الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan kegelapan-kegelapan dan cahaya. Sungguhpun demikian, orang-orang yang kufur mempersamakan tuhan mereka (dengan sesuatu yang lain).” (al-An’am: 1)

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur.” (al-Furqan: 62)

Aku memuji-Nya -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, Dia-lah Zat yang layak mendapatkan pujian. Aku juga bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya dan kebaikan-Nya yang sedemikian banyaknya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah mengutusnya dengan membawa kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan ancaman. Maka, semoga selawat Allah dan salam-Nya tercurah kepadanya, beserta segenap keluarganya dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunahnya dan mengambil petunjuknya sampai hari pembalasan.  Amma ba’du.

Aku wasiatkan kepada diriku sendiri dan kalian semuanya agar bertakwa kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena sesungguhnya bertakwa kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- termasuk wasiat yang paling agung.

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Sungguh, Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu (umat Islam) agar bertakwa kepada Allah.” (an-Nisa: 131)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga” (ath-Thalaq: 2,3)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (ath-Thalaq: 4)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

“Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan memperbesar pahala baginya.” (ath-Thalaq: 5)

Wahai hamba-hamba Allah!

Sesungguhnya pada silih bergantinya malam dan siang dan pergantian siang dan malam sepanjang lewatnya hari-hari terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat, sebagaimana Rabb kita -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّ فِي اخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ

Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi kaum yang bertakwa. (Yunus: 6)

Sesungguhnya malam dan siang termasuk ayat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang agung, dan keduanya termasuk ayat-ayat-Nya (tanda-tanda kekuasaan-Nya) yang sangat menakjubkan dan kehebatan ciptaan-Nya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menyebutkan dua tanda kekuasaan-Nya ini di dalam ayat-ayat yang cukup banyak. Dan, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga memerintahkan agar mengambil pelajaran dan petunjuk-petunjuknya. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ

Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah malam dan siang” (Fushshilat: 37)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا

Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian dan tidur untuk istirahat. Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha. (al-Furqan: 47)

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (al-Anbiya: 33)

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

Allahlah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirahat padanya (dan menjadikan) siang terang-benderang (agar kamu bekerja). Sesungguhnya Allah benar-benar memiliki karunia (yang dilimpahkan) kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”(Ghafir: 61)

Maka, lihatlah kepada dua tanda kekuasaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- nan agung ini, ‘malam dan siang’ dan apa-apa yang terkandung di dalam keduanya berupa pelajaran dan petunjuk-petunjuk yang menunjukkan kepada sifat rububiyah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan kepada keagungan-Nya, keagungan kekuasaan-Nya dan keagungan hikmah-Nya. Dan, bagaimana Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikan malam sebagai ketenangan dan pakaian yang menutupi alam, sehingga gerakan-gerakan tenang di dalamnya dan hewan-hewan kembali ke rumah-rumahnya, burung-burung kembali ke sarang-sarangnya, jiwa-jiwa merasa rileks di dalamnya dan beristirahat dari payah dan lelahnya usaha. Kemudian datang setelah itu siang yang menutupinya dengan cepat hingga hilang kekuasaannya.

يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا

“…Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat…” (al-A’raf: 54)

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً

Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti ... (al-Furqan: 62)

Satu dengan lainnya silih berganti, tidak berkumpul satu dengan yang lainnya.

Kemudian, ketika siang hari muncul, binatang-binatang menyebar mencari penghidupannya dan kemaslahatan-kemaslahatan hidupnya, dan burung pun keluar dari sarang-sarangnya.

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلَا تَسْمَعُونَ . قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلَا تُبْصِرُونَ . وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bagaimana pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?”

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bagaimana pendapatmu jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?”

Berkat rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (al-Qashash: 71-73)

Wahai hamba-hamba Allah!

Sungguh Rabb kita -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menjelaskan di dalam ayat-ayat yang cukup banyak bahwa dalam pergantian malam dan siang dan silih bergantinya keduanya terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal dan bagi orang-orang yang bertakwa, serta bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur.

Matahari yang besar itu, semenjak Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menciptakannya, ia berjalan di garis edarnya, setiap hari ia memiliki mathla’ yang bukan mathla’ (tempat terbit) hari yang lainnya, dan ia pun memiliki maghib (tempat tenggelam) yang bukan maghib pada hari yang lainnya.

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ

Maka, Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan, dan bintang), sesungguhnya Kami benar-benar Mahakuasa”(al-Ma’arij: 40)

Ia beredar pada garis edarnya pada tempatnya, tidak melampauinya naik, dan tidak pula melandai turun darinya.

