Fase Kedua : Fase ‘Alaqoh ( Segumpal Darah )

Allah berfirman :

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً

“ Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ( ‘Alaqoh )” ( al- Mukminun :14 )

‘Alaqoh berarti juga nama dari binatang kecil yang hidup di air dan di tanah yang terkadang menempel di mulut binatang pada waktu minum di rawa – rawa (yaitu sebangsa lintah ).

Bentuk janin pada fase ini sangat mirip sekali dengan binatang lintah tersebut. Bahkan kalau keduanya difoto bersamaan, niscaya manusia tidak akan bisa membedakkan bentuk dan gambar keduanya.

Tidaklah diragukan lagi bahwa hal seperti ini tidak mungkin diketahui manusia dengan sendirinya tanpa menggunakan alat. Ini menguatkan bahwa Alqur’an bukan buatan manusia, tapi Dia berasal dari Pencipta manusia yang mengetahui yang samar dan tersembunyi.

Ibnu Mandzur rahimahullah berkata :
“ ‘Alaqoh adalah binatang kecil yang ada di air yang menghisap darah, jamaknya ‘Alaq” dan berkata juga :” Binatang merah kecil, ada di air, terkadang menempel di badan dan menghisap darah” ( Lisanul ‘Arab : 10/261 )

Fairuz Abadi rahimahullah berkata :” ‘Alaqoh adalah binatang kecil yang berada di air yang menghisap darah”. ( al-Qamus al-Muhith :1/1175 )

Perkataan para Ahli tafsir terdahulu semuanya sama dan tidak keluar dari penafsiran ahli bahasa. Adapun sebagian Ahli tafsir zaman sekarang telah mengisyaratkan apa yang sesuai dengan penemuan – penemuan di zaman sekarang.

Ibnu ‘Asyuur , ahli tafsir masa kini berkata :
”Termasuk dari Mukjizat Alqur’an tentang keilmuan adalah penamaan janin fase ini dengan nama ‘Alaqoh. Itu adalah penamaan yang sangat bagus dan serasi, karena telah diteliti bahwa bagian kecil yang terbentuk dari Nuthfah (yaitu ‘Alaqoh ) dia punya daya hisap yang kuat yang menghisap darah dari ibu, karena dia menempel di urat – urat yang ada di rahim ibu, dimana darah disuplai kepadanya. Dan ‘Alaqoh adalah segumpal darah yang membeku ”. ( at-Tahrir wat Tanwir 1/2821 )

Fase Ketiga : Fase Mudghah ( Segumpal Daging )

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً

“ Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging” ( al- Mukminun :14 )

Mudghah adalah seukuran apa yang ditelan oleh mulut seseorang. Kalau seseorang mengambil sepotong adonan kue, kemudian ia gigit dengan mulutnya dan diletakkan di depannya dan diambil gambarnya, lalu ia mengambil gambar janin pada fase Mudghah dan diletakkan di sampingnya, pastilah dia tidak bisa membedakan antara keduanya. Bahkan bekas gigitan pada adonan persis seperti Mudghah pada janin.

Penggambaran janin pada fase ini dengan Mudghah, dan bahwa dia mirip dengan sepotong adonan dengan sangat akurat, dan tidak mampunya manusia menggambarkan hal ini tanpa alat, ini menguatkan bahwa Alqur’an bukan buatan manusia, tapi dari Tuhan Pecipta manusia.

Fase Keempat : Muncul dan Tumbuhnya Tulang

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا

“Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang” ( al- Mukminun :14 )

Par ahli dan spesialis dalam bidang medis telah menyimpulkan bahwa tulang itu muncul sebelum daging sebagai penutupnya. Setelah itu barulah muncul daging. Ini hanya baru diketahui oleh para ahli pada zaman sekarang, itu pun dengan bantuan alat – alat fotography.Ini menguatkan bahwa Alqur’an bukan buatan manusia, tapi datang dari Tuhan Pecipta manusia.


