Pengantar

Keimanan itu ada pada dua sikap, yaitu: sikap sabar dan sikap bersyukur, dengan demikian telah menjadi kepatutan bagi setiap Mu’min untuk mengetahui kedua sikap itu dan konsisten untuk bersikap dengan kedua sikap itu, dan hendaknya tidak sekali-kali menanggalkan kedua sikap itu, kemudian hendaknya menjadikan perjalanannya menuju kepada Tuhannya dengan berjalan di antara kedua sikap itu.

Karena itu, pembicaraan kita ini tentang sikap sabar dalam Al-Qur’an, yang mana Allah menjadikannya kebaikan yang tak ternoda, pedang yang tak meleset, tentara yang tak akan terkalahkan dan benteng yang tidak bisa diterobos. Sebab, kemenangan itu akan bersama kesabaran dan sesungguhnya sesudah kesulitan akan ada kemudahan. Kesabaran itu akan menolong pemiliknya tanpa harus disertai senjata maupun banyaknya jumlah bala bantuan, sebab kedudukan sikap sabar terhadap kemenangan adalah bagaikan kedudukan kepala terhadap tubuh. Pembahasan tentang kedudukan dan keutamaan sikap sabar akan segera dipaparkan dengan izin Allah, maka hendaklah kita jangan terburu-buru sebelum datang waktunya untuk membicarakannya.

Sebelum menuju kepada tujuan pembicaraan ini, kami akan menerangkan beberapa bahasan seputar sikap sabar ini secara ringkas, yaitu:
Bahasan pertama :Beberapa pendahuluan tentang definisi sabar, urgensi sabar, hukum bersikap sabar dan tingkatan-tingkatan sabar.
Bahasan kedua : Keutamaan sabar.
Bahasan ketiga : Ruang lingkup sabar.
Bahasan keempat : Faktor-faktor pendukung sabar.
Bahasan kelima : Rintangan-rintangan sabar.
Bahasan keenam : Tokoh-tokoh teladan dalam kesabaran.