Bagaimana Menyikapi Orang yang Suka Mengadu Domba?

Setiap orang yang menerima berita tentang dirinya bahwa “Fulan berkata tentangmu begini dan begitu“, atau “Fulan telah memperlakukan terhadap hakmu dengan begini dan begitu”, atau “Fulan telah merencanakan sesuatu untuk merusak urusanmu atau untuk menjelekkanmu”, atau ungkapan-ungkapan serupa lainnya, maka untuk mengatasi hal semacam itu hendaklah ia melakukan enam hal berikut:

  • Tidak percaya kepadanya, karena orang yang suka mengadu domba adalah seorang yang fasik dan kesaksiannya tidak dapat diterima, Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَة

    “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya.” (Al-Hujurat: 6).

  • Melarangnya melakukan hal itu, menasihatinya dan mengatakan kepadanya bahwa perbuatannya itu adalah perbuatan buruk. Allah berfirman:

    وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَر

    “Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar.” (Luqman: 17).

  • Hendaklah ia marah kepada orang tersebut karena Allah, sebab orang yang berbuat demikian adalah orang yang dimurkai di sisi Allah, maka wajib marah kepada siapa yang dimurkai Allah.

  • Jangan berburuk sangka kepada sesama Muslim yang tidak ada di hadapan anda, berdasarkan firman Allah:

    اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْم

    “Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.” (Al-Hujurat: 12).

  • Jangan sampai khabar yang anda terima itu mendorong anda untuk mencari-cari dan memastikan kesalahan orang lain, hal ini berdasarkan firman Allah:

    وَلا تَجَسَّسُوا

    “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12).

  • Janganlah anda merasa puas diri karena anda berhasil mencegah seseorang untuk mengadu domba, dan jangan sekali-kali anda menceritakan itu kepada orang lain dengan mengatakan, bahwa “Fulan berkata kepadaku begini dan begitu”, jika hal itu anda lakukan maka anda telah berbuat namimah dan menggunjing orang lain, yang berarti anda melakukan sesuatu yang anda sendiri telah melarangnya.

    Al-Hasan berkata: “Barangsiapa yang mengadu kepadamu berarti ia telah mengadu domba kamu”, hal ini merupakan suatu isyarat bahwa orang yang mengadu domba patut untuk dibenci, tidak dipercaya kata-katanya dan patut pula untuk dikucilkan dalam pergaulan, sebab orang yang melakukan itu tidak terlepas dari perbuatan dusta, membicarakan aib orang, khianat, iri, dengki, nifaq, menyebabkan rusaknya hubungan antara sesama manusia, dan orang yang melakukan perbuatan itu termasuk orang yang berusaha memutuskan tali (persaudaraan) yang Allah perintahkan untuk menjalinnya, serta termasuk orang yang melakukan kerusakan di muka bumi.

    Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

    إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقّ

    “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak.” (Asy-Syura: 42).Dan orang yang suka mengadu domba temasuk di antara mereka.

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    إِنَّ مِنْ شَرَارِ النَّاسِ مَنِ اتَّقَاهُ النَّاسُ مِنْ شَرِّهِ.

    “Sesungguhnya yang termasuk manusia jahat adalah yang ditakuti orang lain karena kejahatannya.”
    Dan orang yang berbuat namimah termasuk di antara mereka.

    Beliau bersabda pula:

    لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ. قِيْلَ: وَمَا الْقَاطِعُ؟ قَالَ: قَاطِعٌ بَيْنَ النَّاسِ.

    “Tidak masuk Surga orang yang memutuskan”, beliau ditanya: “Memutuskan apa?”. Beliau bersabda: “Yang memutuskan hubungan antara sesama manusia”.

    Dan itu adalah orang yang berbuat namimah. Ada juga yang berpendapat bahwa maksud dari hadits ini adalah orang yang memutuskan tali persaudaraan.

    Mush’ab bin Umair berkata: Kami berpendapat bahwa menerima laporan yang bersifat mengadu domba adalah lebih jahat daripada perbuatan adu domba itu sendiri, karena laporan yang bersifat mengadu domba adalah petunjuk, sementara menerimanya berarti melakukan petunjuk itu. Adalah tidak sama antara orang yang menunjukkan pada sesuatu dengan orang yang melakukan sesuatu. Maka waspadalah terhadap orang yang mengadu domba, walaupun ucapannya itu jujur namun di balik kejujurannya itu ia adalah seorang penjilat, karena dengan begitu berati ia tidak menjaga kehormatan orang lain dan tidak menutupi aib sesama.