan lewat saja tanpa dirasakan oleh mereka.

  1. Menambah Kualitas Ilmu

Karena guru akan memberikan ilmu lebih banyak kepada muridnya, maka kualitas ilmu dalam segala bidang, khususnya adalah bidang yang ia dalami harus selalu dikembangkan, murajaah dan banyak telaah. Tidak kalah penting juga ilmu tentang metode mendidik, mengajar, dan memahami perbedaan karakter murid.

  1. Menjaga Wibawa dan Etika

Guru adalah sumber inspirasi dan semangat muridnya, darinya mereka akan mengambil teladan, perintah dan larangan. Jika wibawa dan etika guru telah jatuh di hadapan murid akan susah mendidiknya dan memperbaiki nama baik. Muridpun tidak akan memperhatikan kata-katanya.

  1. Kasih Sayang kepada Anak Didik.

Guru harus kasih sayang terhadap anak didiknya. Jangan karena dalih menjaga wibawa, seorang guru berbuat semena-mena tanpa aturan yang menjadikan murid lari dan traumatis jika diajar olehnya. Akan tetapi berilah motivasi dan sentuhan kasih sayang, insya Allah murid akan selalu mematuhi anda.

Jangan kekerasan sebagai alternatif, akan tetapi hukuman yang sesuai harus tepat pada tempat dan waktunya.

 

Adab Hafizh kepada Diri Sendiri dan Orang Lain

  1. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Perbuatan maksiat akan menorehkan dosa dan meredupkan cahaya ilmu (hafalan) yang dimiliki seorang hafizh, sedangkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mempertajam hafalan dan menjernihkan hati dan firasat sehingga keberkahan ilmu, bertambahnya iman dan kedekatan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan semakin dirasakan olehnya.

  1. Menjaga Hafalan dan Menghormati Guru

Memilih waktu yang tepat untuk murajaah hafalan di setiap hari secara kontinu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan menghormati guru adalah wajib bagi penuntut ilmu khususnya hafizh Al-Quran.
<ol start="3">
<li><strong> Menjaga Kebersihan Diri</strong></li>
</ol>
Seorang hafizh menjaga kebersihan diri dalam rangka mengagungkan Al-Qur
an dan ilmu, disamping kebersihan adalah bagian dari keindahan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

  1. Mengembangkan Potensi Diri

Hendaknya seorang hafizh mengembangkan potensi diri (bakat) yang ia minati disamping hafalan Al-Quran yang dimiliki, agar ilmunya semakin berkembang dan bermanfaat bagi pribadi dan masyarakat.
<ol start="5">
<li><strong> Tolong Menolong</strong></li>
</ol>
Seorang hafizh harus memiliki kepekaan hati dan peduli. Jika ada orang atau teman yang membutuhan bantuan atau pertolongan, hendaknya dia membantunya jika mampu. Karena tolong menolong merupakan salah satu perintah dari Al-Qur
an yang ia hafal.

  1. Berkata yang Baik dan Menjaga Perasaan Orang Lain

Seorang hafizh Al-Quran harus menjaga lisannya dengan berkata yang baik, karena lisan adalah alat untuk melantunkan <em>Kalamullah</em>, maka jangan ia memakainya untuk berkata yang lacut dan menyakiti perasaan orang lain, khususnya adalah kepada orang tua dan guru yang telah mengajarinya kebaikan, itu merupakan larangan dan bentuk merendahkan Al-Quran.

  1. Mengajarkan Ilmu dan Kebaikan

Jika ada teman atau orang lain kesulitan dalam menghafal, maka ajarilah trik yang baik dan motivasi agar tidak putus asa. Jika ada yang berbuat salah, maka ingatkan dengan cara yang baik, santun dan lemah lembut.

Wallahu A’lam.

(Amirudin bin Salimin Bashori, Lc.)