Rasulullah saw tidak canggung untuk memperlihatkan kemesraannya kepada istrinya, hal ini membuktikan bahwa beliau sangat menyintai mereka, jika Aisyah minum dari sebuah gelas, maka Nabi saw mengambilnya lalu beliau meletakkan mulutnya di bagian gelas bekas mulut Aisyah dan beliau minum.

Dari Aisyah berkata, “Aku minum dalam keadaan haidh, kemudian aku memberikan gelas kepada Nabi saw, lalu beliau meletakkan mulutnya di tempat bekas mulutku, maka beliau minum, aku menggigiti daging yang tersisa di tulang saat aku haidh, kemudian aku memberikannya kepada Nabi saw, maka beliau meletakkan mulutnya di tempat mulutku.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Inilah Rasulullah saw dengan keluarganya, dengan kedudukannya yang mulia sebagai seorang Rasul dan Nabi, beliau tidak menolak menggunakan gelas bekas minum istrinya, bahkan lebih dari itu, beliau tidak menghindari bagian gelas yang sebelumnya menempel di mulut istrinya, justru beliau dengan sengaja meletakkan mulutnya di bagian itu, sebuah kesatuan dan keselarasan suami istri yang patut diteladani karena ia menumpuhkan cinta kasih di antara keduanya.

Pun demikian saat Aisyah menggigiti sisa-sisa daging yang menempel di sebuah tulang, Nabi saw melanjutnya apa yang dilakukan oleh Aisyah dan meletakkan mulutnya di bagian tulang di mana mulut Aisyah sebelumnya menyentuhnya.

Saya yakin jika Anda adalah seorang istri dan suami Anda melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi saw maka Anda akan merasa sangat tersanjung, serasa melayang di awan, duh! Betapa perhatian dan sayangnya suamiku kepadaku.

Haid bukan penghalang bagi Nabi saw untuk memperlihatkan kemesraan dengan keluarganya, Aisyah bersandar meletakkan kepalanya di pangkuan Nabi saw dan Nabi saw membaca al-Qur`an terkadang Aisyah dalam keadaan haidh. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Nabi saw pernah meminta Aisyah yang sedang haidh untuk berkain sarung , lalu Nabi saw menggaulinya. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Yang dimaksud menggaulinya adalah menyentuh kulit dengan kulit bukan berhubungan intim.

Ibadah puasa juga bukan penghalang bagi beliau untuk mengekspresikan kasih sayang kepada istrinya. Nabi saw mencium Aisyah ketika sedang berpuasa. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, beliau juga pernah mencium Aisyah setelah berwudhu lalu beliau pergi shalat, saat beliau shalat malam Aisyah tidur melintang di arah kiblat beliau, jika beliau hendak sujud maka beliau mencolek kaki Aisyah –sebuah ungkapan kelembutan dan kasih sayang- lalu Aisyah menarik kakinya, saat beliau berdiri Aisyah kembali menjulurkan kakinya.

Rasulullah saw pernah beradu lari dengan Aisyah sebagaimana yang diceritakan sendiri oleh Aisyah, dia berkata, “Aku ikut Rasulullah saw dalam sebagian perjalanannya, saat itu aku masih anak-anak, aku belum gemuk, Nabi saw bersabda, “Majulah kalian.” Maka orang-orang melangkah maju, kemudian beliau bersabda kepadaku, “Kemarilah, aku akan beradu lari denganmu.” Maka aku mengalahkan beliau. Beliau hanya diam, namun ketika aku mulai gemuk dan aku lupa, aku ikut bersama Nabi saw dalam sebagian perjalanannya, maka beliau bersabda, “Majulah kalian.” Maka orang-orang melangkah maju, kemudian beliau bersabda kepadaku, “Kemarilah, aku akan beradu lari denganmu.” Maka aku melayani tantangannya dan kali ini beliau mengalahkanku, maka beliau tertawa dan bersabda, “Ini dengan itu.” Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud secara ringkas, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 131.

Maha benar Allah, “Sesungguhnya kamu benar-benar di atas akhlak yang agung.