TENTANG KALIMAT-KALIMAT YANG MENJELASKAN KEUTAMAAN DZIKIR TANPA TERIKAT DENGAN WAKTU

(17) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim [Kitab Adz-Dzikr, Bab Fadhl at-Tahlil Wa at-Tasbih 4/2072, no. 2695, pent.] dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لأَنْ أَقُوْلَ: سُبْحَانَ اللهِ، وَاْلحَمْدُ لله، وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ: أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ.

“Aku mengucapkan, ‘Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan yang berhak disem-bah selain Allah, dan Allah Mahabesar, lebih aku cintai daripada dunia di mana matahari terbit atasnya.”

(18) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

مَنْ قَالَ: لاَ إِلـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ، وَلَهُ اْلحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، عَشْرَ مَرَّاتٍ، كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَةَ أَنْفُسِ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ.

“Barangsiapa mengucapkan, ‘Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan, bagiNya segala puji dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu’, sebanyak sepuluh kali, maka dia sama dengan orang yang memerdekakan empat orang (budak) dari anak keturunan Ismail.” [Diriwayatkan al-Bukhari, Kitab ad-Da’awat, Bab Fadhl at-Tahlil, 11/201, no. 6404; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Fadhl at-Tasbih Wa at-Tahlil, 4/2072, no. 2693, pent.].

(19) Kami meriwayatkan dalam Shahih mereka berdua dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ، وَلَهُ اْلحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، فِيْ يَوْمٍ مِئَة مَرَّةٍ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِئَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِئَةُ سيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ رَجُلٌ عَمَلَ أَكْثَرَ مِنْهُ.

“Barangsiapa mengucapkan, ‘Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagiNya kerajaan, bagiNya segala puji dan Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu,’ seratus kali dalam sehari, maka dia mendapat pahala sama dengan memerdekakan sepu-luh orang hamba sahaya, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus dosa dan ia menjadi pelindungnya dari setan pada harinya itu sampai sore dan tak seorang pun mendapatkan yang lebih utama darinya kecuali seorang laki-laki yang beramal lebih banyak darinya.”

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِي الْيَوْمِ مِئَةَ مَرَّةٍ، حُطَّتْ خَطَايَاهُ، وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.

“Barangsiapa mengucapkan, ‘Mahasuci Allah dan dengan memujiNya,’ sebanyak seratus kali dalam sehari niscaya kesalahan-kesalahannya dilebur, meskipun seperti buih lautan.” [Diriwayatkan oleh al-Bukhari (ibid, 6403), Muslim (ibid, 2691), pent.].

(20) Kami meriwayatkan di kitab at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ

‘Sebaik-baik dzikir adalah tiada Tuhan yang hak selain Allah’.”

Takhrij Hadits: Hasan Shahih, Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (33 – Adab, 55 – Keutamaan orang-orang yang bertahmid, 2/1249/3800); at-Tirmidzi (49 – Doa, 9 – Doa seorang muslim mustajab, 5/462/3383); an-Nasa`i di Amal al Yaumi wa al-Lailah (837); Ibnu Hibban (846); ath-Thabrani di ad-Dua‘ (1483); al-Hakim (1/498 dan 503); al-Baihaqi di asy-Syu’ab (4371); al-Baghawi (1269); al-Ashbahani di at-Targhib (2481): dari beberapa jalan dari Musa bin Ibrahim al-Anshari dari Thalhah bin Kharasy dari Jabir dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi dan al-Baghawi berkata, “Hasan gharib kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Musa bin Ibrahim.” Aku berkata, “Dia memiliki hadits yang layak seperti yang dinyatakan oleh adz-Dzahabi, jadi sanadnya adalah hasan, Ia dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh al-Mundziri dan ad-Dzahabi, ia memiliki syahid di Ahmad (5/169) dari Abu Dzar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ia adalah kebaikan terbaik.” Sanadnya tidak mengapa. Terdapat syahid lain di ath-Thabrani (10/878 –Majma’) dari Ibnu Umar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiada dzikir yang lebih utama daripada ‘Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.’ sanadnya dhaif. Syahid ketiga dari riwayat mursal oleh al-Muththalib bin Hanthab di al-Ashbahani (2482) dan sanadnya tidak mengapa. Kandungan hadits ini merupakan makna sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang cabang-cabang iman,“Yang paling tinggi adalah “La ilaaha illallah.” Jadi kesimpulannya adalah bahwa hadits ini shahih dengan kumpulan syahid-syahidnya, ia dihasankan oleh al-Albani..
At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan.”
Bersambung…
Sumber: dikutip dari Buku “Ensiklopedia Dzikir dan Do’a Al-Imam An-Nawawi Takhrij & Tahqiq: Amir bin Ali Yasin. Diterbitkan oleh: Pustaka Sahifa Jakarta. Oleh: Abu Nabiel)