Sebuah Nasihat untuk Saudaraku

Perayaan untuk memperingati kelahiran Nabi Shollallohu alaihi was sallam atau biasa dikenal dengan istilah Maulid Nabi dengan segala macam bentuk dan ragamnya adalah bid’ah. Menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk tidak melakukannya dan mencegah orang lain turut serta di dalamnya. Seyogyanya seorang muslim itu sibuk dengan perkara-perkara sunnah serta berpegang teguh kepadanya bukan malah sebaliknya, tidak terperdaya dengan orang-orang yang menyebarkan serta mempertahankan bid’ah maulid ini.

Kelompok orang yang mempertahankan bid’ah ini kepedulian mereka terhadap bid’ah lebih besar dari pada kepeduliannya untuk menghidupkan sunnah, bahkan mungkin tidak ada sama sekali. Oleh karena itu tidak boleh seseorang itu untuk fanatik dan mengekor kepada mereka, sekalipun mereka itu mayoritas. Akan tetapi seorang muslim hendaknya mengikuti orang-orang yang berjalan di atas sunnah dari golongan salafus sholih dan orang-orang yang mengikuti mereka sekalipun mereka minoritas. Kebenaran itu tidaklah diketahui dari orangnya, akan tetapi seseorang itu akan diketahui dengan kebenaran.

Nabi Shollallohu alaihi was sallam telah bersabda: “ Sesungguhnya barang siapa diantara kalian yang hidup setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah-ku dan sunnah Al-Khulafa Al-Rosyidin Al-Mahdiyyin setelahku, gigitlah (sunnah) dengan geraham kalian. Tinggalkan oleh kalian perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena setiap bid’ah itu adalah sesat”.

Hadist ini memberi petunjuk kepada kita, siapa gerangan yang harus kita ikuti ketika terjadi perselisihan?. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa setiap ucapan maupun perbuatan yang bertolak-belakang dengan sunnah maka itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.

Kita melihat bahwa perayaan maulid Nabi tidak ditemukan asalnya sama sekali dalam sunnah Rosululloh Shollallohu alaihi was sallam juga dalam sunnah para pengganti Beliau Al-Khulafa Ar-Rosyidin. Dengan demikian perayaan maulid Nabi merupakan perkara yang baru, bid’ah dalam agama ini. Inilah dasar yang terkandung dalam hadist yang mulia di atas, sebagaimana yang ditunjukkan oleh firman Alloh Ta’ala:

Artinya:
“ Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu , maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Quran) dan Rosul-Nya (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS; An-Nisaa; 59)

Kembali kepada Alloh Ta’ala adalah dengan kembali kepada Kitab-Nya yang mulia, dan kembali kepada Rosul Shollallohu alaihi was sallam adalah dengan kembali kepada sunnah Beliau setelah meninggalnya. Al-Quran dan sunnah keduanya merupakan rujukan ketika terjadi perselisihan. Ayat dan hadist mana yang menunjukkan diperintahkannya perayaan maulid Nabi? Maka hendaknya bagi orang-orang yang melakukan atau menganggap baik bid’ah ini atau bid’ah-bid’ah yang lainnya untuk kembali kepada Alloh Ta’ala. Inilah posisi seorang muslim yang menginginkan kebenaran. Adapun orang yang menentang dan sombong setelah tegak dan datangnya dalil yang terang kepada dirinya, maka perhitungannya ada di sisi Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

( Diterjemahkan dari majalah Al-Usroh edisi 120 tahun ke-10 , Bulan Robiul Awwal 1424 H oleh Joko Pamungkas, dengan sedikit perubahan. )