Urgensi (Kedudukan)

Sesungguhnya yang dapat menjadi pendorong, sehingga perkara ini menjadi perkara yang penting dan agung, antara lain:

  • Karena yang demikian merupakan salah satu unsur ditegakkannya shalat, sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a, bahwasanya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Samakan (ratakan) shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya shaf yang sama merupakan (alamat) kesempurnaan shalat”.(H.R al-Bukhari, lihat, al-Fath, 2/209, hadits no. 723).

    Dan Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
    Artinya,” Dan tegakkanlah shalat…….” (Q.S an-Nur)

    Dan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, telah menjadikan perkara ini menjadi salah satu unsur ditegakkannya shalat, maka bagi siapa saja yang tidak menyamakan shaf belum dikatakan telah menegakkan shalat dengan benar.

  • Karena perkara ini merupakan seagung-agung landasan atas terciptanya rasa saling menyintai dan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara mereka, dan yang demikian tak dapat diragukan lagi manakala anda saksikan orang-orang yang sedang melakukan shalat dalam shaf yang sama dan rata dan salah seorang dari mereka saling melekatkan bahunya dengan bahu saudaranya, dan kakinya dengan kaki saudaranya, maka keadaan yang demikian menggambarkan rasa cinta dan kasih saying di antara mereka.

    Adapun jika anda saksikan mereka saling menjauhi di antara mereka, maka hal ini akan menggambarkan hati-hati mereka berselisih. Dan hal ini sebagai bukti sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan oleh an-Nu’man bin Basyiir r.a, dia berkata, “Suatu ketika Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyamakan shaf-shaf kami, kemudian suatu hari beliau keluar dari rumah dan melihat seorang laki-laki (berdiri ketika shalat) dengan dada agak ke depan dari yang lain, maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,” Samakan shaf-shaf kalian, atau Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan menceraiberaikan wajah-wajah diantara kalian.”(H.R Muttafaq ‘alaihi)

    Berkata Ibnu Hajar –semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala merahmatinya- dalam kitabnya al-Fath, “ Berkata an-Nawawiy, bahwa maksud dari yang demikian adalah terjadinya permusuhan dan kebencian di antara mereka serta berselisihnya hati-hati mereka, sebagaimana anda mengatakan, “Wajah sesorang sedang berubah terhadapku, berarti nampak padaku dari wajahnya kebencian”. Hal ini dikarenakan berselisihnya shaf-shaf mereka akan nampak secara dhahir (lahir), padahal yang demikian merupakan sebab berselisihnya batin (hati).”

    Hal ini ditegaskan dengan riwayat Abu Dawud dan selainnya, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Sungguh Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan menceraiberaikan hati-hati kalian.” (H.R Abu Dawud, 2/207)

    Dengan demikian Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam telah menjadikan berselisihnya shaf bagi orang-orang yang sedang melaksanakan shalat merupakan sebab berselisihnya hati-hati mereka, lahirnya permusuhan dan kebencian di antara mereka, dan inilah yang paling dikehendaki syetan dan tipu dayanya terhadap kaum muslimin.

  • Shaf yang sama (rata) dalam shalat berjama’ah merupakan kekhususan bagi umat ini dari umat sebelumnya, dan dengannya Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah memberikan keutamaan kepada kita atas umat-umat yang lain, sebagaimana diriwayatkan dari Khudzaifah r.a, dia berkata, bahwasanya Rasululllah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Keutamaan kita atas sekalian manusia ada tiga (perkara)’ dijadikan shaf-shaf kita seperti shaf-shaf para malaikat,……..”(H.R Ahmad, dan Muslim, dan an-Nasa’i, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir.

    Maka dengan demikian, selayaknya kita berusaha agar tidak meninggalkan perkara yang dengannya Allah Subhaanahu wa Ta’ala memberikan keutamaan dan kekhususan kepada kita atas ummat-ummat yang lain sebagaimana hal ini ada dalam perkara shaf yang sama (dalam shalat berjama’ah)

  • Perkara ini juga bisa kita jadikan sebagai salah satu cara untuk menahan (menghindari) masuknya syetan untuk mengganggu orang-orang yang sedang melakukan shalat, maka manakala mereka saling merapatkan shaf dan mengisi shaf yang longgar niscaya tidak akan ada celah bagi syetan untuk masuk di antara mereka sehingga dapat mengganggu shalat mereka. Karena itulah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rapikan shaf-shaf kalian, dan rapatkan antara pundak-pundak kalian, serta lemah lembutlah terhadap saudaramu, karena sesungguhnya syetan akan masuk (pada sela-sela) di antara kalian seperti seekor anak kambing.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam kitabnya Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, no. 491)

    Dan manakala syetan menjauhi orang-orang yang sedang melakukan shalat, maka pada saat itu mereka bertambah khusu’ kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan merendahkan diri kepada-Nya sebagaimana firman-Nya;

    قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُونَ

    Artinya, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Q.S al-Mu’minun: 1-2)