Tafsir Ayat

Dalam menafsirkan firman Allah Ta’ala dalam surat al-Waqi’ah ayat 77 – 79 :

إِنَّهُ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ {77} فِي كِتَابٍ مَّكْنُونٍ {78} لاَّ يَمَسَّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُونَ {79}

Artinya: “Sesungguhnya al-Qur’an itu bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang terpelihara (di Lauh al-Mahfuzh). Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.” (Q.S al-Waqi’ah: 77-79).

Ada beberapa hal yang yang perlu diperhatikan:
Penyebutan dengan jelas tentang kata tunjuk(isim isyarah), dan kata ganti(isim dhamir) yang terdapat dalam ayat-ayat di atas dan penjelasan kedudukannya (sesuai dengan ka’idah bahasa Arab).

Dalam masalah ini kita meruju’ terhadap apa yang dikatakan oleh al-Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya (8/21):
“Ayat-ayat yang tersebut di atas mengandung pengertian bahwa al-Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah Kitab yang agung. Yaitu yang dimulyakan dalam Kitab yang mulia (al-Lauh al-Mahfuzh). Tidak menyentuhnya (Kitab yang terdapat di al-Lauh al-Mahfuzh/langit) kecuali para Malaikat.”

Dan yang menafsirkan seperti ini tidak hanya seorang dari kalangan Ulama’. Di antara yang menafsirkan seperti ini adalah al-Imam asy-Syaukani.(Lihat, Nailul Authar: 1/260). Dan demikian juga perkataan Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’iid bin Zubair, adh-Dhahaak, Abu asy-Sya’tsaa’ Jabir bin Zaid, Abu Nuhaik, as-Suddiy, Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam, dan selain mereka.

Berkata al-Imam Malik dalam Muaththa’ (1/199):
“Sebaik-baik penafsiran sebagaimana yang aku pernah dengar tentang ayat ini adalah bahwa ayat-ayat ini penafsirannya sama dengan firman Allah Ta’ala dalam surat “Abasa” ayat 11 – 16.
Artinya:“ Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya. Di dalam kitab-kitab yang dimulyakan. Yang ditinggikan lagi disucikan. Di tangan para penulis (Malaikat). Yang mulia lagi berbakti.” (Q.S ‘Abasa: 11 – 16 ).