Fase Kelima : Pembungkusan Tulang Dengan Daging

فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا

“Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging”( al- Mukminun :14 )

Allah Ta’ala menjelaskan bahwa Dia membungkus tulang dengan daging. Didahulukannya penciptaan tulang sebelum daging, itu karena daging butuh kepada tulang untuk menempel padanya. Maka tulang mesti sudah ada sebelum daging.

Ini mungkin bisa jelas kalau kita lihat orang membangun rumah dengan beton dan besi. Dia mulai dengan meletakkan besi, kemudian ia tuangkan beton ke besi itu, maka tersusunlah beton itu di atas besi.

Fase Keenam : Perubahan Janin ke Bentuk yang Lain

Allah Ta’ala berfirman :

ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا ءَاخَرَ

“Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain” ( al- Mukminun :14 )

Di sini ada sesuatu yang unik sekali yang tidak diketahui kecuali dengan alat photograpy zaman sekarang.
Para ahli dan spesialis janin menemukan dengan alat tersebut bahwa janin – janin hewan bentuknya bengkok secara terus – menerus sampai waktu kelahiran, dan bentuk seperti ini akan terus ia bawa dalam hidupnya, kecuali manusia. Karena manusia, setelah sempurna bentuknya pasca fase pembungkusan tulang dengan otot, dia akan lurus punggungnya dimana sebelumya bengkok bagaikan bulan sabit.

Dr. Ahmad Hamid Ahmad berkata :
“ Bersama dengan berakhirnya pekan ketujuh, panjang Mudghah sudah mencapai 8 – 16 milimeter”

Termasuk yang membedakan pada periode ini adalah : bahwa bentuk tulang berbentuk bengkok menyerupai bulan sabit, kemudian mulai berubah lurus dan tegap. Di tambah lagi ada sesuatu yang membedakan janin dengan makhluk hidup yang lain, yaitu sempurnanya bentuk tubuh pada pekan kedelapan.

Dari sini jelaslah detailnya firman Allah Subhanahu Wata’ala :

ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا ءَاخَرَ

“Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain”

Dan ini menguatkan bahwa Alqur’an benar – benar dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Adapun para Ulama tafsir terdahulu, tafsir mereka tentang ayat ini berbeda – beda.
Ini diringkas oleh Imam al-Qurtubi rahimahullah, beliau menjelaskan :
“ Orang – orang berbeda pendapat tentang arti “Kholqon akhor ( makhluk yang berbentuk lain )”
Ibnu Abbas, as-Sya’bi, Abul ‘Aliyah, ad-Dhahhaq dan Ibnu Zaid rahimahumullah berpendapat : “yaitu peniupan ruh kadalam janin yang sebelumnya adalah benda mati”.
Riwayat lain dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu :”yaitu keluarnya janin kedunia”.
Qotadah rahimahullah berpendapat :” yaitu beda tumbuh rambutnya”
Ad-Dhahhaq rahimahullah dalam riwayat lain berpendapat :” Keluarnya gigi dan tumbuhnya rambut”
Mujahid rahimahullah berpendapat :”Sempurna masa mudanya” dan ini diriwayatkan dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhu.

Tapi yang benar bahwa maksudnya adalah umum untuk ini dan itu, baik berfikir memahami, berlatih, belajar smpai dia mati” ( Tafsir Qurtubi 12/108 )

Penyebab berbedanya tafsir ulama dahulu dengan tafsir sekarang adalah bahwa ulama dahulu mereka bersandar kepada makna bahasa yang menunjukkan tentang hal yang ghaib. Dan itulah kemampuan mereka. Adapun zaman sekarang, mereka bersandar kepada makna bahasa beserta meneliti sesuatu yang dibahas oleh ayat. Maka terbukalah kekayaan yang terkandung di dalam Alqur’an yang bisa menguatkan bahwa Dia benar dari Allah Subhanahu Wata’ala. Wallahu A’lam

( Abu Maryam, diambil dari kitab Dalailul Islam oleh : Dr.Ahmad ibn Sa’ad al-Ghomidi )