Salah satu pembeda antara seorang nabi dengan manusia biasa adalah ajal kematian, jika manusia biasa tidak diberitahu kapan ajal menjemputnya, maka berbeda dengan seorang nabi, Allah memberitahu kapan dia akan wafat beberapa waktu sebelum dia wafat dan memberinya pilihan apakah pulang kepada Allah atau tetap hidup di dunia, hal ini sebagai sebuah penghormatan kepada yang bersangkutan karena kedudukannya yang mulia di sisiNya.

Berikut ini adalah sebuah hadits yang memberitakan kepada kita saat-saat terakhir kehidupan bapak kita Adam dan keadaannya pada saat maut datang menjemputnya. Para malaikat hadir untuk memandikannya, memberinya wewangian, mengkafaninya, menggali kuburnya, menshalatkannya, menguburkannya dan menimbunnya dengan tanah. Mereka melakukan itu untuk memberikan pengajaran kepada anak cucunya sesudahnya, bagaimana cara menangani orang mati.

Dari Uttiy bin Dhamurah as-Sa’di berkata, aku melihat seorang syaikh di Madinah sedang berbicara. Aku bertanya tentangnya. Mereka menjawab, “Itu adalah Ubay bin Kaab.” Ubay berkata, “Ketika maut datang menjemput Adam, dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Wahai anak-anakku, aku ingin makan buah surga.” Lalu anak-anaknya pergi mencari untuknya. Mereka disambut oleh para malaikat yang telah membawa kafan dan wewangian, mereka juga membawa kapak, sekop dan cangkul.

Para malaikat bertanya, “Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian inginkan? Dan ke mana kalian pergi?” Mereka menjawab, “Bapak kami sakit, dia ingin makan buah dari surga.” Para malaikat menjawab, “Pulanglah kalian, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba.”

Lalu para malaikat datang. Hawa’ melihat dan mengenali mereka, maka dia berlindung kepada Adam. Adam berkata kepada Hawa’, “Menjauhlah dariku, aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan malaikat Tuhanku Tabaraka wa Taala.” Lalu para malaikat mencabut nyawanya, memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya, membuat liang lahad di kuburnya, kemudian menshalatinya, kemudian mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di kuburnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya, kemudian mereka keluar dari kubur, kemudian mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, “Wahai Bani Adam, ini adalah sunnah kalian.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad di Zawaid al-Musnad V/136. Ibnu Katsir setelah menyebutkan hadits ini berkata, “Sanadnya shahih kepadanya Ubay bin Kaab”. Al-Bidayah wan Nihayah I/98. Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad, rawi-rawinya adalah rawi-rawi hadits shahih kecuali Uttiy bin Dhamurah, dia adalah rawi tsiqah.Majma’ az-Zawaid VIII/199.
Hadits ini walaupun mauquf kepada Ubay bin Kaab, akan tetapi ia mempunyai kekuatan hadits marfu’ karena perkara seperti ini tidak membuka peluang bagi akal untuk mengatakannya.

Penjelasan

Hadits ini bercerita tentang bapak kita Adam ketika maut datang menjemputnya, Adam merindukan buah surga. Ini menunjukkan sejauh mana kecintaan Adam kepada surga dan kerinduannya untuk kembali kepadanya. Bagaimana dia tidak rindu surga sementara dia telah tinggal di dalamnya, merasakan kenikmatannya beberapa saat.

Bisa jadi keinginan Adam untuk makan buah Surga merupakan tanda dekatnya ajal, sebagian hadits menyatakan bahwa Adam mengetahui hitungan tahun-tahun umurnya. Dia menghitung umurnya yang telah berlalu. Nampaknya dia mengetahui bahwa tahun-tahun umurnya telah habis. Adam mengetahui bahwa anak-anaknya tidak mungkin memenuhi permintaannya. Mana mungkin mereka bisa menembus surga lalu memetik buahnya. Anak-anak Adam juga menyadari itu, akan tetapi karena berbaktinya mereka kepada bapak mereka mendorong mereka untuk berangkat mencari.

Belum jauh anak-anak Adam meninggalkan bapaknya, mereka telah dihadang oleh beberapa malaikat yang menjelma dalam wujud beberapa orang laki-laki dengan membawa perlengkapan untuk menyiapkan orang mati. Para malaikat tersebut memperagakan apa yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap jenazah mereka pada hari ini. Mereka membawa kafan, wewangian, mereka juga membawa kapak, cangkul dan sekop yang lazim diperlukan untuk menggali kubur.

Ketika anak-anak Adam menyampaikan tujuan mereka dan apa yang mereka cari, para malaikat meminta mereka untuk pulang kepada bapak mereka, karena bapak mereka telah habis umurnya dan ditetapkan ajalnya.

Manakala para malaikat maut datang kepada Adam, Hawa’ mengenali mereka maka dia berlindung kepada Adam, sepertinya Hawa’ hendak membujuk Adam agar memilih hidup di dunia karena para rasul tidak diambil nyawanya sebelum mereka diberi pilihan sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah saw kepada kita. Adam tidak menggubrisnya, dia berkata kepadanya, “Menjauhlah dariku, karena aku pernah melakukan dosa karenamu.” Adam mengisyaratkan rayuan Hawa’ untuk makan pohon yang dilarang semasa keduanya di Surga.

Para malaikat mengambil ruh Adam dan mereka sendiri yang mengurusi jenazahnya dan menguburkannya sementara anak-anak Adam melihat mereka. Para malaikat itu memandikannya, mengkafaninya, memberinya wangi-wangian, menggali kuburnya, membuat liang lahad, menshalatinya, masuk ke kuburnya, meletakkannya di dalamnya lalu mereka menutupnya dengan bata, kemudian mereka keluar dari kubur dan menumpahkan tanah kepadanya. Para malaikat mengajarkan semua itu kepada anak-anak Adam. Mereka berkata, “Wahai bani Adam, ini adalah sunnah kalian.” Yakni cara yang Allah pilih untuk kalian dalam mengurusi mayat kalian.

Cara ini adalah syariat umum yang berlaku untuk seluruh rasul dan semua orang beriman di bumi mulai sejak itu sampai sekarang. Dan cara apa pun yang menyelisihinya maka ia menyimpang dari petunjuk Allah, besar kecilnya tergantung kadar penyimpangannya. Dan siapa yang melihat tuntunan kaum muslimin dalam urusan jenazah yang diajarkan oleh Rasulullah saw maka dia pasti melihat kesamaan dengan apa yang dilakukan oleh para malaikat kepada Adam.

Pelajaran-pelajaran

1. Penjelasan tentang tata-cara mengurusi jenazah.
2. Tata-cara ini merupakan petunjuk semua rasul dalam setiap syariat mereka.
3. Pengajaran dengan perbuatan atau praktik langsung, cara ini lebih membekas.
4. Tata-cara menangani mayit selain tata-cara yang disebutkan dalam hadits adalah penyimpangan dari petunjuk Allah.
5. Keutamaan bapak kita Adam di mana para malaikat yang mengurusi jenazahnya.
6. Kemampuan para malaikat untuk menjelma menjadi manusia dan kemampuan mereka melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia.
7. Alat-alat pekerjaan telah ada sejak zaman manusia pertama seperti kapak, cangkul dan sekop.
8. Berhati-hati terhadap istri. Adam makan pohon dengan hasutan Hawa’. Dan Allah telah meminta kita agar berhati-hati terhadap sebagian istri dan anak-anak kita, “Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka.” (QS. At-Thaghabun: 14).

(Dari Shahih al-Qashash an-Nabawi, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar)
(Izzudin Karimi)