RENUNGAN KE-18

Bagaimana Seorang Muslim Memanfaatkan Waktu di Bulan Ramadhan

Waktu bagi seorang muslim sangat berharga terutama apabila ia berada di bulan Ramadhan, karena itu ia harus mem-perhatikan beberapa hal berikut ini:

Pertama: Apa yang terjadi kepada sebagian orang di mana mereka tidak bisa memanfaatkan malam Ramadhan dengan baik, tetapi mereka begadang semalam suntuk, mereka lupa hak jiwanya untuk istirahat tidur malam sekalipun satu atau dua jam saja.

Kedua: Hendaknya ia mengisi waktunya di bulan yang mulia ini dengan tilawah Al-Qur’an atau mengulang hafalan baik di rumah, di masjid, atau di tempat lainnya. Begitu juga ia harus berupaya untuk bisa mengkhatamkan Al-Qur’an –jika memungkinkan– setiap tiga hari atau seminggu atau setiap sepuluh hari, jika tidak ia harus mengkhatamkan minimal satu kali selama Ramadhan.

Ketiga: Berusaha keras untuk menghindari tempat-tempat yang tidak ada gunanya, karena ada sebagian pemuda sehabis shalat tarawih –itu juga kalau shalat– misalnya begadang sambil ngobrol yang tidak jelas, bahkan menggunjing orang, mengadu domba, berkata jorok sambil ketawa-ketawa dan yang lainnya. Perbuatan ini sangat tidak layak dilakukan oleh seorang muslim terutama di bulan suci ini, karena perbuatan tersebut akan menghalangi dia dari berbuat kebajikan.

Keempat: Apa yang terjadi pada sebagian pemuda yang mengisi malam-malam Ramadhan dengan olah raga sepak bola misalnya, bahkan mereka melakukannya sampai waktu sahur, kondisinya seperti di siang hari karena pengaruh lampu yang mereka pasang sebelumnya.

Saya tidak bermaksud menghalangi mereka berolah raga, tetapi yang harus diperhatikan adalah waktu pelaksanaannya, karena jika sampai memakan waktu satu malam penuh, ini telah menyia-nyiakan waktu, tidur lebih baik bagi mereka dari pada pekerjaan yang sia-sia dan tidak ada manfaatnya, termasuk juga menonton televisi yang identik dengan tayangan-tayangan yang rusak, perempuan, musik, dandut, film, dan yang lainnya, akhirnya mereka tidak mendapat pahala bahkan memikul dosa.

Kelima: Apa yang terjadi pada sebagian besar orang, di mana mereka mengisi siang harinya dengan tidur, hal tersebut dikarenakan lemahnya mereka memenej waktu dan lalainya mereka dalam menyambut Ramadhan.

Sesungguhnya apa yang terjadi pada mereka ini, begadang di malam hari, atau melakukan aneka permainan setelah Shubuh, main mobil-mobilan misalnya, atau berdesak-desakan di jalan-jalan dan di lorong-lorong kemudian pulang dan tidur, hal tersebut sangat tidak lebih baik dari pada tinggal di masjid sehabis shalat Shubuh sehingga matahari naik sekitar satu tombak, kemudian menunaikan shalat sunnah dua raka’at, maka pahalanya seperti pahala haji dan umrah sama tidak ada bedanya sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Demikianlah salah satu problematika yang cukup besar, karena itu hendaknya seorang muslim berhati-hati, andaikan seseorang menginginkan pada siang harinya (bulan Ramadhan) dengan baik, baik di tempat kerjanya atau di bangku kuliahnya, maka hendaknya ia tidur di malam harinya (sebagian kecil saja), insya Allah di siang harinya dia segar, bisa membaca Al-Qur’an, bisa shalat berjama’ah di masjid, dan bisa melakukan ibadah yang lainnya.

Akan tetapi sangat disayangkan realita berbicara, sebagian mereka tidur di tempat kerjanya atau di bangku kuliahnya. Persoalannya, bagaimana dengan gaji yang ia terima, apakah sebagai upah tidur di kantor atau karena kerja melayani masyarakat demi kemaslahatan misalnya? Jawabnya, sudah barang tentu gaji tersebut karena kerja bukan karena tidur, karena itu dia tidak boleh tidur di waktu jam kerja, sekalipun tidak sedikit para karyawan –walhamdulillah– yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar akan kewajibannya, dan memiliki mu’amalah yang baik dalam setiap saatnya termasuk di bulan suci Ramadhan. Akan tetapi hal ini tidak apa-apa saya sampaikan sebagai peringatan terhadap sebagian orang yang melakukannya karena Allah akan memberi petunjuk kepada orang yang Ia kehendaki.