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

“(Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 38)

Imam al-Bukhari dan imam Muslim meriwayatkan di dalam shahih keduanya dari Abu Dzar -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- , ia berkata, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

حِيْنَ غَرَبَتْ الشَّمْسُ يَا أَبَا ذَرٍّ أَتَدْرِي إِلَى أَيْنَ تَذْهَبُ؟ قُلْتُ : اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : فَإِنَّهَا تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ الْعَرْشِ فَتَسْتَأْذِنَ فَيُؤْذَنَ لَهَا، وَيُوْشِكُ أَنْ تَسْجُدَ فَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنَ فَلَا يُؤْذَنَ لَهَا، وَيُقَالُ لَهَا : اِرْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَطْلُعَ مِنْ مَغْرِبِهَا” فَذَلِكَ قَوْلُهُ:  وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

“Ketika matahari telah terbenam -wahai Abu Dzar- kemanakah ia pergi? Aku pun menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَbersabda, ‘Sesungguhnya matahari itu pergi hingga ia bersujud di bawah ‘Arsy, ia meminta izin, lalu diberikan izin kepadanya, dan dikhawatirkan ia bersujud namun tidak diterima darinya. (Dikhawatirkan pula) ia meminta izin namun tidak diberikan izin kepadanya, dan dikatakan kepadanya, ‘kembalilah kamu dari arah kamu datang. Sehingga ia akan terbit dari arah tenggelamnya. Maka itulah firman-Nya,”

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ

(Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.(Yasin: 38)

Wahai hamba-hamba Allah!

Renungkanlah ketetapan-ketetapan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang diberlakukan terhadap malam dan siang, dan bagaimana keduanya berjalan dengan penuh keteraturan yang sedemikian menakjubkan. Jika salah satunya berkurang maka yang lain bertambah. Imam Ibnu al-Qayyim –رَحِمَهُ اللهُ-mengatakan, “Renungkanlah hikmah yang terkandung di dalam ketentuan-ketentuan Allah yang diberlakukan terhadap malam dan siang, niscaya Anda akan mendapatkannya sedemikian baiknya, dan hikmah yang terdapat pada ketetapan-ketetapan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- terhadap siang dan malam adalah bahwa andai lebih dari apa telah ditentukan untuknya atau kurang dari apa yang telah ditentukan untuknya niscaya akan hilang kemaslahatannya. Dan akan berbeda hikmahnya karena hal itu. Bahkan, (Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) menjadikan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan untuk keduanya sepanjang 24 jam, dan (Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) menjadikan keduanya saling melengkapi kelebihan dan kekurangannya satu dengan yang lainnya, jika salah satunya bertambah waktunya, maka yang lain akan kembali, lalu menyusulnya. Seperti kata Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ

Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam.” (al-Hadid: 6)

Matahari yang kita lihat ini, setiap hari ia terbit dari timur kemudian berada di atas kepala-kepala (kita) di petengahan siang hari, kemudian ia tenggelam di barat, sesungguhnya dalam kondisi ini terdapat seagung-agung pelajaran bahwa terbitnya kemudian tenggelamnya merupakan pemberitahuan bahwa dunia ini bukanlah daar qarar (negeri yang kekal). Namun, dunia ini hanyalah sekedar terbit kemudian tenggelam, muncul kemudian pergi.

Bulan yang kita lihat itu, ia muncul kecil di awal bulan, ia terlahir sebagaimana bayi terlahir, kemudian tumbuh berkembang secara berangsung-angsur seperti badan tumbuh, sehingga apabila telah sempurna dalam pertumbuhannya ia menjadi purnama, kemudian setelah itu mulai berkurang dan menghilang.

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ

(Begitu juga) bulan, Kami tetapkan bagi(-nya) tempat-tempat peredaran sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.” (Yasin: 39)

Dan begitu pula kehidupan seseorang di dunia ini, sama persis. Maka, ambillah pelajaran (dari kejadian itu), wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.

Sesungguhnya siang dan malam hari ini merupakan perpindahan demi perpindahan yang kita jalani menuju ke negeri akhirat. Setiap hari berlalu, kita menaiki anak tangga perpindahan. Setiap hari berlalu, dengan itu kita tengah mendekat kepada ajal kita. Setiap hari berlalu, dengan itu kita semakin dekat dari negeri akhirat. Setiap hari berlalu, dengannya kita tengah mendekat kepada kematian dan (kehidupan) setelahnya. Dengannya kita semakin menjauh dari kehidupan dunia. Dan, seperti kata segian salaf,

“ابن آدَمَ إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ”

