Peribahasa Indonesia berkata, Air susu dibalas dengan air tuba
Tuba adalah racun ikan. Dalam khazanah sastra Arab terdapat peribahasa yang berarti sama, kebaikan berbalas dengan keburukan.

كَمُجِيْر أُمِّ عَامِر

Seperti orang yang melindungi Ummu Amir

Ummu Amir adalah panggilan untuk heyna. Heyna adalah hewan perusak, lebih ganas daripada serigala. Kalau serigala cukup memangsa seekor domba yang terceceer dari kawannya, berbeda dengan heyna, ia tidak akan pergi sebelum memangsa mayoritas domba walaupun tidak seluruhnya dimakan. Oleh karena itu orang Arab memiliki ungkapan, أَفْسَدُ مِنَ الضَّبُعْ lebih merusak daripada heyna.
Seorang penyair berkata,

أَبَا حُرَاشَة أَمَا كُنْتَ ذَا نَفَرٍ
فَإِنَّ قَوْمِي لَمْ يَأْكُلْهُمْ الضَبُعُ

Hai Abu Hurasyah jangan sesumbar dengan orang-orangmu yang berjumlah besar
Karena sesungguhnya kaumku belum habis dimangsa heyna

Kisah peribahasa di atas:
Sekawanan pemburu mengejar seekor heyna incaran mereka, heyna tersebut lari bersembunyi ke dalam sebuah tenda milik seorang Arab badui. Para pemburu mengepung tenda menunggu buruan mereka keluar, ternyata yang keluar bukan buruan mereka, yang keluar justru pemilik tenda. Dia bertanya kepada orang-orang yang mengepung tendanya, “Apa yang kalian cari?” Mereka menjawab, “Buruan kami yang ada di dalam tenda.” Pemilik tenda berkata, “Bukan, ia milikku, masuk ke tendaku, ia dalam perlindunganku, pergilah kalian.” Mereka pergi meninggalkannya. Seterusnya pemilik tenda memperlakukan heyna layaknya seorang tamu, dia memberinya makan dan memberinya minum susu, tetapi apa yang ia dapatkan? Ketika dia tidur heyna itu memangsanya, membunuhnya dan membelah perutnya sampai usunya terburai. Kebaikan pemilik tenda dibalas heyna dengan balasan yang benar-benar buruk. Orang-orang pun berkata kepada orang yang berbuat baik dan mendapatkan balasan buruk, “seperti orang yang melindungi Ummu Amir”.
Seorang penyair berkata,

وَمَنْ يَصْنَعِ المَعْرُوْفَ فِيْ غَيْرِ أَهْلِهِ
يَلْقَى الَّذِى لَقِيَ مُجِيْر أُمِّ عَامِر

Barangsiapa meletakkan kebaikan bukan tidak pada tempatnya
niscaya dia mendapatkan apa yang didapatkan oleh pelindung Ummu Amir

Senada dengan peribahasa di atas,

جَازَاهُ جَزَاءَ سِنِّمَّار

Dia membalasnya dengan balasan kepada Sinnimmar

Alkisah:
Sinnimmar adalah seorang arsitek Romawi yang ahli, Raja an-Nu’man bin Imri’il, Qais memakai jasanya untuk membangun sebuah istana. Sang arsitek ini melakukan tugasnya dengan baik, dia membangun istana termegah dan terindah pada masanya. Tiada tanding, tiada banding. Tetapi apa balasan raja kepadanya? Raja mengajaknya berkeliling meninjau istana yang baru selesai dibangun. Di salah satu menaranya Raja melemparkan Sinnimmar ke bumi dan dia pun mati. Sinnimmar mendapatkan balasan buruk atas perbuatan baiknya. Raja melakukan itu karena dia tidak ingin Sinnimmar membangun istana baru yang menandingi istananya.

وَكَمْ عَلّمْتُهُ وَزْنَ القَوَافِي
فَلَمَّا قَالَ قَافِيَةً هَجَانِي

عَلّمْتُهُ الرِمَايَة كُلَّ يَوْمٍ
فَلَمَّا اشْتَدَّ سَاعِدَاهُ رَمَانِي

Betapa sering aku mengajarinya menyusun wazan syair
Tetapi begitu dia berkata satu bait dia menghinaku

Aku mengajarinya memanah setiap hari
Ketika kedua tangannya kuat, dia justru memanahku

Nilai pelajaran:
1. Kehati-hatian dalam berbuat baik karena sebagian orang memiliki jiwa culas, kebaikan kepadanya tidak berpengaruh.
2. Keburukan membalas kebaikan dengan keburukan, yang baik adalah membalas kebaikan dengan yang sama bahkan jika mungkin keburukan dibalas dengan kebaikan.