Suri Tauladan Kaum Salaf

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau telah memberikan kepada kita banyak contoh dan suri tauladan dalam hal perhatian mereka terhadap masalah yang agung ini, apakah mereka dalam situasi menjadi imam atau menjadi makmum, sebagaimana diriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyiir r.a, dia berkata, “Suatu saat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam meratakan shaf-shaf kami sebagaimana beliau meluruskan anak panah.” (HR. Muslim).

Ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, –sebagai seorang imam bagi kaum muslimin pada zamannya,- karena sangat perhatiannya terhadap perkara ini sehingga pada saat itu beliau meluruskan shaf seperti beliau meluruskan anak panah. Sementara sesuai dengan sifatnya maka anak panah akan selalu dalam keadaan lurus sehingga tidak salah sasaran.

Dan termasuk petunjuk dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga adalah suatu ketika beliau mendatangi ujung shaf dari shaf yang pertama sampai shaf yang terakhir dan beliau menyamakan (meratakannya), sebagaimana diriwayatkan oleh al-Baraa’ bin ‘Azib r.a, dia berkata, “Suatu hari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyusup masuk dalam shaf dari ujung ke ujung, Beliau memegangi dada dan pundak kami seraya bersabda, “Janganlah kalian berselisih, karena kalau demikian hati-hati kalian akan bercerai-berai,” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’I, Ibnu Majah, Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan telah dishahihkan oleh al-Albaniy dalam kitabnya Shahih at-Targhib wa at-Tarhib, no. 513)

Demikianlah yang telah ada contoh dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sementara suri tauladan dari shahabat beliau yang menunjukkan bagaimana besarnya perhatian bagi seorang imam terhadap shaf yang sama (rata), sebagaimana diriwayatkan dari Abu Suhail bin Malik, dia berkata, “Suatu hari saya bersama ‘Utsman bin Affan, maka manakala shalat telah tegak aku ingin mengungkapkan agar beliau mengutus aku, kemudian sebelum aku mengucapkannya beliau meratakan batu-batu kecil dengan kedua sandalnya sampai datang kepadanya beberapa laki-laki yang bertugas meratakan shaf, kemudian mereka mengkhabarkan kepadanya bahwa shaf telah sama (rata), lalu beliau berkata kepadaku, “shaf telah siap”, kemudian beliau bertakbir.”

Dan inilah sosok ‘Utsman bin Affan, salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin yang telah memerintahkan kepada kita agar kita mentauladani mereka.

Suatu ketika beliau mengutus beberapa laki-laki agar meratakan shaf, yaitu sebagaimana yang kita namakan beliau menjadikannya sebagai utusan beliau untuk meratakan shaf-shaf belakang sampai kemudian mereka datang dan memberikan khabar kepada beliau bahwa shaf telah rata beliau lalu bertakbir.

Adapun suri tauladan dari as-Salafus Shalih dalam masalah ini apabila mereka menjadi makmum, sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tegakkanlah shaf kalian, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku”, dan pada saat itu salah seorang dari kami melekatkan pundaknya dengan pundak saudaranya dan kakinya dengan kaki saudaranya. (HR. al-Bukhari, dan dalam riwayat Abu Dawud dengan redaksi “ dan mata kakinya dengan mata kaki saudaranya”)