“Wahai anak keturunan Adam! Sesunguhnya engkau hanyalah kumpulan hari-hari, setiap kali satu hari pergi, maka pergilah sebagian dirimu.” (Hilyatul aulia, 2/148)

Sebagian mereka juga mengatakan,

“اَللَّيْلُ وَالنَّهَارُ يَعْمَلَانِ فِيْكَ فَاعْمَلْ فِيْهِمَا”

“Malam dan siang tidak henti-hentinya berlalu melewatimu, maka ber-amallah kamu didalamnya.” (Qiimatuz zaman ‘indal ‘ulama, 27)

(Bahkan, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah berfirman)

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62)

Sesungguhnya orang yang lalai lagi miskin adalah orang yang terkena pendeknya pandangan. Ia tidak melihat melainkan sebatas apa yang ada di hadapannya, ia mengira bahwa kehidupan seorang insan itu adalah hari-hari ini yang dilewatinya di dunia. Andaikan saja ia memandang dengan pandangan syar’i niscaya ia akan melihat bahwa jalan yang berada di depannya itu panjang, perjalanan itu jauh dan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah salah satu tahapan dari tahapan kehidupan yang dilalui oleh seorang insan dalam perjalanannya.

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ

Wahai manusia, sesungguhnya engkau telah bekerja keras menuju (pertemuan dengan) Tuhanmu. Maka, engkau pasti menemui-Nya (al-Insyiqaq: 6)

betapapun kerja keras yang dilakukan manusia dalam kehidupan di dunia ini, dan betapa pun umurnya memanjang. Pada akhirnya nanti, pasti menemui Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Dan, betapa pun seorang insan menikmati kehidupan dunia, pada akhirnya ia pasti berjumpa dengan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ

Wahai manusia, sesungguhnya engkau telah bekerja keras menuju (pertemuan dengan) Tuhanmu. Maka, engkau pasti menemui-Nya (al-Insyiqaq: 6)

أَفَرَأَيْتَ إِنْ مَتَّعْنَاهُمْ سِنِينَ . ثُمَّ جَاءَهُمْ مَا كَانُوا يُوعَدُونَ . مَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يُمَتَّعُونَ

Bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun? Kemudian, ia (azab) yang diancamkan datang kepada mereka. Niscaya kenikmatan yang mereka rasakan tidak berguna baginya. (asy-Syu’ara: 205-207)

**

Wahai hamba-hamba Allah!

Sesungguhnya termasuk hikmah Allah -عَزَّوَجَلَّ- dalam penetapan tempat-tempat orbitnya adalah agar kita merasakan berlalunya waktu, dan agar kita mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya (yakni, orbitnya bulan)  agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui. (Yunus: 5)

Kalaulah tidak ada penetapan ini, niscaya manusia tidak mengetahui bilangan tahun dan perhitungan sehari semalam di bumi 24 jam.

Adapun di sisi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- maka sehari sebanding dengan 1000 tahun.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.(al-Hajj: 47)

Sementara merasakan berlalunya waktu itu tidak akan terjadi melainkan jika disertai dengan kehidupan, dan tidak akan terjadi pula melainkan jika dibarengi dengan adanya kesadaran dan perhatian. Adapun ketika tidak ada kehidupan atau tidak ada kesadaran dan perhatian, niscaya manusia tidak akan dapat merasakan berlalunya waktu. Oleh karena itu, orang yang tengah tidur tidak merasakan berlalunya waktu. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah menyebutkan tentang Ashabul Kahfi bahwa,

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا

Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun. (al-Kahfi: 25)

Dan demikian pula dalam kisah seseorang yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- matikan selama seratus tahun, kemudian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membangkitkannya (kembali).

قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ

Dia (Allah) bertanya, Berapa lama engkau tinggal (di sini)? Dia menjawab, Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari. Allah berfirman, Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun’”. (al-Baqarah: 259)

Sebagian kalangan ahli ilmu (ulama) mengatakan, ‘Dan yang tampak bahwa mayat bila ia telah mati tidak merasakan berlalunya waktu, maka ia seperti orang yang tengah tidur, akan tetapi ia diberi kenikmatan atau di siksa di dalam kuburnya. Oleh karena itu, ia merasa terkejut ketika terjadinya Kiamat. (Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman)

قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ

“Mereka berkata, ‘Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?’ (Lalu, dikatakan kepada mereka) ‘Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul(-Nya).” (Yasin: 52)

Wahai hamba-hamba Allah!

Disebutkan di dalam shahih al-Bukhari bahwa Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى … يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ

“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga…zaman berdekatan.” (HR. al-Bukhori, no. 1036) 

Para ulama berbeda pendapat tentang makna (ungkapan) “zaman berdekatan.” Di antara makna yang dikatakan adalah bahwa maknanya yaitu “tercabutnya keberkahan waktu.”

