Perkumpulan umum gereja Anglican memberikan suara untuk penghapusan ‘ranjau-ranjau’ undang-undang yang melarang wanita menempati jabatan keuskupan. Sikap ini tentu menggembirakan kubu pembaruan di gereja itu namun sebaliknya akan membuat kubu konservatif mengeluarkan peringatan keras yang pada akhirnya akan menimbulkan perpecahan tajam di kalangan mereka.

Perkumpulan gereja tengah berkumpul di kota York, yang terletak di Inggeris bagian utara guna mendiskusikan permasalahan yang kontroversial ini sejak hari Jum’at lalu. Nampaknya, opini yang berkembang mengarah kepada dibolehkannya wanita menjadi uskup.

Berdasarkan laporan kantor berita Franch Pers, Tom Battler, uskup gereja South Wark menjelaskan, usulan penghapusan ‘ranjau-ranjau’ yang menghalangi wanita untuk menempati jabatan keuskupan meraih 41 suara dukungan sedangkan hanya 6 suara yang menentangnya.

Dalam pada itu, pemimpin gereja Anglican yang juga menjabat kepala keuskupan Counterberry, uskup Rown Williams tampak menyambut baik dihapuskannya berbagai ‘ranjau-ranjau’ yang selama ini menghalangi kaum wanita memegang jabatan uskup tersebut. Menjelang dilakukannya voting, Rown berbicara di hadapan perkumpulan gereja dan menantang para penentang dari kubu konservatif yang masih berpegang pada alasan ‘klasik’ bahwa sejak masa Yesus belum pernah ada wanita yang memegang jabatan ini.

Seperti diketahui, Vatikan menolak diizinkannya wanita menjadi pendeta dan ‘mengharamkan’ penunjukan satu dari tujuh wanita di sungai Danup yang terletak di antara Jerman dan Australia pada tahun 2003 lalu. Hanya saja, dua di antara para wanita itu secara rahasia telah diangkat oleh para pendeta lain di gereja Katholik Roma. (ismo/AS)