Sesungguhnya memberikan perhatian kepada aspek khusus dalam pendidikan puteri adalah perkara yang wajib, sebagaimana memberikan perhatian kepada aspek umum dalam pendidikan dan pengajaran. Apabila sudah menjadi kewajiban para ibu dan bapak untuk mengajari anak-anak mereka, baik laki-laki maupun perempuan, pokok-pokok pendidikann, sopan-santun, dan pengetahuan umum. Maka wajib juga untuk mempersiapkan para puteri untuk mengetahui apa yang mesti mereka ketahui dan lakukan, seperti pekerjaan yang khusus bagi perempuan, mendidik anak, merawat rumah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah yang mulia:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (( كلكم راع، وكلكم مسؤول عن رعيته: فالإمام راع عن رعيته، والرجل في أهله ومسؤول عن رعيته، والمرأة راعية في بيت زوجها ومسؤولة عن رعيتها، والخادم راع في مال سيده ومسؤول عن رعيته، وكلكم راع مسؤول عن رعيته )) متفق عليه

  • Oleh karena itu, diantara kewajiban seorang ibu adalah mempersiapkan anak puterinya sejak usia dini untuk bisa menjalankan kehidupan keluarga dan kehidupan suami-isteri. Akan tetapi, kapan seorang ibu mulai bisa mengajari puterinya itu ? Dan, bagaimana cara menghadapi kehidupan?
  • Pada hakikatnya, tidak ada batasan usia kapan seorang ibu bisa mengajari puterinya dalam urusan ini. Hanya saja, bisa dimulai pada usia 7 atau 8 tahun. Usia demikian sesuai dengan usia dimana sang puteri mulai belajar tentang shalat, puasa. Maka, pada saat itulah sang puteri siap untuk diajari hal-hal di atas. Usia ini mudah bagi seorang ayah memberikan perintah dan larangan. Dan sebaliknya, anak akan menerima pada usia dewasa dimana ia mulai merasakan sulitnya bermuamalah dengan anak laki-laki yang mulai dewasa. Wajib atas ibu untuk secara bertahap melatih dan mengajari puterinya sesuai tahapan usianya dan kemampuan pemahamannya dengan perintah dan larangan. Maka, pada perintah pertama kali, mintalah sang puteri untuk merapikan lemari pakaian dan kasur yang dekat dengannya. Dan jangan engkau minta ia untuk melakukan pekerjaan di atas kemampuan dan di atas usianya sehingga ia tidak mengalami kegagalan.

    • Tunjukkan pada sang puteri kebahagiaan dan senangnya dirimu dengan pekerjaan sang puteri walaupun hasilnya tidak begitu optimal.
    • Jika usia sang puteri sudah di atas 7 tahun, ajaklah ia membantumu mengerjakan sebagian kecil (yang ringan) pekerjaan rumahmu, seperti mengelap kursi, merapikan meja, misalnya.

  • Mayoritas ibu melupakan sisi kehidupan kemasyarakatan dalam mengajari sang puteri, kecuali hanya mengajari “cara-cara menemui, menghormati tamu, menghidangkan makanan …”. Sebagian ibu-ibu juga melarang puteri-puterinya ikut dalam majelis ibu-ibu dengan alasan masih kecil. Padahal ia ingin dengan ikut di majelis itu, bisa mendapatkan ketrampilan yang berkaitan dengan kehidupan keseharian sebagai perempuan, apalagi jika majelis perempuan itu adalah majelis ilmu yang berisi wasiat tentang akhlaq mulia, takut kepada Allah ta’alaa.

    • Jika sang puteri sudah menginjak usia dewasa, maka ibu harus mengajak sang puteri ke dapur untuk membantunya menyiapkan makanan dan memotivasinya untuk senang dengan pekerjaan itu.
    • Kepada keluarga dan kerabat dekat, maka ingatkanlah mereka bagaimana peran sang puteri bersamamu. Sebab, manusia suka bila disebutkan kebaikannya diantara manusia. Maka, hal itu bisa membantunya terus menyukai pekerjaan itu dan tidak membuatnya mengeluh.
    • Ceritakanlah kepada puterimu tentang kehidupan beserta problematikanya secara umum, dan ingatkan ia tentang sebagian aktivitas yang membuat capek plus solusinya, terutama pada awal-awal memulai kehidupan.
    • Apabila sang puteri sudah siap untuk menikah, maka beritahulah ia bahwa sesungguhnya kehidupan suami-isteri bukanlah pakaian baru dan makan-makan yang beraneka ragam lagi warna-warni, akan tetapi kehidupan suami-isteri dibutuhkan ilmu, ketrampilan dan muamalah …

Dan terakhir, ingatkan puterimu, gunakanlah kekuatannya untuk mengerjakan aktivitas dalam rumah tanpa harus meminta bantuan (Abm)