Sementara di zaman kita sekarang-wahai saudara-saudara sekalian-kita melihat (atau merasakan) cepatnya waktu itu berlalu, cepatnya siang dan malam itu berlalu. Tidaklah masuk waktu pagi suatu hari melainkan dengan cepatnya terasa matahari itu terbenam. Tidaklah memasuki bulan baru melainkan begitu cepatnya terasa bulan itu berlalu. Dan, tidaklah memasuki tahun baru melainkan begitu cepat terasa tahun itu berlalu.

يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ

Allah menjadikan malam dan siang silih berganti. Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (yang tajam). (An-Nur : 44)

Sesungguhnya cepat berlalunya malam dan siang merupakan pemberitahuan akan cepatnya umur, cepatnya ajal mendekat, cepatnya kematian mendekat, dan cepatnya sesuatu setelah itu, serta akan cepatnya manusia bakal beranjak pergi meninggalkan kehidupan di dunia.

**

Sungguh keberkahan pada waktu dan pada umur termasuk nikmat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang sangat besar yang dikaruniakan kepada seorang hamba. Dan (sebaliknya), tercerabutnya keberkahan dari waktu dan dari umur termasuk musibah yang sangat besar.

 

Lihatlah oleh kalian bagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan keberkahan pada umur Nabi-Nya Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, beliau diutus (sebagai seorang rasul) saat berusia 40 tahun, sementara beliau wafat saat berusia 63 tahun, yakni, beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- diberikan rentang waktu dalam menjalankan tugasnya sebagai utusan dan pengemban risalah rabbnya hanya 23 tahun saja. Meski demikian, beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengubah jalannya sejarah. Dengan (diutusnya) beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.

Lihatlah pula oleh kalian bagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan keberkahan pada umur Abu Bakar ash-Shiddiq -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-. Beliau -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- menjabat sebagai khalifah kaum Muslimin dalam waktu 2 tahun dan beberapa bulan. Meskipun demikian, kita masih saja membaca capaian prestasi kerjanya yang sangat besar yang dilakukannya dalam rentang waktu yang sangat pendek ini.

Lihatlah pula oleh kalian bagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan keberkahan pada umur Umar bin Abdul Aziz -رَحِمَهُ اللهُ-, beliau -رَحِمَهُ اللهُ-menjabat sebagai khalifah selama 2 tahun 5 bulan. Meskipun demikian, kita masih saja membaca capaian prestasi kerjanya yang sangat besar yang dilakukannya dalam rentang waktu ini.

Lihatlah pula perjalanan hidup para imam dan para ulama, dan bagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberi keberkahan pada waktu mereka, umur mereka, dan ilmu mereka.

Sebaliknya, ada di antara manusia yang waktunya berjalan, sementara ia turus berada dalam permainan dan kelalaian. Keberkahan telah dicabut dari waktunya. Maka, ia melihat umur itu lewat begitu cepatnya. Namun demikian, ia tidak mengambil pelajaran, ia tidak berhenti sejenak bersama dirinya untuk sekedar berinstropeksi diri agar dapat mengejar ketertinggalannya dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat untuknya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya umurnya yang masih tersisa.

 

Ketaatan Kunci Keberkahan

Sesungguhnya termasuk sebab yang paling besar untuk mendapatkan keberkahan pada waktu dan pada umur adalah ‘melakukan ketaatan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-‘. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. (al-‘Araf: 96)

Dan sesungguhnya termasuk doa yang agung (yang hendaknya dipanjatkan oleh seorang hamba) adalah hendaknya ia meminta kepada Rabbnya agar Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan keberkahan kepadanya pada waktunya dan pada umurnya, dan agar Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikannya diberkahi dimana pun ia berada.

Ya Allah! Berikanlah keberkahan kepada kami pada waktu-waktu kami. Ya Allah! Berikanlah keberkahan kepada kami pada waktu-waktu kami dan pada umur-umur kami.

Ya Allah! Tolonglah kami untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan baik dalam beribadah kepada-Mu.

Ya Allah! Bimbinglah kami kepada apa-apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai berupa perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan.

Ya Allah! Tolonglah kami untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan apa-apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai berupa kebaikan dalam perkataan dan perbuatan, wahai Dzat yang Mahahidup, wahai Dzat yang senantiasa mengurusi makhluk-Nya, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.

Amin

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber:

Ta’aqubu al-Lail Wa an-Nahar, Prof. Dr. Sa’ad bin Turkiy al-Khatslan-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى-