Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah atas baginda Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- penutup para nabi dan imam para rasul dan atas keluarganya serta para sahabatnya secara menyeluruh.

Saudara, saudariku,

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Wa ba’du,

Siapakah yang memberi air yang kita minum?

Siapakah yang memberi makanan yang kita makan?

Siapa yang memberi kita panas matahari dan cahaya rembulan?

Siapa yang menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi

Jika kita hitung nikmat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, niscaya kita tidak akan mampu menghitungnya, lalu bagaimana seharusnya kita bersyukur atas nikmat-nikmat ini?

Segala puji bagi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena kita mengerti hal itu dan mengetahui bahwa kita senantiasa bergelimang dengan nikmat-nikmat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Akan tetapi orang-orang Yahudi, yang dilaknat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berkata,

لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ

“Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (buta huruf).” (Ali Imran: 75)

Berdasarkan logika untuk kepentingan sendiri, mereka menghalalkan pertumpahan darah selain mereka, mengambil harta selain mereka dan menciderai kehormatan selain mereka.

Hingga mereka merusak tempat-tempat suci kita dan sumber daya-sumber daya kita, dengan dasar keyakinan yang tidak ada dasarnya sama sekali. Mereka sebelumnya bahkan memusuhi Pencipta mereka, tidak cukup hanya dengan menyembah anak sapi selain Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, akan tetapi mereka berkata,

يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ

Tangan Allah terbelenggu.” (al-Maidah: 64)

Sebuah ucapan yang membuat anak kecil beruban karena katakutan, membuat badan gemetaran karenanya. Karena itulah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.menjawab mereka dalam firman-Nya,

غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ

Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rizki sebagaimana Dia kehendaki.” (al-Maidah: 64)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menurunkan kepada Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-  tentang kesucian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, bukti-bukti logis tentang keberadaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. dan keesaanNya. Akan tetapi madu di mulut sebagian orang sakit terasa pahit, sebagaimana disebutkan seseorang,

وَمَنْ يَكُ ذَا فَمٍ مُرٍّ مَرِيْضٍ   يَجِدْ مُرًّا بِهِ الْمَاءَ الْزُلَالًا

Barang siapa mempunyai mulut yang pahit karena sakit,

Ia dapati air segar pun terasa pahit

Meski apa yang diturunkan kepada Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengajak kepada keimanan dan tauhid, serta penyucian terhadap Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, akan tetapi dampaknya pada diri mereka tidak sedemikian, karena tabiat mereka telah menyimpang. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Dan al-Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai Hari Kiamat.” (al-Maidah: 64)

Kita telah mendengar akhir-akhir ini berubah-ubahnya pandangan para anggota perlemen Israil, Knesset, antara berbagai partai. Kadang mereka berpihak ke sini, kadang memusuhinya, kadang memutuskan hubungan dengan ini, lalu kadang menjalin hubungan dengannya. Mereka tidak mempunyai logika dan tidak mempunyai rencana.

وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ

“Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya.” (Al-Maidah: 64)

Seperti Syas bin Qais yang dengan adu dombanya telah menyulut api permusuhan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memadamkan api permusuhan itu dan mengembalikan kaum Ashar kepada Kitabullah dan kepada sunnah Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- serta mengajak mereka untuk memegang teguh tali Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan melarang mereka untuk bercerai berai,

وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (al-Maidah: 64)

Padahal dakwah Islam sama sekali tidak memberatkan mereka lebih dari sekedar melihat kepada kitab-kitab mereka seperti yang diturunkan kepada mereka dan yang ada dalam kitab mereka. Akan tetapi mereka memalsukan kitab-kitab ini, merubahnya dan menggantinya.

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ

“Maka celakalah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka celakalah bagi mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.” (al-Baqarah: 79)

Mereka telah memalsukannya, merubahnya dan menggantikannya, agar  mereka berpegang pada hujjah.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ . وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ

“Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) taurat, Injil dan (al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Rabbnya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (al-Maidah: 65-66)

Kalaulah  mereka menjalankan dengan sungguh-sungguh hukum Taurat dan Injil, niscaya orang-orang Yahudi mengetahui dari Taurat, dan orang-orang Nasrani mengerti dari Injil bahwa Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-  adalah utusan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah berfirman,

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (al-A’raf: 157)

Akan tetapi mereka ingkar terhadap Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, padahal mereka mengetahuinya sebagaimana mereka mengetahui anak-anak mereka. Karena itulah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ

“Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan (al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu.” (al-Maidah: 68)

Pernahkah kalian ketahui ada sebuah agama yang mengajak kepada pengikut agama-agama sebelumnya kepada kesungguhan untuk mengikuti apa yang diturunkan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kepada mereka? Cukuplah ini sebagai bukti bahwa semua agama dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan cukuplah ini sebagai petunjuk bahwa semua nabi-nabi dipilih oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Cukuplah ini sebagai dalil bahwa semua rasul-rasul itu adalah utusan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Akan tetapi mereka telah memalsukan, merubah dan mengganti, Allah- سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman tentang mereka,

وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Rabbmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang kafir itu.” (al-Maidah: 68)

Saudara  dan saudariku,

Sesungguhnya pembahasan tentang kefasikan dan pengingkaran Bani Israil terhadap perjanjian-perjanjian mereka, menempati ruang yang besar serta batas yang banyak dari al-Qur’an. Semoga hal itu mengingatkan kita akan tingkat bahayanya mereka. Semoga hal itu membangunkan kita dan membuka mata kita akan tingkat kefasikan mereka, tingkat pengingkaran mereka dan posisi mereka yang semuanya datang sebagai gambaran dari penyembah hawa nafsu, selain Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

لَقَدْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَأَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ رُسُلًا

“Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul.” (al-Maidah: 70)

Yang diminta dari kita hendaknya kita menyerahkan jiwa, wajah dan beban kita kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

“Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Lukman: 22)

Akan tetapi mereka memandang kerasulan dengan pandangan hawa nafsu,

كُلَّمَا جَاءَهُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُهُمْ فَرِيقًا كَذَّبُوا وَفَرِيقًا يَقْتُلُونَ

Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” (al-Maidah: 70)

Dari gambaran ini, mereka bukanlah hamba-hamba Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang bahagia, baik saat ini maupun masa yang akan datang. Mereka adalah kaum kafir yang menyerahkan kepentingan mereka untuk hawa nafsu dan memandang para rasul dengan pandangan hawa nafsu, apakah kerasulan ini mengeyangkan syahwat mereka? Apakah memuaskan nafsu mereka? Apakah menuntaskan keinginan-keinginan mereka? Apabila demikian halnya –dan hal itu tidak mungkin terjadi selamanya-mereka meridhainya. Apabila yang mereka dapat dari kerasulan itu tidak demikian, maka mereka menentang terhadap para Nabi; mendustakan sebagian dan membunuh sebagian yang lain, sebagaimana disebutkan oleh al-Qur’an.

وَحَسِبُوا أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ فَعَمُوا وَصَمُّوا

“Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan tuli.” (al-Maidah: 71)

Mereka tidak mengambil faedah dari penglihatan dan pendengarannya, mereka terus menerus dalam kekafiran dan berkubang dalam kesesatan. Kemudian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberi mereka kesempatan,

ثُمَّ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ

 Kemudian Allah menerima taubat mereka.” (al-Maidah: 71)

Akan tetapi mereka tidak mengambil manfaat dari taubat itu,

ثُمَّ عَمُوا وَصَمُّوا كَثِيرٌ مِنْهُمْ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

“Kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (al-maidah: 71)

Wahai saudaraku, sesungguhnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menyeru kepada Bani Israil yang dengannya seluruh alasan mereka menjadi batal dan seluruh hujjah mereka menjadi tidak bernilai.

Kita akan bertemu lagi untuk membahas lebih jauh keterangan al-Qur’an, isya Allah. sampai bertemu,

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber:

Al-Yahud Fi al-Qur’an al-Karim, hal. 187-194