PELAJARAN TAUHID UNTUK TAHUN KEENAM

YANG MENAFIKAN DAN BERTENTANGAN DENGAN TAUHID

  • Yang pertama kali diwajibkan Allah atas manusia yaitu beriman kepada Allah dan ingkar kepada thaghut. Dalilnya adalah firman Allah:

    وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

    “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.’.” (An-Nahl: 36).

  • Makna thaghut yaitu setiap yang disembah selain Allah dan dia rela dengannya.

  • Cara mengingkari thaghut yaitu hendaknya engkau meyakini batilnya beribadah kepada selain Allah, dan hendaknya engkau meninggalkannya, membencinya dan mengingkari serta memusuhi para pendukungnya.

  • Syirik merupakan lawan tauhid. Tauhid adalah mengesakan Allah dalam beribadah, sedangkan syirik adalah memberikan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a (memohon) kepada selain Allah atau bersujud kepada selain Allah.

  • Syirik adalah dosa yang paling besar. Allah berfirman:

    إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ‏

    “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya.” (An-Nisa’: 116).

    Syirik membatalkan seluruh bentuk keta’atan dan mengakibatkan kekal di Neraka serta tidak bisa masuk Surga. Dalilnya adalah firman Allah:

    وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ‏

    “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88).

    إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ ‏

    “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah Neraka.” (Al-Ma’idah: 72).

  • Kekufuran menghilangkan tauhid. Kekufuran adalah ucapan atau perbuatan yang bisa mengeluarkan pelakunya dari tauhid dan keimanan.

    Di antara bentuk kekufuran adalah mengolok-olok Allah, ayat-ayat Al-Qur’an atau RasulNya. Allah berfirman:

    قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ‏

    “‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?’. Tidak usah kamu meminta ma’af, karena kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66).

  • Nifaq (i’tiqadi [keyakinan], pen.) menghilangkan tauhid. Nifaq yaitu menampakkan tauhid dan iman kepada manusia, tetapi dalam hatinya ia menyembunyikan kesyirikan dan kekufuran.

    Contoh nifaq yaitu ia menampakkan dengan lisannya bahwa dia beriman kepada Allah, tetapi ia menyembunyikan kekafiran dalam hatinya. Allah berfirman:

    وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ ‏

    “Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari Kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah: 8).

    Yakni, mereka mengatakan dengan lisan bahwa mereka beriman kepada Allah, tetapi pada hakikatnya hati mereka tidak beriman.

BERIMAN KEPADA HARI AKHIR

Makna beriman kepada hari Akhir: Yaitu percaya secara pasti tentang akan terjadinya hari tersebut. Karena itu, setiap kita percaya bahwasanya Allah membangkitkan manusia dari kubur mereka, kemudian Dia menghisab dan membalas perbuatan mereka, sehingga penduduk Surga menempati tempat mereka dan penduduk Neraka menempati tempat mereka pula.

Beriman kepada hari Akhir adalah salah satu rukun iman, karena itu tidaklah sah iman seseorang kecuali dengan beriman kepadanya.

Beriman kepada hari Akhir mencakup tiga hal:

  • Beriman kepada adanya kebangkitan dan dihimpunnya manusia:

    Yaitu dihidupkannya orang-orang mati dari kubur mereka serta dikembalikannya setiap ruh kepada tubuhnya. Lalu bangkitlah umat manusia untuk menghadap kepada Tuhan mereka. Selanjutnya mereka dihimpun dan dikumpulkan di satu tempat dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang tanpa pakaian, dan tanpa dikhitan. Dalil adanya kebangkitan adalah firman Allah:

    ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ ‏

    “Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat.” (Al-Mu’minun: 15-16).
    Sedangkan dalil adanya Hasyr (pengumpulan manusia) adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

    يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً

    “Pada hari Kiamat manusia dikumpulkan dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang dan tanpa disunat.” (Muttafaq ‘alaih).

  • Beriman kepada Hisab (perhitungan amal) dan Mizan (timbangan amal)

    Allah menghisab amal setiap manusia berdasarkan amal yang mereka lakukan dalam kehidupan di dunia. Barangsiapa termasuk ahli tauhid dan ta’at kepada Allah serta RasulNya maka ia akan mendapati hisabnya mudah dan ringan. Sebaliknya, barangsiapa termasuk ahli syirik dan maksiat maka ia akan mendapati hisabnya sulit dan berat.

    Selanjutnya, amal perbuatan itu ditimbang dalam suatu timbangan yang besar. Lalu, kebaikan diletakkan dalam suatu bejana timbangan dan keburukan diletakkan dalam bejana yang lain. Barangsiapa yang kebaikannya lebih berat dari keburukannya maka dia termasuk penduduk Surga. Sebaliknya, barangsiapa yang keburukannya lebih berat daripada kebaikannya maka dia termasuk penduduk Neraka.

    Dalil adanya Hisab adalah firman Allah:

    فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا (9) وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا (11) وَيَصْلَى سَعِيرًا (12)‏

    “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan dihitung (amalnya) dengan perhitungan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak, ‘Celakalah aku!’, dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (Neraka).” (Al-Insyiqaq: 7-12).

    Dalilnya Mizan adalah firman Allah Ta’ala:

    وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ ‏

    “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (Al-Anbiya’: 47).

  • Surga dan Neraka:

    Surga adalah kampung kenikmatan yang abadi. Allah menyediakannya bagi orang-orang yang beriman, bertakwa serta yang ta’at kepada Allah dan RasulNya. Di dalamnya terdapat segala macam kenikmatan yang abadi, baik dalam bentuk makanan, minuman, pakaian dan segala macam yang disenangi.

    Adapun Neraka adalah kampung siksa yang abadi. Allah menyediakannya untuk orang-orang kafir yang mengingkari Allah dan menentang RasulNya. Di dalamnya terdapat berbagai bentuk siksa, kepedihan dan kesengsaraan yang tak terbayangkan oleh akal pikiran.

    Dalil adanya Surga adalah firman Allah:

    وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ‏

    “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133).

    فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ‏

    “Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (As-Sajdah: 17).

    Adapun dalil adanya Neraka adalah firman Allah:

    فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ ‏

    “Maka peliharalah dirimu dari Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 24).

    إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالًا وَجَحِيمًا (12) وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا (13)‏

    “Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan Neraka yang menyala-nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan adzab yang pedih.” (Al-Muzzammil: 12-13).

    Ya Allah, kami memohon Surga kepada-Mu dan apa yang mendekatkan kami kepadanya, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan kami berlindung kepadaMu dari Neraka, serta dari apa-apa yang mendekatkan kami kepadanya, baik berupa ucapan maupun perbuatan.

Latihan:

  • Menghafal pelajaran berikut dalilnya.

  • Memberikan pertanyaan kepada para murid sesuai dengan tingkat pelajaran mereka. Dengan catatan bahwa jawaban mereka tidaklah sekedar sesuai dengan teks pelajaran, tetapi dengan maksud untuk menumbuhkan pola pikir dan pendayagunaan akal mereka.

Pengarahan:

  • Hendaknya setiap pengajar menegaskan kepada para murid tentang bahaya segala hal yang menafikan tauhid. Ia juga harus menjelaskan tentang buruknya syirik, kekafiran dan nifaq di dunia maupun di akhirat. Dan itu hendaknya dengan memperhatikan masalah contoh-contoh keseharian dan kasus-kasus serta fakta-fakta yang ada.

  • Hendaknya setiap pengajar menanamkan kecintaan kepada kampung akhirat, dan hendaknya ia menjadikan para siswa aktif dan memiliki cita-cita tinggi untuk meraihnya.

  • Hendaknya setiap pengajar menekankan di sela-sela penjelasannya tentang hari Akhir, tentang kesempurnaan kekuasaan Allah dalam masalah kebangkitan, bahwa Ia Mahaadil dalam masalah hisab dan balasan serta bahwa Ia sangat agung rahmatNya terhadap para penduduk Surga.

Hendaknya setiap pengajar menumbuhkan di hati segenap muridnya rasa takut kepada Allah dan senantiasa merasa diawasi olehNya, serta kecintaan melakukan keta’atan dan kebencian melakukan maksiat untuk persiapan pada hari Akhir.